My Journal

Terima Kasih The Amazing Spiderman

gambar diambil dari fonearena.com

Jadi, semenjak saya kecil (kira-kira di era SD gitu), banyak superhero ternama seperti spiderman, batman, superman, dan man-man lainnya. Di antara semua superhero yang ada, saya paling suka dengan spiderman. Saya mengikuti ceritanya di TV mulai dari kostum merah birunya hingga kostum hitam dan sampai cerita ke luar angkasa. Namun entah mengapa, film kartun tersebut tidak ada lagi di TV. Beruntung, game-game PS spiderman cukup banyak, sehingga masih bisa terus menikmati aksi spiderman di video games. Jadi kalau kala itu superhero yang paling saya favoritkan bisa di bilang adalah spiderman. Tapi, saya cukup sedih dan kecewa ketika film tersebut dibuat versi orangnya oleh hollywood.

Hollywood seringkali meremake suatu cerita dengan berbagai improvisasi yang dirasa bisa menyentuh pasar lebih luas (ujung-ujungnya duit pastinya). Ketika di awal saya nonton film Spiderman, dari kejadian si Peter Parker tiba-tiba bisa ngeluarin jaring dari tangannya aja saya sudah cukup terkejut. Oh, oke. Ini improvisasi lah dari hollywood, toh gak mengurangi esensi dari spiderman. Tapi satu hal yang menurut saya paling esensial dan tidak boleh diganggugugat adalah karakter dari Peter Parker dan Spidermannya itu sendiri. Ciri khas spiderman adalah ketika bertarung, pasti banyak bacotannya (omongan-omongan bermulut besar yang jenaka), bisa dibilang spiderman ini agak usil. Tapi entah mengapa, versi orang dari Spiderman ini justru membuat Spiderman menjadi terlalu mellow dan lembut. Wah, jujur saya kecewa berat nih dengan karakter spiderman yang kurang nendang. Lalu kalau si Peter Parkernya, sisi nerd dan genius dari peter parker kurang ditonjolkan sehingga terlalu termakan sifatnya yang cupu. Padahal, seharusnya Peter Parker itu harusnya jadi seperti Tony Stark dalam bereksperimen. Lalu, salah satu khas hollywood adalah sangat mengagung-agungkan efek, entah itu efek ledakan, animasi, dll. Nah, di Spiderman yang lama, saya melihat terlalu mewah menggunakan efek ini-itu sehingga ciri khas pertarungan spiderman yang penuh dengan kegesitan, kelincahan, dan tindakan-tindakan jenaka jadi hilang. Mereka terlalu fokus dengan mengoptimalkan efek-efek luar biasa yang memukau mata.

Setelah spiderman 1, spiderman 2, dan spiderman 3, saya merasa ketiga-tiganya sama saja. Malah kalau dari plot cerita, terlalu ringan dan kurang mendalami kisah atau karakternya. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah ngotot intin mengembalikan spiderman seperti cerita aslinya, bukan cerita yang disesuaikan untuk masyarakat. Ketika melihat trailernya Amazing Spiderman saja, saya sudah menaruh harapan tinggi terhadap film ini. Agak ngeri juga sih nontonnya, takut over estimated sama filmnya dan malah kecewa. Akhirnya, hari ini saya coba menonton film The Amazing Spiderman.

Di awal, plotnya emang agak kurang dalam (mungkin karena masalah durasi) sehingga momen-momen di masa kecilnya dan momen-momen sebelum masuk ke cerita intinya agak terburu-buru. Tapi itu semua terbayar ketika cerita mulai masuk flow yang enak. Penyebab Peter Parker menjadi spiderman masih sama, digigit oleh laba-laba mutan. Nah, yang tepat adalah di sini kekuatan yang dimiliki Peter Parker hanyalah super strength dan spider sense, sudah itu saja. Tidak ada ngeluarin jaring dari tangannya. Justru di bagian inilah ditunjukan bahwa peter parker adalah orang yang jenius dan bisa menciptakan gadget hebat. Dia membuat sendiri alat pemancar jaring khusus menggunakan tangannya. Saya cukup terharu melihat scene ini :’) hehehe…

Gambar diambil dari screenrant.com

Lalu, adegan pertarungannya. Wahhh… ini bikin CLBK banget. Tingkah laku spidey yang nyeleneh, ngocol, asal, dan lincah bener-bener digambarkan dengan amat sangat baik sekali. Saya harus acungkan jempol untuk akting dari Andrew Garfield. Saya tidak perduli dengan efek pertarungan di udara yang dibangga-banggakan spiderman sebelumnya, buat saya yang penting justru karakterisasi Spidey ini yang sangat menyentuh. Dan yang terpenting adalah, saya kira alur ceritanya hanya akan biasa-biasa saja, minimal setera dengan spiderman yg dulu-dulu, ternyata, alur ceritanya oke parah. Beberapa hal kurang didalami, tapi mengingat ada potensi sequel, tidak masalah. Tidak ada film spiderman versi dulu yang punya plot seoke ini 🙂 Worth to watch banget lah, terutama bagi para penggemar Spiderman 😀

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Comment on Terima Kasih The Amazing Spiderman

  1. Wah, satu selera, aku juga lebih suka spidey yang ini daripada yang versi tobey. Lebih mirip ama di kartun-kartun dulu, kocak.

    Suka

1 Trackback / Pingback

  1. [Review] [Film] The Amazing Spiderman 2 | Ardisaz

Tinggalkan komentar