My Journal

[IFAssocMeetup] Bagaimana Startup Melakukan Scaling

Meetup IF Assoc

Meetup IF Assoc

Setelah sekian lama vakum dari meetup karena kesibukan masing-masing, akhirnya IF Assoc bisa kembali melakukan meetupnya tanggal 16 Oktober 2013 kemarin. Host acara kali ini adalah penghuni baru Sukajadi Valley, RadyaLabs, yang barus pindah kantor ke daerah Sukajadi (menyusul Sangkuriang, Nolimit, dan Arsanesia). Meetup ini sekalian dijadikan ajang syukuran kantor barunya RadyaLabs. Meetup kali ini dihadiri oleh 6 perusahaan IF assoc yakni RadyaLabs, Aruline Studio, Sangkuriang, NoLimit, Layang-layang Mobile, dan Agate Studio.

Seperti biasa, sesi pertama dibuka dengan update perkembangan terkini dari masing-masing perusahaan seperti sedang mengembangkan apa, sedang ada project dengan siapa, sedang ada kesulitan apa, dll. RadyaLabs seperti biasa masih sedang sibuk dengan project mobilenya di iOS, Android, dan WP. Ada beberapa client besar di bidang franchise makanan, telekomunikasi, dan bidang sumber daya alam yang kini sedang ditangani RadyaLabs (saya tidak sebutkan nama perusahaannya yah, takutnya NDA). Selain itu, RadyaLabs juga sedang mengembangkan sebuah produk menarik, evolusi dari produk sebelumnya yang sudah sempat dilaunching dengan nama metrofy. Saat ini, produk barunya sudah sampai tahap closed beta. Kita doakan saja semoga bisa cepat launching dan landing 🙂

Selanjutnya dari Aruline Studio, sebuah studio game yang saat ini juga mengerjakan project non game (seperti aplikasi edukasi). Project yang saat ini sedang ditangani menggunakan HTML5 dan bekerja sama dengan RL. Untuk product, belum ada lini game baru, masih mengembangkan countastic, tapi juga sedang ada game yang disiapkan untuk Asha. Mari kita tunggu game terbaru dari Aruline Studio.

Kemudian, salah satu perusahaan paling senior di IF Assoc yakni Sangkuriang. Seperti biasa, sangkuriang sangat kuat di bidang service dan sedang mengerjakan banyak sekali project. Bahkan saking banyaknya, Sangkuriang juga menawarkan berbagai project menarik yang bisa dielaborasi bersama rekan-rekan di IF Assoc. Selain itu, Sangkuriang juga memiliki product di bidang perbankan dan ada sebuah product yang sedang disiapkan untuk Enterprise solution (ini juga saya tidak berani sebut merknya karena mungkin masih belum boleh dipublish). Intinya, Sangkuriang menawarkan kerja sama pengerjaan project bagi teman-teman yang punya expertise di bidang Web, C++, wordpress, GIS, ERP, Mobile, geotagging, dll.

Selanjutnya adalah NoLimit. NoLimit baru saja meluncurkan product Dashboard versi 2 yang dilengkapi dengan fitur analitic, team, dan engagement yang lebih dalam. Mereka sedang menyiapkan product yang lebih ditargetkan untuk kalangan UKM agar bisa memonitor berbagai aktivitas di media sosial. Selain itu, NoLimit juga sedang mengerjakan project memanfaatkan engine miliknya dengan banyak pemain besar di bidang otomotif, telekomunikasi, maupun pendidikan.

Berikutnya sharing tentang Arsanesia. Arsanesia saat ini sedang menyelesaikan project2 terakhirnya di tahun ini yang ditargetkan selesai di bulan November.  Projectnya berupa advergame yang bekerja sama dengan beberapa brand di bidang industri musik dan industri kreatif. Selanjutnya, Arsanesia sedang fokus mengembangkan game terbarunya yang rencananya akan diluncurkan awal tahun depan.

Lalu perusahaan berikutnya adalah Layang-layang mobile. Layang-layang mobile masih fokus di bidang mobile apps, seperti namanya. Layang-layang mengerjakan beberapa project aplikasi untuk iOS, Android, dan BB dengan client perusahaan besar di bidang kesehatan juga perusahaan infrastruktur perangkat mobile. Selain itu, mereka juga masih menyisihkan waktunya untuk menyiapkan produk ecommerce yang dikembangkan dengan metode lean startup, juga ada product sampingan berupa game menggunakan unity.

Terakhir dari agate, saat ini sedang fokus untuk mengembangkan game sengokunya yang belum lama ini rilis. Saat ini sudah memiliki jumlah pengguna aktif cukup banyak (angkanya tidak saya sebut yah) dan sedang mengejar target untuk bisa mengakuisisi user lebih banyak lagi. Performanya juga cukup baik dan saat ini sedang sangat gencar melakukan marketing. Selain itu, product Footbal Saga 2 juga masih terus dikembangkan. Agate sendiri memiliki divisi B2B juga yang menangai berbagai jenis client yang membutuhkan produk game, baik itu advergame maupun game serius yang digunakan untuk training.

Nara sumber paling senior :)

Nara sumber paling senior 🙂

Tadi itu baru update terkini dari masing-masing perusahaan. Sesi tanya jawab ditengah-tengah update tersebut saja sudah cukup menambah wawasan. Ditambah dengan topik yang akan dibahas malam ini terkait dengan scaling, yakni menambah kapasitas dari perusahaan. Kalau membicarakan scaling, rasanya yang paling pas untuk sharing terlebih dahulu tentu adalah sangkuriang yang sudah memiliki unit bisnis yang besar. Lalu ada juga masukan dari Agate yang juga sudah memiliki bisnis yang besar.

Kalau ngebahas scaling, sebenernya yang bisa discale komponennya ada cukup banyak, entah itu scaling SDM perusahaan, scaling omset, scaling market, scaling mesin, scaling product, atau bahkan scaling membangun unit bisnis baru. Kalau membahas masing-masing poin tersebut, rasanya akan panjang yah, jadi saya akan coba bahas singkat saja dan yang penting-penting saja 🙂 *kalau mau lebih lengkap, dateng meetupnya aja* Point penting dari scaling adalah jangan asal nambah (entah itu orang, mesin, client, bisnis). Yang  tidak boleh luput adalah bisnis modelnya sudah proven terlebih dahulu. Mungkin bisa gunakan template bisnis model yang saat ini sedang banyak dipakai, yang ada 9 kotak itu, untuk memastikan apakah bisnis model kita udah proven. Kalo cashflow sudah terlihat jelas arahnya, baru dari situ dikaji mengenai scaling. Untuk bagian mana yang harus discaling, itu harus disesuaikan dengan strategic map perusahaan. Saya ambil contoh disangkuriang, mereka membagi strategic map menjadi beberapa sektor yakni support, technology, operational, market, dan finance. Ketika masing-masing sudah stabil, baru masing-masing sektor tersebut discaling bersamaan dan pelan-pelan bergantung dari kebijakan perusahaan. Sebagai contoh, dahulu, scaling sangkuriang didriven oleh project yang mempengaruhi kebutuhan SDM yang tinggi. Tapi untuk saat ini, scalingnya lebih difokuskan kepada peningkatan kompetensi SDM sehingga tidak perlu menambah SDM, tapi tetap bisa menghandle sektor market (dalam hal ini client) yang demandnya semakin tinggi. Caranya dengan mengubah beberapa metode operasional dengan sistem outsource. Itu kurang lebih kalau kita ingin membahas scaling secara umum, yang penting yang harus diperhatikan adalah cashflow. Quote menariknya adalah “urat nadi perusahaan adalah uang.” Jangan sampai kita melakukan scaling yang premature, sebenarnya bisnisnya belum siap, tapi sudah menambah SDM, menambah client, meningkatkan target pendapatan, dll.

Lalu pembahasan semakin menarik ketika membahas scaling product. Sebenernya obrolan ini menjurus ke arah product development, tapi akan saya coba share hal-hal yang terkait dengan scaling. Untuk scaling product, ada dua jenis, yakni horizontal dan juga vertikal. Horizontal yakni kita menduplikasi product yang kita miliki (dengan beberapa kostumisasi) agar bisa digunakan untuk user atau client yang berbeda. Sedangkan Vertikal yakni kita membuat bisnis model yang berbeda atau membuat product baru. Sarannya jika ingin membuat product baru, sebisa mungkin jangan terlalu merubah puzzle bisnis model kita terlalu banyak (yang tadi 9 kotak itu) karena akan lebih beresiko. Ketika kita punya product yang proven, artinya kita sudah memiliki bisnis model yang relatif lebih aman. Minimal, 3 kotak di puzzle tersebut yang berbeda di product baru kita untuk meminimaliris resiko. Entah product yang sama tapi untuk supplier yang berbeda, atau kita mengincar user yang sama tapi dengan fitur yang berbeda, dan lain sebagainya.

Kemudian ada juga pertanyaan menarik mengenai scaling yang spesifik, yakni scaling server atau system. Apakah dari awal kita harus sudah memikirkan bagaimana produk kita akan ready jika akan discaling? Jawabannya adalah yang penting fiturnya jadi dulu dengan optimal baru mikirin scaling. Kalau dari Sangkuriang ngasih tips untuk scaling ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama jangan scaling pakai asumsi. Kita gak bisa memberikan asumsi server saya nanti akan langsung memiliki 100.000 users, atau asumsi kalau menggunakan teknologi x akan lambat, dan lain-lain. Itu mengapa, fitur harus jadi dulu dan implemen dulu untuk melihat data. Baru nanti kalau dari data ada yang perlu discaling, kita selesaikan di situ. Khusus untuk scaling server, tips kedua adalah getting lower pasti menghasilkan performa yang lebih baik. Tapi sih intinya adalah masuk dulu, baru iterasi pelan-pelan. Karena banyak sekali kasus yang sudah mereka alami dimana planning dan fitur yang sudah disiapkan dari awal tidak terpakai ketika melakukan scaling. Agak berlawanan yah dengan mata kuliah RPL dimana semua fitur dan teknologi harus disiapkan yang paling sesuai dengan spesifikasi dan asumsi.

Sebenernya abis pertemuan ini selesai, masih ada yang meetup babak kedua yang gak kalah serunya. Yang paling seru tentunya tentang product development. Bahkan sampai detik ini, di milis IF Assoc masih rame ngediskusiin tentang product development. Mungkin next meetup nanti saya bisa share tentang itu 🙂

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. [IFAssocMeetup] Belajar Mengenai Perpajakan | Rumah Pikiran Ardisaz
  2. [IFAssocMeetup] Kick Start Meetup IF Assoc Versi Online – Ardisaz

Tinggalkan komentar