7 Tips Startup Dari Workshop Google Launchpad
Selasa kemarin saya iseng ikutan acara Google Launchpad Workshop di Depok. Sebenernya acara ini diadakan juga di Bandung dan di BSD, tapi entah kenapa saat itu saya lagi gak available atau kelewat jadwalnya. Akhirnya pas dapet email dari DepokMobi klo mau ada event ini di Depok, yaudah saya iseng daftar. Sekalian kenalan sama tim dari Google.
ngomong2 google, nanti ada artikel yang mau saya tulis khusus tentang google ekosistem di Indonesia. Tunggu aja yah 🙂
Kembali ke topik, acara ini dibagi jadi dua sesi. Presentasi dari Liz Yepsen (Google Launchpad) dan juga sesi workshopnya. Tulisan ini saya share dulu yang sesi satu, yakni presentasi dari Liz mengenai tujuh tips startup yang akan bermanfaat buat kamu implementasikan.
Sedikit background, tentang Liz, dia adalah Program Manager dari Google Launchpad. Pengalamannya sudah cukup banyak untuk menyeleksi berbagai proposal bisnis yang masuk ke program Google Launchpad. Lalu juga melakukan interview ribuan kali dengan berbagai tokoh startup seperti CEO Uber. Dari hasil pengalamannya, Liz menjabarkan ada 7 hal penting yang perlu diperhatikan oleh para startup.
1. Solve a Problem
Untuk membuat sebuah startup, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah buatlah solusi untuk sebuah masalah. Contohnya simpel, di Play Store, ada aplikasi dari Indonesia yang jumlah downloadnya gede banget. Aplikasi tersebut adalah kalonder lokal, harga handphone, hijri kalendar, dan lain-lain.
baca juga: Empat Tahap Membangun Startup
Walaupun dari sisi desain dan teknologi terlihat minimalis dan kurang bagus, tapi nyatanya orang-orang mengunduh, menggunakan, dan memberikan rating positif. Artinya apa, ada kebutuhan yang dijawab melalui kehadiran aplikasi2 tersebut.
2. Solve the same problem a lil bit better
Kalau tadi kondisinya di Play Store ada aplikasi-aplikasi yang memang terbukti valid menjawab permasalahan dari user tapi hasilnya kurang optimal. Kita bisa mereplikasi ide yang sama tapi dengan eksekusi yang lebih baik. Coba cari saja top apps di Indonesia. Lalu coba gunakan aplikasi tersebut dan cari sisi mana yang bisa diperbaiki lagi.
3. Solve a real painfull problem
Cara lain bisa juga cari masalah yang emang bener-bener ngeganggu hidup kita. Misalkan aplikasi Siaga Banjir yang membantu kita ngecek titik mana yang bakal kena genangan air jadi perlu kita hindari. Atau bisa juga mainin google trend untuk ngecek keyword yang orang-orang cari. Klo orang search itu, artinya mereka ada problem dengan itu.
baca juga: 8 Pelajaran Tentang Startup dari Komik One Piece
Misalkan orang search jadwal bola, waktu sholat, merk sepeda motor, dll. Dengan Google Trend, kita bisa cek keyword mana yang lagi banyak dicari orang dan bagaimana pergerakannya jika dibandingkan dengan tren lainnya.
4. Pick wide open spaces
Cara mencari ide atau solusi lainnya adalah mencoba memikirkan apa yang orang-orang tidak lihat. Seperti fitur filtering di instagram, rasanya tidak ada orang yang search dengan keyword butuh filter di instagram. Instagram hanya mencoba mendengarkan apa kebutuhan user dan memberikan fitur yang kira-kira cocok dengan perilaku penggunanya.
Cara seperti ini biasa dikenal dengan user centered design. Kayak Facebook, awalnya cuma aplikasi untuk tau siapa cewek paling cantik di asramanya. Twitter awalnya cuma mau ngirim SMS via Web. Atau Whatsap cuma mau mengirim pesan pakai wifi. Tapi saat ini mereka sudah berevolusi menjadi platform dengan banyak fitur baru yang ditambahkan dengan mendengar dan mengamati feedback dari usernya.
5. You != User
Ini salah satu yang penting. Kamu tidak sama dengan user kamu. Jadi jangan menghabiskan waktu sibuk memikirkan ide, solusi, dan fitur hanya di dalam kepala kamu. Tapi cobalah untuk segera buat prototype dan luncurkan ke user kamu. Dari situ, coba amati dan dengarkan bagaimana pendapat mereka. Kuncinya adalah segera launch, walaupun hanya ke sejumlah orang, untuk mendapatkan validasi terhadap ide kamu.
6. Deliver on Tech
Ini juga penting yaitu perhatikan sisi teknologi dengan baik. Ada satu aplikasi yang sebetulnya dibutuhkan, tapi karena fiturnya tidak bisa berjalan dengan baik, akhirnya user memberi rating jelek.
baca juga: Pelajaran Bagi Startup Dari Komik Yugi-Oh, Ship Your Product!
Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah konektivitas, misalkan di daerah target market kamu sudah ada koneksi internet belum. Atau compatibility apps kamu dengan sistem operasi atau perangkat yang digunakan oleh masyarakat saat ini. Jadi unsur teknologi juga harus disiapkan dengan matang.
7. Shout (and listen) from the rooftops
Mirip dengan poin ke lima, kita harus selalu meminta dan mendengarkan feedback dari pengguna. Contohnya Bukalapak, aplikasinya di Play Store selalu “dijaga” oleh admin yang siaga menjawab feedback dari user. Ini penting loh karena selain bisa membaca apa keinginan pengguna, untuk brand image juga sangat baik.
Dengan ini kita bisa dengarkan dan merancang strategi ekspansi, perbaikan fitur, harga, layanan dan lain sebagainya.
Itu tadi tujuh tips bagi startup yang bisa kamu gunakan. Bagi yang baru punya ide, coba validasi lagi idenya. Bagi yang sudah meluncurkan produk, coba dengarkan dan amati perilaku pengguna kamu. Next artikel, saya akan share beberapa tulisan terkait dengan cara mencari ide, memvalidasi, dan mencari solusinya. Lebih detilnya, nanti akan saya tulis di artikel selanjutnya tentang kegiatan workshopnya.
Kalau ada yang mau ditanyakan atau kurang jelas, bisa langsung di kolom komentar di bawah ini yah 🙂 Kalau suka dengan artikel ini, jangan lupa like and share juga. Semoga bermanfaat.
wih, acara apa nih dam?
SukaSuka
Acaranya Google launchpad. Lagi roadshow keliling indonesia dia hahaha. Skg lagi di jogja, terus mau ke medan, ntar masih ada lagi klo gak salah di jakarta
SukaSuka