My Journal

Melihat Ekosistem Game Malaysia Yang Lebih Matang

Minggu lalu, beberapa perwakilan dari game developer Indonesia pergi ke acara Level Up, sebuah konferensi developer game yang diadakan oleh pemerintah Malaysia. Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan teman-teman yang berangkat ke sana dan teman-teman yang cukup dekat dengan industri game di Malaysia. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, Malaysia punya sebuah badan khusus yang menangani ekonomi digital mereka. Dan acara Level Up merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh BUMN milik pemerintah yang bernama MDEC tersebut.

Yang menarik, bagi beberapa teman gamedev yang sudah cukup lama malang-melintang di industri game Indonesia melihat bahwa ajang Level Up kemarin menjadi sebuah tolak ukur sudah sampai mana industri game di Malaysia saat ini berdiri. Jika dibandingkan dengan Game Dev Gathering 2015 lalu, bisa dikatakan bahwa Indonesia sudah terbalap jauh oleh Malaysia dari sisi ekosistem dan industri gamenya. Kenapa bisa kebalap? Banyak studio kelas AAA yang ada di Malaysia, banyak talent Malaysia yang terlibat di pembuatan game dengan level dunia, dan acara Level Up ini pun menarik minat banyak superstar di dunia game untuk hadir.

baca juga : Membangun Ekosistem Game Dengan Gerakan Akar Rumput

Apa sih yang menarik dari Ekosistem Game Malaysia? Saya coba jabarkan beberapa poin yang menarik dari sisi ekosistem di Malaysia menurut pengamatan teman-teman gamedev dari Indonesia.

Policy: Dari sisi kebijakan, pemerintah Malaysia membuat sebuah kebijakan yang sangat ramah terhadap startup, terutama game developer. Mereka punya program tax free policy untuk perusahaan game yang terdaftar sebagai perusahaan Malaysia selama 10 tahun. Kalau di Indonesia, dari tahun pertama saya membuat PT pun sudah dibuat kelimpungan tentang bagaimana cara membayar pajak. Sekarang sih ada PPh final 1%, tapi tetep klo dibandingkan dengan tax free 10 tahun yaaa… Oh ya, dan perusahaan game itu pun bahkan bisa 100% isinya orang luar negeri. Tak hanya itu, mereka juga memberikan insentif apabila melakukan hiring local talent dan ada grant untuk local majority owned venture.

Marketing Support: Hampir seluruh global event di industri game, pemerintah memberikan support kepada 10-20 perusahaan untuk berangkat. Di sini, berbagai departement berbeda di bawah pemerintah bekerja sama untuk membuat satu booth besar, tidak yang tiap kementerian ngirim sendiri-sendiri, bikin booth sendiri-sendiri, dan tidak ada koordinasi antar kementerian. Mengirim developer lokal ke ranah global sangat penting untuk membantu menambah wawasan, menambah jejaring, dan memberikan semangat agar bisa mengejar kualitas global. Mereka bahkan membuat event berskala global sepeti Level Up yang kualitas acara dan juga pengunjungnya mungkin sudah lebih hebat dari Casual Connect.

baca juga : Sekilas Tentang Ekosistem Game di Indonesia

Talent Education: Di Malaysia sudah banyak universitas yang secara aktif membenamkan jurusan game development di kampusnya. Mungkin sudah ada 5-10 kampus yang memiliki jurusan game development yang dapat memberikan supply talent yang relevan dengan kebutuhan industri. Kalau di Indonesia, paling baru beberapa kampus dan belum banyak yang menjadi game development sebagai major. Selain itu, Malaysia juga memiliki banyak game developer lokal yang sudah bekerja di luar negeri di perusahaan besar dengan posisi yang cukup major (seperti lead game designer FF XV) dan mereka akan sangat senang untuk “pulang” ke Malaysia. Di Malaysia juga terdapat tiga perusahaan game lokal besar yang outsource game triple A (Streamline, Passion republic, Lemonsky), belum yang perusahaan luar seperti Bandai atau Codemaster.

Companies Ecosystem: Dari sisi perusahaan, seudah cukup banyak perusahaan yang berhubungan dengan ekosistem game. Tadi selain ada Bandai dan Codemaster, juga ada Unity di Malaysia. Perusahaan-perusahaan animasi yang sukses berskala global juga ada di sini. Saya inget waktu ada sebuah perusahaan asing yang “buka lapak” di Indonesia, cukup banyak nada miring terhadap kehadirannya. Katanya bakal “memakan” talent local dan membuat game dev di Indonesia “jadi pekerja” saja. Padahal menurut saya, keberadaan perusahaan asing di Indonesia bisa membantu menyiapkan talent dan juga memberikan sinyal bahwa ekosistem game di Indonesia sudah maju. Malah banyak loh game dev lokal kita yang merasakan manfaat dari kehadiran talent-talent ex-perusahaan asing atau mereka yang “lulus” dari perusahaan itu mendirikan studio game sendiri yang terbilang sukses.

baca juga : Budaya Berbagi Untuk Memajukan Ekosistem Industri Games

Government Support: Kenapa Malaysia bisa punya ekosistem seperti di atas? Hal ini karena Malaysia sudah melihat potensi dunia digital dan ekonomi kreatif semenjak 20 tahun lalu. MDEC sudah berusia 20 tahun dan pergerakan untuk memajukan industri game sudah dimulai 15 tahun yang lalu. Dari 15 tahun yang lalu, pemerintah Malaysia sudah berusaha meyakinkan dan mendatangkan the biggest outsourcing company untuk ke Malaysia dan membawa talent-talent berkelas dari luar ke Malaysia agar bisa menjadi jangkar bagi kemajuan industri game mereka. Indonesia punya Bekraf, tapi itu pun masih baru sekali. Dan salah satu pintarnya Malaysia, MDEC itu bentuknya BUMN jadi bisa memberikan suntikan dana secara langsung ke studio game yang mana bisa menjadi napas panjang bagi studio itu untuk berkarya. Yes, we need that kind of fuel klo mau bisa mengejar ketertinggalan kita dengan cepat. Sekitar 2011, beberapa developer lokal kita ada yang dapat fuel berupa grant dari Nokia yang menjadikan mereka bisa sesukses sekarang. salah satu game dev yang karyanya fenomenal pun tidak lepas dari dukungan fuel yang diberikan Nokia. Grant/fund diberikan 2011, suksesnya 2016. Lima tahun. Jadi memang bukan hal yang instant dan pemerintah harus memberikan kepercayaan besar kepada para pelaku industri ini untuk bisa menuai hasilnya.

Research: Pemerintah Malaysia memilki dana untuk riset dan memberikan effot yang sangat besar untuk bisa memiliki berbagai data yang bermanfaat untuk kemajuan industrinya. Baru-baru ini saja MDEC meluncurkan sebuah hasil riset menarik yang memetakan industri game di Asia Tenggara. Selain datanya bermanfaat untuk langkah strategis mereka, data ini pun bisa bermanfaat untuk para developer game di seluruh Asia Tenggara. Nah, dana untuk riset. Riset itu kan gak selamanya berhasil, kadang gagal. Pemerintah kita bisa kah melakukan hal itu? Kita kan tahu banyak riset di Indonesia yang gagal eh malah berujung penjara kan.

Inkubasi: Nah terkait inkubasi ini menurut saya sangatlah menarik. Mereka membuat sebuah kegiatan yang menginkubasi para game developer dari seluruh dunia untuk datang ke Malaysia dan mendapatkan training selama tiga bulan dari para mentor kelas dunia. Yes, kelas dunia. Bukan developer paling top di Malaysia, tapi developer paling top di dunia. Kita harus mau mengakui klo memang kualitas kita masih jauh dari kelas internasional dan mau belajar dari mereka yang sudah berhasil skala global. Oh ya, peserta inkubasi ini juga mendapatkan grant loh, klo gak salah tahun lalu 15k dolar, tahun ini 25k dolar.

baca juga : Cek Arah Industri Game Indonesia Di Game Prime Surabaya

Vision: Satu lagi yang juga menarik adalah mereka memiliki misi yang sangat kuat yakni ingin menjadi Malaysia sebagai gaming hub di Asia Tenggara. Mirip lah kayak klaim kita ingin jadi digital economy di 2020. Visi inilah yang menurut saya mendrive setiap decision mereka adalah solusi bertaraf global. Gak takut dengan konsep “nasionalisme semu,” mereka mengundang berbagai entitas skala global untuk membangun Malaysia. Efeknya adalah talent dan ekosistem lokal akan ikut terangkat ke level global. Kalau kita mungkin baru ada isu Jack Ma mau jadi salah satu advisor digital Indonesia aja udah ribut. Akhirnya Jack Ma jadi advisor digital Malaysia :p Terus denger berita perusahaan “karya anak bangsa” akusisi talent dari India diributin juga.

Itu tadi beberapa pengamatan teman-teman game dev yang datang ke level up dan beberapa kali berinteraksi dengan kegiatan dari pemerintah Malaysia. Ternyata interfensi dan peran serta pemerintah bisa memberikan impact yang sangat besar terhadap sebuah industri dan ekosistem. Awalnya, saya sempat berpikir yaudah deh gak usah diurusin juga gak papa, yang penting kita para pelakukanya bisa bergerak bareng dan maju bersama-sama. Ternyata fakta menunjukan bahwa peran serta pemerintah juga sangat penting. Ini yang membuat saya menjadi semakin semangat untuk bisa turut berkontribusi membantu pemerintah untuk membantu kita. Yes, pemerintah pun butuh bantuan kita loh untuk bisa membantu kita.

baca juga : Mendapat Amanah Menjadi Intel Innovator Untuk Membantu Ekosistem Startup di Indonesia

Gimana cara membantunya? Dampingi pemerintah di dalam pembuatan sebuah kebijakan dan strategi. Share data-data yang kita miliki dengan pemerintah untuk memberikan mereka gambaran tentang kondisi industri kita. Tulisan ini pun saya buat untuk membantu memberikan wawasan tambahan kepada berbagai pihak yang membutuhkan. Intinya sekarang kita juga harus proaktif membantu pemerintah agar bisa sinergi antara industri dengan pemerintah. Tak hanya itu, perlu juga sinergi dengan institusi pendidikan juga perusahaan swasta terkait. Semoga sih nanti bisa ada satu forum khusus dimana setiap stakeholder terkait bisa berkumpul dalam satu ruang dan satu semangat, lalu kita membicarakan langkah kongkret gimana bisa mempercepat laju pertumbuhan ekosistem game di Indonesia.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Bekraf Game Prime 2016, Milestone Penting Industri Game Indonesia – Ardisaz
  2. Strategi Untuk Akselerasi Ekosistem Game di Indonesia – Ardisaz

Tinggalkan komentar