My Journal

Komitmen Asosiasi Game Indonesa (AGI) dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Untuk Mengembangkan Industri Game Lokal di Kancah Internasional

Industri game merupakan industri yang sangat besar. Tahun 2017, besarnya industri tersebut di Indonesia saja mencapai USD 880.000.000 atau kalau dalam rupiah setara dengan kira-kira Rp. 12.320.000.000.000. Nol-nya banyak banget yah :p Tapi dari total uang sebesar itu, yang masuk ke kantong developer game lokal gak sampai 2%. Dari 2% itu pun sebagian besar diperoleh Publisher game, yang masuk ke pengembang game di Indonesia jauh lebih kecil lagi. Jadi sebenernya miris yah melihat pasar yang sangat besar itu tapi kita sendiri tidak bisa menikmatinya. Atas dasar hal itu, Badan Ekonomi Kreatif mencoba mengakselerasi dan mendukung pertumbuhan industri game lokal agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Semenjak tahun lalu, Bekraf dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) menandatangani MoU untuk bersama-sama mencoba memajukan industri kreatif di subsektor game. Banyak sekali hal menarik yang kami diskusikan secara intens terkait rencana untuk mensupport industri lokal mulai dari infrastruktur, policy, fasilitas, talent, permodalan, pemasaran, dan lain sebagainya. Setelah kurang lebih satu tahun berdampingan dengan Bekraf, saya jadi semakin paham betapa besarnya semangat pemerintah untuk membantu industri lokal. Dan yang paling membuat mata saya terbuka adalah walaupun niatnya sudah sangat baik, ternyata pelaksanaan di lapangan tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Dari berbagai meeting yang dilakukan antara AGI dengan Bekraf, banyak sekali program yang sulit dieksekusi karena terbentur regulasi, terbentur birokrasi, dan banyak hal lainnya yang itu sangat kompleks, rumit, dan jelimet kalau mau diurai. Untuk membuat program atau mengeluarkan anggaran, tidak semudah perusahaan swasta yang hanya perlu tanda tangan dari CFO atau pihak terkait.

Dengan segala keterbatasan itu, Bekraf terbukti berhasil melahirkan program-program yang sangat bermanfaat untuk industri game lokal seperti Bekraf Developer Day untuk mencetak talent berkualitas, Bantuan Insentif Pemerintah sebagai bentuk sokongan modal bagi studio game yang berpotensi, Bantuan infrastruktu untuk memberikan fasilitas yang harganya sangat mahal menjadi terjangkau, hingga hal-hal sederhana seperti membantu kawan kita developer game lokal yang kesulitan memasukan developer kit-nya ke Indonesia. Saya ingin share satu program lagi yang cukup menarik dan saya ikut prosesnya dari awal yakni Bekraf Archipelageek membawa game developer lokal ke acara Game Connection US.

Latar Belakang Kenapa GCA

Dulu sekali, mungkin 4-5 tahun yang lalu, saya suka bingung kalau ada studio game lokal yang diberangkatkan untuk expo ke luar negeri oleh pemerintah. Bingungnya terkadang bertanya “kenapa milih acara itu? kan event itu kurang bonafit” atau “kayaknya portofolio game dev yang berangkat gak cocok sama acara itu” atau “kok yang berangkat dia-dia lagi, gak ada open call-nya, seakan tidak transparan.” Tapi tentu kita tidak bisa menyalahkan pemerintahnya juga karena mungkin mereka gak tahu, mungkin mereka mendapat “pembisik” yang kurang mengerti, atau gak punya akses ke developer lokal. Untuk itulah ada asosiasi. Dengan adanya AGI, kita bisa membantu pemerintah mengarahkan program yang lebih tepat guna dan memberikan impact.

Di akhir tahun 2017, komunikasi Bekraf dengan AGI sudah cukup intens untuk membahas kira-kira apa support yang dibutuhkan oleh industri game lokal dari pemerintah. Komposisi pengurus AGI yang sekarang pun sebagian besar di-isi oleh game developer yang sudah malang merintang di industri game lokal dan global seperti ada dari Agate, Toge Production, Digital Happiness, dll sehingga memiliki wawasan landscape industri game lokal dan global yang luas. Setelah menimbang banyak faktor, dari AGI memberikan usulan beberapa event yang terbaik sesuai dengan bidangnya. Ada event terbaik untuk talent upgrade yakni Game Developer Conference, ada event terbaik untuk b2b deal making yakni Game Connection America, dan ada event terbaik untuk b2c seperti Gamescom atau ChinaJoy.

Tentunya tidak bisa anggaran dihabiskan untuk industri game saja, masih ada 16 sub sektor lainnya yang harus disupport oleh Bekraf. Dari situlah kita pilih satu yang kira-kira paling bisa memberikan manfaat sesuai dengan kondisi ekosistem game di Indonesia saat ini yakni event B2B bernama GCA.

Open Call yang Bisa Diakses Siapa Saja

Ini salah satu bagian paling penting yakni kesempatan untuk diberangkatkan oleh Bekraf bisa diberikan untuk siapa saja. Melalui AGI, kami menyebarkan informasi ke milis anggota AGI, sosial media AGI, dan jaringan komunitas game developer lokal yang tersebar di berbagai kota. Dengan begitu, informasinya dapat terjangkau oleh seluruh game developer yang ada di Indonesia dan juga anggota AGI.

Sudah dilakukan proses open call pun Bekraf dan AGI tidak pasif. Ketika memutuskan untuk merekomendasikan GCA kepada Bekraf, AGI membentuk komite yang diberinama tim kurator untuk menjadi perpanjangan tangan Bekraf dan AGI untuk membantu program Archipelageek ini. Tim ini diisi oleh Pak Neil dari Bekraf, Saya, Jo dari Toge Production, dan Imron dari Digital Happiness. AGI sengaja mencari anggota tim komite yang sudah cukup lama di industri, pernah melakukan deal B2B, dan tidak akan apply program ini agar tidak ada conflict of interest.

Selain open call, tim komite berusaha untuk aktif menjemput bola juga. Beberapa yang menurut komite berpotensi untuk mendapatkan manfaat dari acara ini namun belum mendaftar kami coba hubungi satu-satu. Khawatir mungkin ada yang miss email dari AGI atau tidak melihat infonya di sosial media. Sayang aja kesempatan emas yang langka ini jika tidak dimanfaatkan oleh seluruh game developer yang ada di Indonesia.

Fasilitas Yang Diberikan

Pada acara GCA ini, Bekraf memberikan fasilitas berupa lahan untuk 8 developer yang nanti terpilih, konstruksi booth, dan juga marketing. Ketika melihat list ini, kami sempat menyampaikan kepada pihak Bekraf bahwa karena acaranya di US, kalau tidak ada akomodasi yang disupport, sepertinya agak berat. Tahun lalu archipelageek Bekraf x AGI pernah diadakan juga di Tokyo Game Show dengan skema yang sama. Tapi berhubung ke Jepang murah, skema seperti ini tidak masalah. Kalau ke US, beda lagi ceritanya.

Emang sih dari GCA ini kami cukup optimis potensi ROI yang didapatkan akan setimpal. Tapi rasanya game developer lokal yang berani investasi sekian besar untuk berangkat dengan biaya sendiri ke US masih dapat dihitung jari. Tapi setelah mencoba diskusi panjang, tetap tidak memungkinkan untuk bisa memberi bantuan transportasi atau akomodasi.

Di sisi lain, saya melihat faslitas konstruksi booth yang diberikan oleh Bekraf sangat luar biasa maksimal. Desainnya sangat wah. Bahkan sebenernya untuk event B2B, agak terlalu mentereng sih karena stand lain gak ada yang pakai konstruksi. Cuma mungkin Indonesia bisa jadi yang pertama dan paling mencolok sehingga menarik minat lebih banyak pengunjung yang hadir dan memperbesar potensi deal yang terjadi.

Proses Kurasi

Setelah waktu pendaftaran berakhir, sejujurnya saya agak degdegan. Oke sih GCA ini menarik banget buat yang B2B. Tapi emangnya ada yang bisa berangkat sendiri? Prediksi awal saya gak sampai hitungan jari, ternyata yang daftar jauh di atas ekpektasi saya. Saya pun sampai kaget ternyata cukup banyak game developer lokal yang berani berinvestasi cukup tinggi untuk bisa mencari deal bisnis di GCA.

Lalu tim kurator melakukan tugasnya untuk menyeleksi peserta yang sudah mendaftar. Tahap pertama adalah seleksi administras. Ada tiga syarat yang diajukan oleh tim yakni 1. Sudah berbadan hukum, 2. >50% saham dimiliki lokal, dan 3. Bersedia memberi laporan keuangan agar bisa dilakukan evaluasi apakah acara tersebut benar-benar bermanfaat. Dari situ, terpilihlah short list kandidiat yang akan dilakukan seleksi tahap dua yakni interview.

Di seleksi tahap dua ini, kami menanyakan lebih detil tentang apa yang mereka cari di GCA, seperti apa potensi bisnisnya, kami mencoba mempertajam produk atau service mereka, dan lalu memastikan terpilih 8 game developer yang kira-kira akan mendapatkan manfaat paling banyak dari acara ini. Bukan berarti yang tidak diloloskan studionya lebih jelek atau gimana, tapi mungkin acara ini tidak cocok untuk mereka. Kayak Arsanesia/Arsa Kids, kurang pas klo berangkat ke GCA. Mungkin lebih cocok ke Chinajoy, Korea GStar, Gamescom, dll yang lebih fokus ke produk.

Persiapan Keberangkatan

Proses persiapan keberangkatan ini yang menurut saya sangatlah vital. Mulai dari kesiapan administrasi, kesiapan biaya, kesiapan fisik, kesiapan material untuk event, dan lain-lain ini harus sinkron antara peserta archipelageek – AGI- Bekraf- EO – Penyelenggara event. Ada banyak sekali pihak yang terlibat di sini dan sangat besar sekali potensi untuk miss komunikasi yang berakibat sangat fatal. Di sinilah saya melihat peran AGI sangat penting sebagai jembatan penghubung.

Bekraf jelas gak bisa ngurusin peserta satu persatu secara ada belasan subsektur dan puluhan program lain yang mungkin sedang mereka dukung di saat yang bersamaan. Untuk itu Asosiasi harus bisa berperan secara aktif menjadi penengah dan memfasilitasi sebuah kebutuhan peserta, EO, maupun penyelenggara. Banyak sekali diskusi hangat yang kalau tidak ada wadahnya, tentu ini akan menjadi sebuah output yang destruktif. Untungnya jalur komunikasi lancar sehingga hingga detik ini belum ada (semoga tidak ada) masalah yang cukup besar. Malah kalau saya melihat suasananya sangat cair dan tiap entitas berusaha memberikan support dan inisiatif untuk menyukseskan acara ini.

Memang cukup banyak hal yang harus diluruskan terutama terkait work flow di pemerintahan. Kalau yang gak paham bagaimana regulasi dan undang-undang tentang penganggaran, tata cara membuat kegiatan, dan program-program pemerintahan, pasti akan protes kok ini gak bisa diginiin, kok anggaran itu gak bisa digituikan, kok uangnya ada tapi gak bisa dialokasikan ke hal yang lain, kenapa harganya segini, dll. Buat saya yang gak pernah kerja di pemerintahan ataupun perusahaan yang berbirokrasi tinggi pun pada awalnya saya suka jengkel apa susahnya ngealokasiin uang. Tapi ya memang itu undang-undangnya kayak gitu untuk mencegah adanya penyalahgunaan anggaran, korupsi, penyelewengan, dan lain-lain.

Contohnya gini, misalkan ada anggaran 10juta yang 5 juta untuk biaya sewa lahan yang 5 juta untuk biaya konstruksi. Kita gak bisa yang tiba-tiba di akhir bilang yang 5 juta biaya konstruksi jadi 2,5jt aja ya, 2,5jt nya untuk tiket pesawat pesertanya. Kalau ini startup saya sendiri mungkin gampang. Tapi kalau pemerintah, kayak Bekraf gini, Bekraf gak pegang uangnya. Yang melakukan pembayaran dari kementerian keuangan. Yang approve alokasi dana itu DPR dimana proses approval itu udah dari jauh-jauh hari. Jadi dalam proses eksekusinya, ada cukup panjang mata rantainya dan emang rigid demi mencegah adanya penyelewengan dana. Kalau kita berharap pemerintah bisa lebih fleksibel mengalokasikan anggaran, saya yakin yang pertama menentang adalah KPK hahaha

Harapan dan Saran

Saat ini peserta archipelageek telah terpilih dan siap berangkat. Harapan saya sih acara ini benar-benar memberikan manfaat dan memberikan impact besar bagi industri game lokal. Delapan peserta yang berangkat bisa mendapatkan deal yang mereka inginkan, bisa membawa jutaan dolar deal bisnis masuk ke Indonesia, dan bisa menjual produk dan layanan mereka di ranah global.

Harapan saya kolaborasi Bekraf dan AGI bisa semakin erat dan semakin banyak program-program lainnya yang bisa memberikan manfaat untuk industri lokal. Masih banyak area yang bisa kita akselerasi seperti dari sisi pengembangan talent, fasilitas, regulasi, dan banyak hal lainnya. Contohnya dari sisi talent kita perlu ada proses upgrade skill secara cepat dan besar. Mungkin bisa dengan mempermudah studio game internasional untuk membuka RnD atau development site di Indonesia sehingga para fresh grade bisa menimba ilmu di sana. Atau bisa juga dengan memberikan program beasiswa atau exchange ke negara atau studio game yang sudah sangat maju (bisa juga diterbangkan ke GDC untuk menimba ilmu). Bisa juga dengan mempermudah proses impor developer kit seperti Nintendo Switch Dev Jut, PS Dev Kit, XBox Dev Kit, VR Dev Kit, dll agar developer lokal bisa memiliki pasar yang lebih besar.

Saran saya terkait dengan proses persiapan GCA ini untuk ke depan mungkin bisa coba dianggarkan juga untuk biaya transportasi dan akomodasi. Mungkin gak full, bisa aja setengah biar yang terpilih memang mereka yang benar-benar butuh dan yakin ada manfaat yang bisa didapatkan di sana. Dengan memberikan keringan transportasi dan akomodasi, bisa memberikan kesempatan lebih luas bagi developer yang mungkin mempunyai produk potensial di acara tersebut tapi tidak punya modal untuk berangkat. Atau bisa juga next dibikin jadi ada dua kategori, kategori indie/startup dengan kategori yang sudah established. Misal dari 8, yang 4 diberi fasilitas tiket juga yang 4 biaya sendiri. Karena ketika proses open call kemarin, ada beberapa developer yang menyuarakan minatnya untuk ikut ke GCA (dan menurut saya punya potensi yang cukup besar) tapi terkendala biaya.

180373-pertama-kali

Para developer lokal yang akan berangkat ke GCA (foto milik Bekraf)

Overall, saya cukup puas dengan proses persiapan GCA ini. Saya sangat bersyukur di Indonesia ada asosiasi yang bener-bener care terhadap industrinya walaupun mereka yang menjadi pengurus ini semuanya punya full time work di studio masing-masing dan tidak mendapatkan gaji dari asosiasi. Bekraf juga menurut saya sudah berusaha yang terbaik untuk mendukung industri game di Indonesia. Jadi, milestone pertama yang harus kita kejar adalah meningkatkan market share lokal yang tadinya dibawah 2% bisa naik lebih besar lagi.

Terakhir, jika merasa ada yang kurang optimal terhadap support AGI ataupun Bekraf, boleh langsung disampaikan di kolom komentar yah. Misalkan ada saran, kritik, uneg-uneg, atau curhat terkait permasalahan yang dihadapi, monggo. Saya sendiri baru setahun menjadi pengurus di AGI dan masih banyak belajar. Semoga bisa lebih banyak hal yang diimprove ke depannya 🙂 Thanks

berikut press rilis dari Bekraf terkait GCA : http://www.bekraf.go.id/berita/page/10/pertama-kalinya-bekraf-kirimkan-8-delegasi-indonesia-ke-game-connection

 

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

3 Trackbacks / Pingbacks

  1. This is How BEKRAF and AGI Help Game Dev Through GCA 2018
  2. Bantuan Modal Dari BEKRAF Bernama Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) – Ardisaz
  3. Peran Pemerintah Dalam Mendukung Industri Game Indonesia – Ardisaz

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: