Pemerintah Harus Melindungi Indonesia dari Rokok
Bagi yang sudah mengikuti blog saya semenjak lama, pasti sudah tahu pandangan saya tentang Rokok (tulisannya ada di sini). Saya menghargai kebebasan seseorang untuk merokok dan saya juga menghargai mereka yang menghargai kebebasan seseorang untuk bebas dari asap rokok. Untuk urusan kesehatan, saya serahkan ke pribadi masing-masing saja selama tidak mengganggu kesehatan orang lain. Lalu dari MUI sendiri sudah membuat fatwa haram terhadap rokok (bisa dibacaย di sini), jadi urusan konsekuensi juga terserah masing-masing yah. Kalau mereka mau merusak hidup mereka sendiri ya itu kembali ke diri sendiri. Yang jelas fakta bahwa rokok itu merusak kesehatan fisik, mental, dan finansial itu saya rasa sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.
Yang jadi masalah adalah pemerintah kita tidak serius melindungi generasi masa depannya dari ancaman rokok. Baru-baru ini ada program yang mewajibkan menempel stiker bergambar seram yang bertujuan untuk mengingatkan bahayanya merokok. Agar orang itu sadar ketika merokok, mereka sedang menyakiti dirinya sendiri. Namun itu saja tidak cukup. Peredaran rokok masih terlalu mudah diakses. Harusnya rokok itu dibatasi peredarannya seperti bagaimana minuman keras dijaga ketat. Hal ini untuk mencegah agar rokok tidak dikonsumsi oleh anak-anak. Di depan kantor saya sering tuh ada anak SMP, nongkrong dan ngerokok di situ. Jujur saya miris banget ngeliat generasi penerus Indonesia kok begini.
Lalu juga masalah berikutnya iklan rokok yang balihonya dimana-mana, jam tayangnya di televisi besar, jadi sponsor acara-acara keluarga, dan lain-lain. Akibatnya orang jadi punya image kalau ngerokok itu keren. Ngerokok itu buat gaya. Ini kejadian nyata. Saya pernah ngobrol dengan seorang mahasiswa dari sebuah universitas di Bandung di sebuah meetup. Mahasiswa tersebut lalu mengeluarkan rokok dan menawarkan saya. Terus saya bilang, “saya tidak merokok.” Mahasiswa tersebut malah bingung dan komentar, “kok programmer gak ngerokok? Kan programmer itu harus keliatan jantan, keren, ngerokok.” Saya gak habis pikir apa korelasinya ngerusak paru-paru, ngerusak organ tubuh diri sendiri dan orang yang ada di depan dia, ngabisin uang secara gak jelas, dengan “image keren.” Ini pasti akibat tidak ada aturan ketat tentang iklan dan branding dari rokok di Indonesia.
Kalau di negara-negara maju, anak kecil itu dilindungin banget dari iklan-iklan serta image seperti ini. Bahkan gak hanya barangnya yang sulit dicari, iklannya yang gak tampak dimuka umum, rokok di luar negeri juga harganya dibuat sangat mahal sehingga hanya bisa dinikmati oleh orang yang mampu. Saya rasa logis sih, mengingat di Indonesia masih banyak masyarakat yang miskin, udah gitu mereka ngerokok. Kalau harganya dibuat mahal, tentu masyarakat miskin ini gak akan mampu beli rokok. Gak lucu dong, ada pengemis di jalan, minta-minta uang buat makan, buat nyekolahin anaknya, tapi dia sendiri ngerokok. Uang buat dia ngerokok itu kalau ditabung bisa buat makan dan nyekolahin anaknya. Jadi saya selalu anti ngasih ke pengemis yang ngerokok. It doesn’t make any sense.
Untuk itu saran saya kepada pemerintah, kita harus lindungi generasi muda dari pengaruh buruk rokok. Perketat distribusi rokok di Indonesia, jangan sampai bisa anak di bawah umur mengaksesnya. Batasi iklan dan branding rokok, jangan sampai bisa muncul image kalau ngerokok itu keren. Lalu naikan pajak rokok, buat rokok jadi benda yang mewah yang hanya bisa dibeli oleh mereka yang mampu secara finansial. Saya rasa penting sekali bagi Indonesia untuk memiliki generasi yang terbebas dari rokok agar kesehatannya lebih baik dan bisa mengalokasikan uangnya untuk hal yang lebih bermanfaat.
good artikel, yups..bahkan sedihnya rokok selalu jadi sponsor acara olahraga yg jd terlihat timpang.. alasan knp rokok tdk ketat karena dr situlah pemasukan terbesar negeri ini. smg makin banyak yg tersadarkan
SukaSuka