Saya pernah share di postingan sebelumnya bahwa saya mulai beralih ke Android (tulisannya bisa dibaca di sini). Lalu setelah Android mulai meluncurkan update OS terbarunya yakni Android Lollipop, respon dari rekan-rekan saya sesama penggiat IT dan gadget sangat positif. Beberapa rekan saya sempat berkomentar untuk mulai mempertimbangkan switch dari iOS sebagai primary devicenya menjadi Android.

Sama seperti rekan-rekan saya, saya juga awalnya tidak suka dengan sistem operasi yang dihadirkan oleh Google ini karena erat dengan kesan laggy, berantakan, dan terlalu rumit. Desain dan UX yang ditawarkan iOS jauh sekali jika dibandingkan dengan Android beberapa tahun yang lalu. Secara jumlah fitur, mungkin iOS ketinggalan jauh, tapi iOS memberikan fitur dengan penggunaan termudah, simpel, dan cantik sehingga orang rela ketinggalan suatu fitur selama fitur yang ada di iOS berjalan dengan sangat lancar dan baik.

Perubahan Drastis Pada Android Lollipop

Android Lollipop ini merupakan pembawa perubahan besar bagi Android. Dari yang awalnya desainnya berantakan dan penuh, kini desain di Android Lollipop menjadi lebih clean dan simpel. Nuansanya mirip dengan tren saat ini yakni flat desain. Desain yang pertama dipopulerkan oleh Windows Phone, lalu Apple, dan kini Android ikut masuk ke ranah desain tersebut. Android Lollipop memiliki konsep desain yang disebut Material Design, sebuah guideline untuk mendesain aplikasi agar sesuai dengan standar yang google terapkan di Android Lollipop.

Akhirnya, dari review yang beredar saat ini, saya melihat bahwa Android mulai mengejar sisi UX dan desain dari Apple. Mungkin belum benar-benar bisa menandingi Apple, tapi kalau head-to-head fitur dengan Apple, kini fitur tambahan yang dimiliki Android terlihat lebih menggiurkan. Android hari ini, dengan harga yang ditawarkan oleh iPhone termurah di pasar, mampu memberikan experience yang sudah sangat jauh lebih baik. Lollipop memberikan mata kita suguhan desain yang minimalis dan mudah dimengerti, animasi yang menggoda visual, hingga integrasi fitur yang belum dimiliki oleh Apple.

Integrasi di Semua Layanan Google

Integrasi adalah kunci dari Android yang membuat OS tersebut menjadi jauh lebih sexy. Google Now mampu mengintegrasikan history browser kita, isi inbox kita, dan berbagai layanan google lainnya yang kita gunakan sehingga bisa memberikan informasi yang relevan dengan kita. Jujur saya sering dibuat kaget ketika tiba-tiba Google Now bisa memberitahu flight kita yang didelay, jadwal pertandingan klub favorit saya, hingga waktu yang dibutuhkan untuk saya pulang ke rumah. Integrasi semacam ini yang belum dimiliki oleh iOS terbaru milik Apple.

Kalau Apple tidak mengeluarkan update-update revolusioner lagi ke depan, maka bisa-bisa akan semakin ketinggalan oleh Android. Coba saja lihat tingkat adopsi iOS 8 yang sangat lambat dibandingkan iOS sebelumnya, itu menunjukan ada yang salah dengan Apple saat ini (saya pernah bahas mengenai lambatnya adopsi iOS 8 di tulisan ini). Saat ini Apple masih juara dari sisi Ekosistem. Fragmentasi device yang sangat minim di iOS membuat developer lebih memprioritaskan apps-nya di iOS dibandingkan di plaform lain. Namun nampaknya lini produk Apple mulai semakin melebar (walaupun belum semasif device Android). Menurut saya kalau Android bisa membuat ekosistem yang sama bagusnya dengan Apple sehingga banyak aplikasi keren dan inovatif juga hadir di Google Play, pengguna tidak akan ragu untuk segera switch ke Android.

Jadi akan sebanyak apakah pengguna iOS yang switch ke Android? Atau bisakah Apple menghadirkan fitur-fitur yang saat ini telah tertinggal dari Android? Mari kita perhatika sepak terjang dua platform raksasa di kancah mobile. Kalau saya pribadi, perhatian saya sudah mulai beralih ke Android melihat antara harga dengan fitur yang dihadirkan semakin kompetitif.