My Journal

Pentingnya Divisi Research and Development Untuk Dunia IT

Ada sebuah analisis yang mengatakan kalau kegagalan Nokia sehingga harus diakuisisi oleh Microsoft adalah lambat untuk berinovasi. Mungkin ini juga karena berada terlalu lama di comfort zone. Blackberry juga mungkin mengalami hal yang sama. Industri IT memang bergerak sangat cepat sehingga tidak bisa kita hanya berdiam diri dan merasa aman tanpa melihat ke depan.

Tren baru akan selalu muncul. Mereka yang bisa membaca apa yang akan menjadi tren berikutnya dan mempersiapkan produk yang dapat bersaing dengan perubahan zamanlah yang akan bisa terus survive. Itu mengapa divisi Research and Development sangatlah penting untuk bisa terus mempersiapkan diri apabila harus segera beradaptasi dengan perubahan zaman.

baca juga : Nasib Nokia di Tangan Microsoft

Yang namanya RnD, terkadang membuahkan hasil, namun sebagian besar tidak menjadi apa-apa. Tapi itulah pertaruhan yang harus kita lakukan agar tetap relevan dengan zaman. Akan jauh lebih beresiko apabila kita tidak mempersiapkan diri. Pertanyaannya, untuk startup yang tidak memiliki budget besar ini bagaimana bisa melakukan riset?

Saya mendapatkan sebuah tips dari salah satu senior saya yang merupakan seorang founder dan CEO dari Startup yang bernama NoLimit. Aqsath pernah sharing bahwa startup harus mengalokasikan waktunya dengan pintar. Sekitar 70% waktunya untuk cashcow atau untuk mengembangkan business model yang sudah valid dan menghasilkan, 20% untuk pengembangan bisnis yang dalam waktu dekat terlihat menjanjikan, dan 10% waktunya untuk mengerjakan sesuatu yang masih jauh ke depan, bahkan marketnya saja mungkin belum ada. Jika kita hanya sibuk menghabiskan waktu untuk memerah uang dari bisnis model kita atau teknologi kita hari ini, maka mungkin belum tentu 5-10 tahun lagi kita akan bertahan.

baca juga : Startup yang Lahir dari Kombinasi Akademis dan Industri

Di Arsanesia pun begitu. Dulu ketika game engine belum rame, kami riset beberapa game engine salah satunya Unity. Begitu Unity berkembang, tim kami pun sudah siap. Saat ini pun kami sudah riset tentang VR walaupun marketnya belum ada. Ke depan, cukup banyak materi riset yang akan kami kejar seperti mixed reality menggunakan Hololens, OS baru yang didorong oleh Samsung yakni Tizen, dan banyak lainnya. Marketnya memang belum jelas, tapi kami harus acquire teknologinya lebih dulu dibandingkan yang lain sehingga jika nanti marketnya sudah mature, kami sudah siap.

Itulah konsekuensi logis bekerja di dunia IT, tren akan selalu berkembang. Kita harus selalu melihat perkembangan tools, perkembangan teknologi, perkembangan pasar, dan banyak lainnya. Jangan takut untuk keluar dari comfort zone, at least menyisihkan 20-30 persen waktunya untuk belajar hal baru.

About Adam Ardisasmita (1374 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. Mengenal Tizen, Sistem Operasi Pesaing Android dan iOS – Ardisaz

Tinggalkan komentar