My Journal

Fitur Lapor Pajak Harus Bisa Lebih Canggih Lagi

Saya pertama kali lapor pajak itu klo gak salah di 2013. Prosesnya pun bisa dibilang lumayan sulit yah bagi saya yang belum pernah lapor pajak sama sekali. Saya harus datang secara fisik ke kantor pajak untuk minta NPWP. Terus harus ngisi form manual waktu itu. Tapi selanjutnya pun bisa online, tapi harus dateng dulu secara fisik ke kantor pajak untuk dapat kode EFin. Pas udah masuk ke aplikasinya pun, sangat pusing sekali dengan user interface dan alurnya. Ada eForm ada eFilling. Terus ada Form 1770, 1770s, dan 1770ss. Dan pakai yang panduannya pun, bingung sekali ini harus masukin apa yang dimana? Untungnya sih di Arsanesia saya banyak dibantu sama konsultan pajaknya yah untuk nanya ini itu. Itu pun 10 tahun kemudian, sampai saya lapor pajak di hari ini, masih ada aja kebingungan yang saya alami yang harus saya minta bimbingan konsultan. Saya bayangkan yah, ini yang saya punya pendidikan tinggi, berada di kota besar, dan punya orang yang bisa langsung ditanya, masih aja merasa kesulitan dan terkadang salah dalam pelaporan. Apalagi ratusan juta orang lainnya. Gak usah gitu deh, waktu tadi pagi saya ingetin ke tim di kantor untuk lapor pajak, banyak yang belum pernah sama sekali dan bingung caranya gimana. Udah gitu, kalau salah lapor nya, terancam denda pula. Padahal pure itu terjadi karena kita tidak tahu dan tidak pernah dapat ilmunya dimana.

Coba kalau kita compare aturan pajak sama aturan lalu lintas. Walaupun kita pas nanti umur 17 tahun belum tentu mau test ambil SIM dan mau belajar nyetir, dari TK kita udah diajarkan tentang rambu-rambu lalu lintas. Lampu merah untuk apa, tanda P artinya apa, dan lain-lain. Ini untuk pajak yang setiap orang PASTI harus bayar dan lapor pajak, ilmu tentang apa saja kewajiban pajak kita dan gimana cara ngelapornya gak pernah diajarin di bangku pendidikan. Bagi polisi, sangat sah untuk mereka menilang pengendara mobil karena harusnya mereka yang punya SIM, sudah belajar rambu-rambu dan sudah ditest. Nah klo bagi petugas pajak mau nilang orang yang punya NPWP gimana? Ilmunya aja kita gak pernah tahu kan? Ini yang menurut saya PR besar yang harus dicari solusinya oleh petugas pajak.

Cara edukasi di jaman teknologi ini gak melulu harus memasukan ilmu tentang perpajakan ke kurikulum sekolah. Menurut saya sih bagus juga yah agar taat pajak diajarin di sekolah juga dari kecil. Tapi dalam konteks untuk lapor pajak, solusi yang bisa dilakukan adalah membuat User Journey dan User Experience untuk lapor pajak yang super seamless. Harus dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana dan memberikan panduan pengisian yang sangat mudah digunakan. Bayangin, sekarang opsinya kalau kamu gak bekerja di perusahaan, misal freelance atau wirausaha, the only way adalah kamu harus ngisi sebuah form berhalaman-halaman, harus pakai Adobe PDF Reader, dan itu ya ampun field nya banyak banget. Jujurly, kalau gak dibantu sama konsultan pajak, saya juga gak paham gimana cara ngisinya. Flow pelaporannya bener-bener kompleks. Untuk itu, saya rasa langkah pertama yang harus dilakukan adalah revolusi besar-besarany user journey orang lapor pajak di website pajak. Harus dibuat se seamless mungkin, semudah orang transaksi di eCommerce. Yang kedua, untuk item-item pajak yang sudah otomatis dipotong, otomatis tercatat, ya itu sudah tidak perlu kita isi dan laporkan lagi. Harusnya pemerintah sangat mungkin untuk terkoneksi dengan berbagai layanan seperti perbankan, layanan adminsitrasi pencatatan tanah dan bangunan, dan lain-lain. Jadi yang memang sudah terdaftar ada bendanya, gak usah diminta masukin ulang. Jadi tuh by default, klo gak ada pemasukan di luar yang memang sudah tercatat, user tinggal review dan klik send aja. Baru nanti klo ada pertanyaan, “apakah ada penghasilan lain yang belum tercatat?” muncul tuh step by step masukin penghasilannya apa, datang darimana, jenisnya apa, dan secara otomatis ngasih tahu harusnya potongan pajaknya segini. Sama juga kayak harta. Yang rekening di bank, surat berharga, properti, dan lain-lain itu juga bisa kok harusnya otomatis. Kan pas transaksi juga kita diminta masukin no NPWP. Jadi beneran lapor pajak itu proses yang tinggal klik and review aja. Gak perlu donlot2 form dan edit form pakai PDF reader.

Memang terkesan kompleks dan sulit dikerjakan. Saya pun sebenernya tidak berekspektasi bisa disolve oleh pemerintah kita yah, karena resources dan knowledge yang dibutuhkan itu besar. Ini something yang menurut saya bisa disolve oleh mungkin puluhan product manager dan ratusan engineer yang dedicated, mungkin tim 100-200 orang, untuk ngerjain fitur lapor pajak yang lebih canggih lagi. Saya agak sangsi seorang Product Manager yang jago, UX designer yang jago, engineer yang jago, mau kerja jadi PNS di saat mereka bisa dapat gaji tinggi di startup unicorn. Tapi ini sebelum saya melihat tunjangan kinerja pegawai pajak yang menurut saya sudah lebih tinggi dari gaji startup unicorn. Jadi sebenernya gaji setinggi itu bisa menarik para developer hebat untuk kerja di pemerintahan dan membuat sistem yang memudahkan masyarakat untuk lapor pajak. Saya rasa mengalokasikan budget itu utk hire developer ini jauh lebih beneficial. Karena jika masyarakat lebih mudah lapor, tentu jumlah yang melapor pajak akan lebih besar. Kalau fitur untuk ngetrack secara otomatis seluruh transaksi kena pajak lebih canggih, tentu pendapatan negara lebih besar. Jadi itu investasi yang menurut saya worth it banget. Jadi saya sangat berharap sih flow pelaporan pajak ini bisa diimprove secara besar-besaran karena yang sekarang ini buat saya masih kurang user friendly.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: