My Journal

Masalah Yang Sering Dihadapi Developer di Indonesia

Jika kita berbicara tentang developer di Indonesia, tentu kita tidak bisa melewatkan hub untuk developer yang bernama Dicoding. Dicoding merupakan platform yang sudah memiliki lebih dari 5000 developers tergabung di dalamnya.

Dicoding pernah mengadakan survey terhadap para developer di Indonesia. Narenda Wicaksono yang merupakan CEO dari Dicoding menyebutkan bahwa ada beberapa masalah yang membuat developer di Indonesia kesulitan untuk bersaing dengan global.

baca juga: 7 Tips Startup Dari Workshop Google Launchpad

Yang pertama, Naren menjelaskan bahwa dibandingkan dengan negara lain, proporsi piramida kita terlalu gemuk di bawah. Maksudnya adalah kita punya beberapa developer yang secara individual ok, tapi porsi yang baru pada taraf enthusiast jauh lebih banyak. Hal ini membuat talent di Indonesia sendiri merupakan masalah yang cukup mengganjal.

Masalah berikutnya adalah terkait mindset membangun produk. Banyak dari developer lokal yang masih bingung bingung bagaimana membangun produk. Rata-rata pendekatannya masih teknologi sentris. Hanya membuat sesuatu yang menurut mereka bagus tapi tidak menyelesaikan real problem. Ketika produk mereka jadi, ujung-ujungnya tidak ada yang menggunakannya.

baca juga: Tips Mengembangkan Startup Dalam Talkshow Kummaha TV

Masalah ketiga yang disinggung Naren berikutnya adalah masalah persistensi. Orang Indonesia itu banyakan gak sabar menjalani prosesnya untuk sukses. Banyak yang baru launching, apps-nya gak laku, terus menyerah. Padahal banyak success story justru menunjukan bahwa keberhasilan mereka itu adalah hasil dari tumpukan kegagalan yang mereka alami. Jika mengalami kegagalan, harus dijadikan batu loncatan agar produk atau fase berikutnya bisa jauh lebih baik lagi.

Masalah terakhir adalah discoverabillity. Punya produk bagus bertaraf global, tapi akses ke market kita tidak punya. Launching produk yang sama di Indonesia dengan launching di US tentu hasilnya akan berbeda. Jadi memang masih menantang bagi developer di Indonesia untuk bisa go global. Tidak ada salahnya strong di pasar lokal dulu. Jangan lupa, kita punya 250jt penduduk yang menjadikan kita negara terbesar keempat di dunia. Bisa grab pasar lokal saja sudah jauh lebih cukup. Dan jangan lupa, kita punya local advantage untuk menguasai pasar lokal mengingat behaviour dan culture yang kita miliki cukup unik. Contohnya Gojek, mungkin jika diterapkan di US, gak akan laku. Hal seperti ini yang perlu kita lebih gali dan manfaatkan.

Jadi bagi kamu para developer, coba tilik kembali masalah-masalah tersebut apakah mengalami hal yang serupa. Yang jelas kita harus coba solve satu persatu agar bisa mengembangkan produk yang bermanfaat dan memberikan impact besar.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. Membahas Mobile App Analytic di BandungDevDay | Ardisaz

Tinggalkan komentar