My Journal

Perlukah Startup Mencari Investor?

Dengan maraknya startup (untuk yang belum tahu apa itu startup, bisa dibaca di sini)  bermunculan saat ini, semakin banyak pula ajang investasi meramaikan industri tersebut. Semakin sering saya melihat ada iklan atau acara sesi pitching (bagi yang pertama kali mendengar istilah pitching, bisa dibaca lagi di sini) bersama investor dalam berbagai macam jenis dan bentuk. Tak heran jika terbentuk pola pikir apabila seseorang membangun sebuah startup, maka hal pertama yang ia lakukan adalah membuat proposal bisnis dan melakukan pitching untuk mencari investor. Lalu pertanyaannya adalah, apakah perlu sebuah startup mencari investor?

Nah, sebenarnya jawabannya adalah tergantung startup teman-teman. Apabila startup teman-teman membutuhkan modal yang amat sangat besar atau teman-teman ingin melakukan akselerasi super cepat terhadap bisnis teman-teman, maka investor akan sangat membantu tujuan teman-teman tersebut. Lalu bagaimana dengan startup yang modalnya tidak begitu besar dan sebenarnya mampu untuk membangun usahanya sendiri? Kalau menurut saya, mencari investor tidak perlu tapi pitching tetap perlu. Loh, bedanya apa? Jadi, ketika pitching, kita akan menjelaskan dengan detil apa itu bisnis kita dan bagaimana kita menjalankannya. Pada proses pitching, sangat terbuka kemungkinan untuk kita ditertawai, dicaci-caci, atau bahkan dipuji.  Menurut saya yang berharga adalah proses pendewasaan dari satu pitch ke pitch yang lain. Jadi memang niatnya bukan untuk mendapatkan invest, tapi untuk belajar. Kita bisa mendapatkan masukan berharga, pandangan dari sudut yang berbeda, pengalaman menyampaikan idenya, dan banyak sekali pelajaran yang bisa diperoleh lainnya. Arsanesia juga melakukan pitching 4 hari setelah business plan selesai dibuat. Lalu apakah kami mendapat investor? Tidak. Tapi kami mendapatkan proses pembelajaran dan pendewasaan. Arsanesia terus berjalan dan berevolusi dari satu pitch ke pitch yang lain hingga akhirnya kami menemukan performa terbaik kami.

Yang bahaya adalah jika seseorang membuat startup tapi hanya fokus ngubek-ubek business plannya dan slide presentasinya saja. Menghabiskan berbulan-bulan untuk market research, menghabiskan puluhan juta untuk melakukan survey, mempersiapkan slide demi slide yang memukau, dan lain sebagainya, tapi ia lupa terhadap produknya. Mereka berpikirnya, kita bangun dulu fondasi yang kokoh, analisis yang dalam, dan jangan sampai produk kita gagal di pasaran. Kalau saya berpikir sebaliknya. Jangan takut gagal dan segeralah mengubek-ubek produk anda. Proses pembelajaran terbaik adalah dari pengalaman. Jadi jangan harap produk pertama yang kita rilis adalah produk terbaik yang sudah sempurna. Guy Kawasaki juga berkata, segala hal seperti testing, survey, analisis, dll itu adalah mainannya perusahaan yang sudah besar. Untuk perusahaan startup, segeralah ambil obeng dan mulailah membuat produk kalian sendiri. Contoh lain, Angry Bird adalah produk ke 52 dari Rovio, apakah kita tahu produk2 sebelumnya apa?  Yang kita tahu adalah Rovio merupakan perusahaan yang berhasil membuat produk yang sukses, yaitu Angry Bird. Sebenarnya tidak penting seberapa buruk kita memulai, yang penting adalah sebarapa baik kita mengakhirinya. Jadi jangan takut untuk segera mengambil tools kita, kerjakan produk kita, dan publish produk tersebut. Buat yang masih malu-malu atau masih sibuk ngerancang business plan dan slide presentasi teman-teman, tidak usah takut untuk mulai melepaskan produk teman-teman ke pasar. Segala sindirian, ejekan, pujian, dan berbagai jenis respon orang terhadap produk teman-teman, justru akan membuat baik itu startup ataupun produk teman-teman semakin matang dan berkualitas. Mengutip slogan Nike, “just do it”.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Perlukah Startup Mencari Investor?

  1. keren!. gw setuju sama prosesnya sih, it’s about proses!. tapi ketika produk kita sudah jadi dan kita ingin mengembangkan lebih jauh bagaimana? kalau kita punya funding yang memadai sih tak mengapa, tapi kalau modalnya terbatas tetap butuh investor saya kira.

    Selain itu juga investore juga membuka jalan pada kita untuk mengembangkan dan mengakses pasar yang lebih luas.

    Suka

  2. Yap betul banget,
    Kalau tentang “mau dibawa kemana” usaha kita, itu sebenarnya balik lagi ke foundernya. Apakah mau membangun secara organik atau anorganik. Dua2nya tidak ada yang salah.
    Yang salah adalah jika seseorang membuat startup tapi tidak mempersiapkan produk atau jasanya dengan baik.

    Salam hangat dan semangat 😀

    Suka

4 Trackbacks / Pingbacks

  1. Bagaimana Investor Memilih Startup? « Rumah Pikiran Ardisaz
  2. Perbedaan Pola Pikir Antara Venture Capital Dengan Studio Game | Ardisaz
  3. Perlukah Startup Game Mencari Pendanaan Dari Venture Capital? | Ardisaz
  4. Tiga Kesalahan Yang Sering Dilakukan Oleh Startup Baru | Ardisaz

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: