My Journal

Inspirasi Menjadi Game Developer

Kemarin, saya melihat sebuah post yang cukup menarik. Ada sebuah akun fanpage di Facebook yang rutin membahas game dari sisi kegagalannya yang membuat postingan menanyakan orang atau game yang membuat kita terinspirasi untuk menjadi seorang game developer. Postingan tersebut membuat saya flashback sekitar 9 tahun yang lalu dimana saya akhirnya tercemplung menjadi seorang game developer. Saya ingin mendedikasikan tulisan ini sebagai rasa syukur saya akibat momen itu, saya saat ini bisa seperti ini.

Waktu kecil saya memang sudah senang main game. Dari kecil saya sudah memainkan game di PC. Ada yang game bertema edukasi seperti Magic School Bus hingga game serius seperti Loderunner. Console pertama yang saya mainkan adalah Nintendo punya saudara sepupu saya. Cuma karena saya jarang main ke rumahnya, akhirnya ayah saya membelikan saya Sega waktu TK. Kemudian ketika SD kami di rumah punya PS1, Nintendo 64, dan PS2. Lalu ketika momen PS3 muncul, saya sudah sekolah berasrama sehingga tidak lagi mengikuti perkembangan game console. Ketika kuliah pun saya banyak main game mobile (dulu yang populer itu fruit ninja, temple run, angry birds) dan game online (seperti WoW).

Lode Runner

Game Lode Runner di PC

Walaupun saya senang main game, tidak pernah sedikitpun terpikir bahwa saya ingin menjadi pengembang game. Cita-cita saya sedari kecil cuma satu, ingin jadi pengusaha. Usaha di bidang apapun saya tidak pernah tahu.  Entah kenapa, saya ingin sekali jadi orang kaya agar bisa banyak membantu orang lain. Saya terinspirasi oleh Bill Gates yang waktu itu sedang aktif menjadi philanthropist yang dengan kekayaannya dia bisa membantu banyak orang. Mimpi saya ingin menjadi orang yang paling bermanfaat dan saat itu saya melihat dengan menjadi pengusaha yang super kaya lah saya bisa mencapai hal tersebut. Walaupun semakin ke sini saya semakin sadar, bahwa untuk bisa bahagia dan bermanfaat, uang bukanlah satu-satunya jalan. Saya pernah cerita sedikit tentang mimpi di atas cita-cita di tulisan sebelum ini.

baca juga : Pengalaman Pitching di Bandung Venture Night

Lalu ketika saya duduk di bangku kuliah tingkat tiga, saya ingat sedang mengambil sebuah mata kuliah berjudul Sistem Multimedia. Dosen yang mengajar bernama Pak Yusep. Mata kuliah tersebut cukup unik. Saya ingat sekali beliau sempat bilang begini. “Kalau ada dari mahasiswa saya yang bisa publish aplikasinya di Store, tidak perlu ikut UAS, langsung dapat A.” Tahun itu, Android dan iOS masih baru tahap awal. Rajanya handphone ya Nokia. Dan untuk aplikasi kita bisa ada di store, itu kualitas aplikasinya harus super bagus banget karena waktu itu platform owner masih sedikit tertutup dan memiliki QA yang ketat. Asusminya, klo aplikasinya sudah lolos QA dari store, berarti inti dari kuliah beliau sudah terpenuhi.

Pak Yusep dan anaknya

Pak Yusep dan anaknya (programmer cilik) pada acara Communicasia di Marina Bay Sand Singapore

Pak Yusep ini juga sering memotivasi mahasiswanya untuk ikut kompetisi, jangan hanya sibuk belajar di kampus. Saya ingat dimata kuliah Pengembangan Aplikasi Mobile (yang diajar oleh Pak Yusep juga), salah satu isian yang harus kita tulis selain Nama dan NIM adalah account Inaicta. Mindset awal kuliah Pak Yusep adalah membuat product dan proses validasi product itu bagus atau tidak salah satunya melalui kompetisi. Hingga akhirnya ada satu kompetisi yang mengubah hidup saya. Tahun 2010, Nokia Singapore mengadakan program bernama Tap That App. Program ini bekerja sama dengan kampus-kampus di beberapa negara untuk melahirkan aplikasi inovatif dari masing-masing kampus unggulan. Kebetulan kampus saya terpilih jadi perwakilan kampus dari Indonesia untuk berkompetisi. Di kelas Sistem dan Multimedia, Pak Yusep memberi informasi terkait lomba ini dan tentunya semua mahasiswa tertarik karena hadiahnya adalah USD 4000 untuk 10 ide aplikasi terbaik. Yup, IDE-nya aja udah 4000 USD. Alhasil saya submit ide dengan aplikasi berjudul Gamelan Player dan lolos 10 besar.

baca juga : Berbagi Pengalaman di Singapore, Communicasia 2011

Dari 10 besar tersebut, diminta untuk dijadikan aplikasi. Aplikasi terbaik (mungkin dari jumlah download) akan mendapat hadiah untuk showcase di acara Communicasia di Singapore. Beruntung saya menjadi aplikasi terbaik dan diterbangkan ke Singapore oleh Nokia. Ini adalah pertama kalinya saya keluar negeri sendiri, nginepnya pun di Marina Bay Sand, dan momen yang paling mengubah hidup saya adalah pertemuan saya dengan industri game dan aplikasi mobile pada acara ini. Di sini saya pertama berkenalan dengan Narenda yang dulu memegang posisi kunci di Nokia, lalu kenalan juga dengan Arief dari Agate, Ray dari GITS, dan banyak pelaku industri game dan mobile yang kala itu masih baru mulai merintis. Kemudian Nokia mengadakan cukup banyak sesi private sharing seperti knowledge sharing dari Rovio yang saat itu Angry Birds-nya sedang merajai game mobile. Serta banyak lagi momen lainnya yang menginspirasi saya.

Infinity pool

Infinity Pool Marina Bay Sand

Dari situ, saya semakin terbuka wawasannya dengan potensi industri mobile dan game. Penerimaan masyarakat terhadap Gamelan Player pun sangat baik. Dari situlah saya semakin yakin untuk masuk ke dunia Startup. Baru pas tahun 2011 lah bener-bener kecebur karena kompetisi yang bernama Bandung Venture Night. Tahun 2010 pernah ada juga Bandung Venture Night dimana Nightspade mendapatkan investment dari East Venture. Nah tahun 2011 kita juga mau coba peruntungan, menyiapkan business plan, logo, nama perusahaan, road map, dan lain-lain. Presentasi kita sih meyakinkan, tapi karena produknya belum ada, pada akhirnya kita tidak mendapatkan investment. Lalu untuk kali pertamanya, nama Arsanesia masuk ke DailySocial. Tak lama, semakin banyak media lain yang meminta untuk wawancara dan meliput Arsanesia sehingga nama Arsanesia mulai dikenal banyak orang. Dari situ kami berpikir bahwa kami sudah tidak bisa mundur lagi. Sudah ada “janji” yang kami sampaikan dia acara tersebut dan janji tersebut dipampang di media sehingga harus diwujudkan.

Screen Shot 2018-08-13 at 09.47.08

Dari situlah akhirnya jalan hidup saya saat ini berada di industri game. Jika dibilang siapa yang menjerumuskan saya ke industri ini, maka saya bisa bilang Pak Yusep dan Nokia (terutama Narenda, Bu Upik, Mbak Reta, dan ada dari Nokia Singapore siapa namanya lupa :p ). Tapi saya juga tidak akan bisa berada sejauh ini kalau bukan karena mentor-mentor saya, terutama di Bandung, yang terus membimbing dan berbagi ilmu. Hari ini pun saya masih terus berusaha give back to community dengan menjadikan iklim industri game di Indonesia lebih baik lagi. Saat ini hal paling kongkret yang bisa saya lakukan adalah dengan memanfaatkan sisa waktu luang saya untuk menjadi pengurus Asosiasi Game Indonesia dan juga menyempatkan diri untuk berbagi baik itu dengan menjadi pembicara hingga menjadi mentor untuk para game developer yang baru masuk ke industri. Melalui tulisan-tulisan di blog ini pun saya berusaha untuk bisa menjawab berbagai pertanyaan dan tantangan yang biasa dihadapi ketika membuat game.

About Adam Ardisasmita (1374 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar