Menikmati Wisata Dusun Bambu di Bandung
Dusun bambu adalah salah satu destinasi wisata yang sedang ramai dibicarakan orang selain Lawangwangi dan Tebing Keraton. Sekali lagi internet dan sosial media menjadi salah satu media untuk meningkatkan sektor pariwisata kita di Indonesia. Sering sekali saya melihat postingan foto-foto bagus dengan di objek wisata Dusun Bambu ini.
Dusun Bambu berlokasi di dekat villa istana bunga, hampir ke arah lembang sih, tapi belok di pertigaan yang ada restoran api unggunnya. Atau bisa juga naik dari depan terminal ledeng yang ke arah restoran Maja House. Dari sisi akses ke lokasi, menurut saya termasuk baik yah. Jalannya lebar, dua jalur, tapi ya kendalanya klo weekend jalan ke lembang (mulai dari setia budi) itu macetnya minta ampun. Saya sendiri naik ke lembangnya via Dago Giri lalu tembus di Punclut. Buat yang tau jalan di Bandung enak nih, bisa ngehemat macet di jalan sampe 1-2 jam klo lewat jalur alternatif ini. Tapi ya kita kena pungli sekitar 5000 + 2000 +2000 selama melewati jalan-jalan ini :p
Begitu sampai di belokan dusun bambu, terlihat antrian mobil yang cukup panjang. Saya pikir penuh, pas saya buka jendela dan tanya ke petugasnya, ternyata antrian beli tiket. Mobil 10 ribu, terus perorang yang masuk 10 ribu. Harganya cukup terjangkau lah. Pas masuk, lahan parkirnya super luas. Dijamin pasti kebagian parkir klo main ke sana. Setelah parkir, kita akan masuk di area sawah-sawahan. Untuk ke area utamanya (restoran), kita harus berjalan tidak jauh sih, tapi nanjak, jadi ada opsi naik mobil transportasi dari Dusun Bambu gratis ke restoran.
Begitu sampai di atas, kita bisa melihat ada beberapa sektor. Sektor kafe sangkar burung, sektor gedung restoran (ada dua gedung), sektor danau, dan rerumputan. Masing-masing lokasi tersebut punya atraksi dan daya tariknya sendiri. Saya sendiri mulai dengan ke kafe berbentuk sangkar burung yang legendaris itu. Kebetulan pas saya datang, ada yang kosong. Reservasinya di sangkar paling pertama yang kita temui di jembatan itu. Sewa sangkar yang kecil 100 ribu perjam dan sewa sangkar yang besar 125 ribu perjam. Di dalam kita bisa mesan makanan langsung, mbak-mbaknya rutin datengin kita buat nanya mau pesan apa. Tapi lebih oke lagi klo ada tombol untuk manggil stafnya sih, jadi klo mau pesan-pesan lagi gampang.
Menu makannya biasa, tapi harganya mahal. Yah wajarlah. Di sangkar itu sangat enak suasanya, kita bisa ngobrol puas lama banget di sana. Satu-satunya yang bikin kurang nyaman adalah banyak orang lalu lalang di depan sangkar untuk foto-foto (padahal diujung jembatannya jalan buntu). Tiap ada orang lewat, kerasa tuh goyangnya sampe sangkar kita. Tapi yasudah lah. Satu jam berlalu tanpa terasa, saya melanjutkan ke sektor lainnya.
Di bawah sangkar burung itu, ada playground untuk anak-anak kecil bermain. Tak jauh dari situ, ada juga penyewaan sepeda. Kami jalan mencari kamar mandi yang terletak di bawah gedung restoran. Lalu ada juga tempat reservasi untuk booking hotel. Katanya ada hotelnya di daerah sawah-sawahan di bawah, tapi saya belum sempat lihat juga sih.
Abis dari kamar mandi dan mushola, kami bergerak ke area danau. Sebelum sampai di danau, di sebelah gedung restoran yang satu lagi, ada sungai kecil dan tanah lapang penuh dengan rumput. Ruang terbuka hijau seperti ini yang menurut saya masih sangat jarang di Indonesia dan harus terus diperbanyak. Ini bisa menaikan happiness index masyarakat karena bisa berekreasi dan mendapatkan hiburan yang gratis.
Di danau ada wahana sampan dan bola air. Tapi yang bikin spesial, ada panggung di tengah danau yang diisi oleh orkestra angklung yang memainkan lagu-lagu populer. Terlihat banyak sekali pengunjung yang duduk di undakan rumput menikmati suasana sambil mendengarkan orkestra tersebut. Lalu ada juga restoran dalam bentuk rumah-rumah kecil yang berjejer di tepi danau. Kita bisa menggunakan ruangan itu gratis asalkan kita memesan makan seharga 125-150 perorang untuk minimal 6 porsi. Klo sama keluarga ke sana enak kali yah, sambil duduk-duduk, makan, menikmati orkestra angklung yang indah.
Setelah puas keliling, kami pun turun ke tempat parkiran lagi. Kali ini tidak menggunakan mobil dari Dusun Bambu karena jalannya turunan dan sekalian pengen lewatin daerah sawah. Sepanjang jalan terlihat sekali bahwa Dusun Bambu ini ditata dengan sangat detil, sangat rapih, dan pantas untuk dijadikan tempat wisata favorit. Aksesnya yang tidak begitu sulit dijangkau menjadi nilai plus tersendiri dari dusun bambu. Saya amat sangat merekomendasikan tempat ini bagi siapapun yang sedang berkunjung ke Bandung.
Bang, itu ngasih watermark di foto manual atau ada tools otomatisnya Ya?
SukaSuka
pakai apps. Untuk mac saya pakai watermark plus
SukaSuka
Dusun bambu in asik, tapi sayang agak kemahalan dan terlalu penuh sesak 😀
SukaSuka
Mungkin bisa dicoba pas hari kerja, sepi kok 😀
SukaSuka
hoh, begitu ya 😀 belum coba sih pas hari biasa. cobain deh nanti!
SukaSuka