My Journal

Pergerakan Mahasiswa Secara Vertikal

Sebagai calon mantan mahasiswa, saya ingin menyampaikan sedikit pandangan saya tentang pergerakan mahasiswa dalam melaksanakan perannya terhadap Indonesia. Kita kenal gerakan vertikal dan horisontal. Gerakan vertikal adalah komunikasi langsung dari mahasiswa dengan pemerintah terkait dengan kebijakan, aturan, atau perilaku pemerintah dalam mengayomi rakyatnya. Gerakan horisontal adalah cara mahasiswa merangkul masyarakat kecil dengan memberdayakan dan membangun komunitas masyarakat agar bisa hidup lebih baik lagi. Dua gerakan tersebut adalah hal yang harus dilakukan mahasiswa secara berimbang. Saya kali ini akan membahas mengenai gerakan vertikal.

Dalam melakukan komunikasi dengan pemerintah, ada banyak sekali jalannya. Yang paling awal adalah melalui diskusi atau jajak pendapat, yang kedua adalah dengan melakukan demonstrasi, dan yang terakhir dengan melakukan revolusi. Langkah awal untuk menyikapi kebijakan pemerintah adalah dengan diskusi, duduk bersama, dan bertukar pikiran. Mari kita lihat apa permasalahan yang dialami pemerintah dan bagaimana mahasiswa bisa membantu memecahkan masalah tersebut dengan memberi solusi. Inilah sebetulnya peran utama kita sebagai mahasiswa, yaitu memberi solusi terhadap permasalahan bangsa. Jika kita tidak mendapatkan akses untuk memberikan solusi, barulah kita melakukan demonstrasi. Tapi yang perlu diingat adalah demonstrasi tidak sama dengan anarkis. Demonstrasi adalah proses penyeruan suara dari aspirasi aspirasi rakyat dan intelektualitas mahasiswa dengan mengumpulkan massa sebagai penguat argumentasi serta dilakukan di titik strategis agar mendapat perhatian publik. Satu hal yang ingin saya tekankan adalah intelektualitas mahasiswa. Demonstrasi dilakukan dengan “cerdas”, dengan melalui proses analisis masalah, diskusi mendalam mengenai permasalahan, penyampaian poin-poin tuntutan, dan pemaparan solusi dari hasil buah pikiran kaum intelek. Jika demonstrasi tidak cerdas, hasilnya hanyalah suatu kesia-siaan yang sangat berpotensi menuju sikap anarkis karena tidak ada visi misi dan tujuan yang jelas dari aksi tersebut. Aksi yang cerdas haruslah membawa substansi dan konten yang cerdas, dikoordinasikan dengan baik, dan dilakukan dengan tertib. Jangan sampai kita melakukan aksi tapi tidak tahu akar permasalahannya, tidak tahu apa tujuannya, tidak ada yang mengoordinir jalannya demonstrasi, apalagi sampai bertindak anarkis seperti merusak, mengotori, atau membakar baik itu benda-benda di sekitar ataupun diri sendiri.

Sebenarnya ada satu lagi gerakan mahasiswa yang menurut saya lebih dahsyat dan lebih hebat dari gerakan vertikal maupun horisontal. Entah namanya apa, mungkin gerakan diagonal, yaitu dengan cara menciptakan sebuah solusi, ide, inovasi, atau karya yang bisa membantu pemerintah dan masyarakat. Tak perlu deskripsi panjang, saya berikan contoh, mahasiswa yang memiliki program untuk mengembangkan pembangkit listrik dan memasangnya di pedalaman yang belum tersentuh listrik serta mengajarkan masyarakat di sana untuk bisa merawat pembangkit tersebut. Mahasiswa yang bertipe seperti inilah yang muncul dengan sebuah karya yang bisa mensejahterakan rakyat dan juga membantu program pemerintah. Mereka melahirkan inovasi-inovasi luar biasa yang membantu Indonesia untuk tumbuh, bangkit, dan berkembang. Bayangkan jika seluruh mahasiswa di Indonesia melahirkan inovasi di berbagai bidang mulai dari inovasi kesehatan, inovasi ekonomi, inovasi teknologi, inovasi budaya, inovasi seni, dan inovasi di bidang lainnya, saya rasa dalam waktu beberapa tahun ke depan, Indonesia akan bisa jauh lebih sejahtera lagi. Coba tengok negara-negara maju, mereka memiliki banyak karya dari universitasnya masing-masing sehingga mereka bisa menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera.

Terakhir dari saya, gerakan vertikal itu perlu, tapi coba lakukan dengan cerdas. Ketika sudah tidak bersubstansi dan anarkis, itu sudah tidak cerdas lagi. Cobalah untuk mulai memfokuskan diri ke gerakan diagonal karena gerakan itulah yang sesungguhnya saat ini dinantikan oleh bangsa Indonesia. Janganlah jadi orang yang mengutuk kegelapan, tapi jadilah lilin-lilin kecil yang menerangi kegelapan.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: