Tips Bangkit Dari Kegagalan
Beberapa kali saya menemukan ada pertanyaan tentang kegagalan yang dialami dalam membangun sebuah perusahaan dan bagaimana caranya untuk bangkit dari kegagalan. Kegagalan sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup. Apalagi jika ingin membangun startup, yang namanya kegagalan itu udah by default. Rasanya tidak ada startup founder yang tidak pernah mengalami kegagalan. Cuma memang jarang sekali kita bisa mendengar kisah gagal seseorang dan apa yang membuat mereka bisa bangkit lagi ketika terjatuh.
Ada sebuah mitos yang mengatakan bahwa tiga tahun pertama adalah waktu yang paling krusial bagi sebuah startup. Tiga tahun awal adalah momen dimana founder startup, apalagi yang baru pertama kali mendidirkan startup, akan merasakan realita badai kegagalan yang akan menemani setiap harinya. Mereka yang berhasil survive tahun 3, biasanya akan bisa bertahan lama karena daya tahannya telah diuji. Lalu apakah yang mendasari timbulnya mitos ini? Apa yang membedakan mereka yang bisa bertahan dan yang gagal? Apa yang membuat seseorang bisa bangkit lagi tiap kali gagal?
baca juga : Trust Your Gut
Untuk menjelaskan cara agar bangkit tiap kali gagal, ada sebuah analogi menarik yang pernah saya pelajari. Bayangkan kita sedang berlibur di kota Lombok dan melihat dari kejauhan tampak gunung Rinjani yang megah. Melihat gunung tersebut, terbayang dibenak kita spot-spot indah di puncaknya, savana yang luas, hingga segara anak yang sangat populer. Perasaan ketika melihat gunung tersebut mendorong kita untuk menaklukan gunung tersebut hingga sampai di puncak.
Namun ketika kita mulai mendaki, masuk ke dalam hutan, melewati sungai-sungai, kita tidak bisa melihat lagi sosok gunung yang ingin kita daki. Tapi dengan goal yang sudah tertanam di pikiran kita dengan jelas, seiring dengan lelahnya kaki melangkah dan keringat yang mengalir, kita akan selalu diingatkan oleh puncak dari gunung Rinjani dan segala keindahannya.
baca juga : Modal Terbesar Sebuah Startup
Mengapa analogi ini menarik untuk digunakan? Salah satu hal yang paling mempengaruhi apakah seseorang bisa bangkit ketika gagal adalah apabila dia memiliki goal yang jelas dan menginspirasi kita. Seperti gunung Rinjani, dari kejauhan kita bisa melihat dengan jelas dimana lokasi puncaknya, seperti apa medan yang ada di sana, dan keindahan alamnya yang memotivasi kita. Walaupun ketika sedang berada di dalam hutan dan tidak bisa melihat puncak gunung tersebut, goal yang jelas dan menginspirasi akan membuat kita bertahan dari kelelahan yang mengikuti tiap langkah kita.
Sedangkan sebaliknya, jika ketika ingin memulai sebuah perjalanan (startup) kita tidak berbekal goal yang jelas dan menginspirasi kita untuk melangkah, maka akan sangat mudah untuk kita tersesat dalam hutan, mengalami berbagai kesulitan, dan akhirnya memutuskan untuk menyerah. Kata kuncinya ada dua, goal yang jelas (clear) dan goal yang menginspirasi (inspiring).
baca juga : Kehilangan Momentum
Ketika kita ingin memulai perjalanan sebagai seorang startup founder, kita harus benar-benar menentukan goal dari startup kita dengan jelas. Semakin detil goal kita, maka akan semakin mudah kita memvisualisasikan tujuan kita dimana dan posisi kita saat ini sudah berada dimana. Dengan memiliki goal jangka panjang, menengah, dan pendek, kita bisa selalu mengevaluasi diri kita dan melakukan reality check dimanakah kita berada saat ini dalam peta perjalanan startup kita. Pemandangan dari puncak Rinjani, padang savana, sagara anak, dan hutan yang indah merupakan contoh clear vision dari goal ketika mendaki gunung Rinjani. Ketika ingin membangun startup, apakah goal yang kita buat sudah cukup jelas? Apa visi dari startup kita dan mengapa kita ingin mewujudkan visi tersebut?
Yang kedua adalah goal yang menginspirasi. Siapa yang tidak terinspirasi untuk memanjakan matanya melihat indahnya gunung Rinjani dari puncaknya? Goal yang menginspirasi tidak hanya akan menjadi pemacu untuk kita agar dapat terus bangkit tiap kali jatuh, tapi goal yang menginspirasi juga akan menjadi bahan bakar yang sangat efektif untuk semangat tim kita. Tak hanya itu, goal yang menginspirasi juga akan menjadi magnet bagi perusahaan kita untuk mendapatkan talent-talent terbaik. Itu mengapa CEO perusahaan-perusahaan yang sudah sukses sering kali menyebutkan goal atau visi dari perusahaan di tiap kesempatan, mulai dari weekly meeting hingga ketika acara press release produk barunya. Beberapa contoh goal yang menginspirasi adalah Google “to organize the world’s information and make it universally accessible and useful,” Microsoft ” empower every person and every organization on the planet to achieve more,” atau yang lokal seperti Gojek “Membantu memperbaiki struktur transportasi di Indonesia, mmberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari.” Jadi jika ingin memulai startup, goal untuk memperkaya diri sendiri saja tentu akan membuat kita kesulitan di kemudian hari. Kita harus memiliki goal yang lebih selfless dan bisa menginspirasi banyak orang.
Kalau saya, yang membuat saya bisa bertahan selama ini adalah goal untuk bisa memberikan manfaat untuk banyak orang melalui teknologi. Dengan Arsanesia, kita bisa membuat lebih banyak orang berbahagia dan mencintai kearifan lokal. Dengan Arsa Kids, kita bisa meningkatkan kualitas edukasi generasi muda di Indonesia. Kebahagiaan dan kepuasan ketika kita bisa memberikan manfaat dan membantu mengukir senyum di dunia menjadi energi yang membuat saya terus berdiri tiap kali terjatuh. Itu mengapa jika ada yang bertanya ke saya bagaimana cara membangun startup, saya akan selalu menggali ke goal atau why yang dia miliki apa terlebih dahulu dibandingkan ide bisnisnya.
Tinggalkan Balasan