My Journal

Menjadi Moderator Diskusi yang Baik

Gambar diambil dari remotivi.or.id

Saya ingat ketika hadir di forum-forum di kampus ada kata-kata bahwa moderator adalah dewa. Dewa di sini artinya jalannya diskusi atau kegiatan benar-benar dikontrol dan dikendalikan oleh sang moderator. Oleh karena itu, menjadi moderator sebenernya bukan hal yang mudah karena kita harus bisa menempatkan diri sebagai posisi yang netral, harus bisa mengatur jalannya diskusi, dan yang pasti seorang moderator harus memilliki kewibawaan. Wibawa atau karisma tersebut tidak hanya terbangun dari karakter seseorang, tapi juga dari intelektual seseorang. Sebagai salah satu penggemar diskusi, saya sangat menikmati acara Indonesia Lawyer Club di TVOne. Acara ILC tersebut merupakan sebuah ajang diskusi dengan berbagai narasumber baik itu orang super penting dan terkenal hingga kalangan amatir. Saya melihat, peran Karni Ilyas dalam diskusi tersebut sangatlah vital. Sebagai moderator, dia harus bisa menghentikan seseorang yang bicara keluar dari alurnya, harus bisa menenangkan audience yang tidak fokus, harus bisa melerai diskusi yang kurang sehat, harus bisa membagikan porsi bicara yang sesuai kepada masing-masing peserta diskusi, dan lainnya. Pekerjaan itu tidak mungkin bisa dilakukan andaikata Karni Ilyas tidak memiliki wawasan yang luas, pengetahuan yang dalam, dan kecerdasan berpikir yang baik.

Saya ingin mengambil sebuah acara pembanding yang ceritanya dia ingin menyaingi format ILC, melakukan diskusi di round table, mengundang banyak pembicara, mengangkat topik-topik hangat dan aktual. Secara format acara, sudah sama persis lah kayak ILC, sama-sama di TV Nasional juga. Namun sayangnya, dari sisi moderator, jauh sekali jika dibandingkan dengan Karni Ilyas. Bahkan, acara tersebut menggunakan dua orang moderator, namun tetap menurut saya diskusinya tidak hidup. Moderator acara tidak terlihat sangat menguasai materinya, tidak tanggap terhadap flow diskusi, tidak memiliki wibawa karena terlalu sering bercanda yang tidak penting, dan menurut saya yang paling fatal adalah sering salah dalam menerjemahkan kata-kata. Salah satu peran moderator adalah menangkap intisari dari penjelasan narasumber dan melempar intisari tersebut sebagai topik diskusi ke narasumber selanjutnya. Moderator acara ini seperti jurnalis amatir yang sering mensalahtafsirkan sesuatu. Saya ambil contoh kongkrit, dua orang moderator ini sempat memimpin topik mengenai UMP. Ada satu perwakilan pengusaha yang intisari perkataannya adalah UMP 1,5jt saja pasti cukup andaikata pemerintah memberikan jaminan kesehatan, jaminan tempat tinggal murah, dan harga barang yang tidak naik. Tidak ada gunanya UMP dinaikan kalau kebutuhan yang lain juga naik. Lalu sang moderator ini melemparkan argumen tersebut ke perwakilan buruh dengan pertanyaan “bagaimana nih menurut anda, dari pengusaha mengatakan klo 1,5 jt saja cukup kok, menurut anda 1,5jt cukup tidak?” Pertanyaan tersebut adalah contoh ketidakcerdasan moderator dalam menangkap makna. Pengusaha tersebut maksudnya adalah “Pemerintah yang harusnya berperan” namun moderator mengartikan “Pengusaha minta 1,5jt, itu cukup.”

gambar diambil dari alumni-manbkl.blogspot.com

Ada satu lagi menurut saya seorang jurnalis yang mampu menjadi moderator dengan sangat baik, sangat kritis, lugas, dan cerdas yakni Najwa Shihab. Saya sempat dua kali mengikuti Mata Najwa yang menurut saya diskusinya sangat berani yakni mengenai Roma Irama menjadi presiden dan mafia di persepakbolaan Indonesia. Najwa bisa dan berani mengkonfrontir bang haji dengan berbagai pertanyaan yang akhirnya membuka mata kita tentang kapasitas seorang bang haji roma untuk menjadi presiden. Lalu, di episode tentang mafia sepakbola, Najwa berani meletakan ketua PSSI asli, PSSI abal, dan Menpora baru pada satu meja. Saya bener-bener salut sama ketajaman Najwa dalam membedah kontrak, MOU, surat dari FIFA dan AFC, menggali argumen dari PSSI dan Menpora, sehingga saya jadi benar-benar terbuka bahwa PSSI abal ini tidak lain berdiri karena egoisme semata. PSSI abal ini “menahan” pemain, merasa punya PSSI sendiri, dan merasa punya yurisdiksinya sendiri padahal baik itu FIFA maupun pemerintah tidak ada yang mengakui. Kalau begitu caranya, semua orang bisa bikin PSSI versinya sendiri dan “mencuri” pemain-pemain nasional kita agar kita diakui. Tapi lepas dari itu, saya kembali mengacungkan jempol sama kemampuan moderator acara Mata Najwa dalam membawa diskusi tersebut.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Menjadi Moderator Diskusi yang Baik

  1. adaaaamm… so nice to read your posting.. 🙂 becoming a host or moderator is really interesting..

    Suka

  2. makasih yosay 🙂 iya kayaknya seru yah

    Suka

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Test Drive jadi Moderator di Acara GenReon 2013 | Rumah Pikiran Ardisaz
  2. Tips Menjadi Moderator Talkshow – Ardisaz

Tinggalkan komentar