My Journal

Tebing Keraton, Tempat Pariwisata yang Ngetren dari Internet

Ujung tebing keraton
Pemandangan dari Tebing Keraton

Pemandangan dari Tebing Keraton

Melanjutkan perjalanan dari Lawangwangi, saya dan teman-teman menuju tempat yang saat ini sedang sangat hits diberitakan yakni Tebing Keraton. Teman saya menemukan informasi tentang tebing keraton dari internet, instagram, dan bahkan di detik.com ada artikel yang membahas Tebing Keraton. Sebagai penghuni kota Bandung selama 6 tahun ini, saya baru pertama kali tuh denger ada yang namanya Tebing Keraton. Karena penasaran, jadilah Tebing Keraton destinasi saya berikutnya.

Baca dari blog, katanya jalan kesana sangat terjal dan sulit dilalui. Saya dan rombongan yang awalnya jalan pake empat mobil, innova, juke, yaris, dan vios dengan total penumpang 14 orang, memutuskan untuk memarkirkan mobil kecil (vios dan yaris) di dago pakar dan berangkat pake dua mobil sisanya. Juke muat lima orang, innova muat delapan orang plus satu empet-empetan. Cara kesananya agak ribet, patokannya adalah ke arah taman hutan raya di Dago. Kalo yang suka sepedaan, pasti tau Warban (warung bandrek) di daerah situ, nah si tebing keraton ini masih ke atas lagi.

Tidak salah kami memutuskan untuk membawa mobil besar, jalannya bolong-bolong, sebagian aspal dan sebagian besarnya lagi kerikil. Jalannya hanya ada satu jalur, jadi klo ada mobil papasan di jalan, ini musti ribet banget. Kita ada kali berangkat jam 3-an, papasan sama mobil yang turun di jalan yang hanya satu jalur 3-4 kali. Beberapa bisa sempit-sempitan mepet gorong-gorong ato mepet jurang, tapi ada satu tanjakan dimana mobil seberang harus mundur mepet jurang dan ada satu tanjakan dimana mobil kita harus berhenti di tanjakan terjal. Efeknya adalah saya yang berada di innova bersembilan ini harus turun 4 orang agar mobil tersebut kuat nanjak lagi. Dua kali kami harus turun dari mobil demi bisa nanjak ke tebing keraton itu.

Jalanan yang Terjal dan hanya satu Jalur

Jalanan yang Terjal dan hanya satu Jalur

Mendekati tempatnya, banyak warga sekitar yang terlihat sigap mengatur lalu lintas kendaraan agar bergantian. Ada satu tanjakan tajam terakhir dimana hanya muat satu mobil yang dijaga ketat oleh penduduk. Tempat parkir, di sana tidak ada tempat parkir. Innova parkir di rumah warga, Juke parkir di rumah yang sedang dibangung di samping tanjakan bersama beberapa mobil lain. Konon ke atas lagi ada parkiran, tapi katanya penuh. Dari situ, kami masih jalan lagi sekitar 1 km. Di sekitar jalan, sudah banyak pedagang yang membuka lapaknya. Saya sempat ngobrol dengan ibu-ibu yang jual aqua, katanya emang tempat ini baru rame sekitar 2 minggu puasa, terus makin rame abis lebaran. Katanya ibu ini sih gara-gara internet. Saya juga ngobrol dengan warga sekitar, katanya juga abis lebaran aja nih tempat ini tiba-tiba rame.

Parkir di Rumah warga

Parkir di Rumah warga

Parkir di rumah yang baru dibangung

Parkir di rumah yang baru dibangung

Di ujung tanjakan, tampak ada pos kecil yang menjual tiket. Satu orang bayar 11.000 untuk tiket masuk dan asuransi yang dikelola oleh taman hutan raya. Setelah bayar, kami jalan turun ke bawah, lalu nanjak sedikit, lalu sampai lah di tebing keraton. Di ujung tebing tersebut, terlihat ramai sekali orang duduk-duduk di sana, melihat pemandangan, foto-foto, ada yang bawa snak, dan sebagainya. Karena terlalu ramai, kami duduk di pinggiran tebingnya sambil foto-foto aja di situ sembari menikmati suasana. Kami gak bisa lama-lama di sana karena takut keburu gelap dan susah turunnya, soalnya sampai sana juga udah menjelang magrib. Setelah puas foto-foto dan menikmati pemandangan, kami pun memutuskan untuk pulang.

Beli tiket

Beli tiket

Turun dulu ke bukit abis bayar tiket

Turun dulu ke bukit abis bayar tiket

 Pas pulang kondisi sama chaosnya dimana warga sibuk mengatur lalu lintas yang ramai, terutama banyak pemotor yang slip di tanjakan. Herannya, warga di sana semua suka rela dan senang membantu kami dan pengunjung lainnya. Saya pikir mereka jadi terganggu dengan adanya turis dadakan gini, ternyata mereka malah bilang ke saya untuk lain kali datang kembali. Wow. Rupanya spot ini juga bisa menjadi ladang mencari nafkah baru bagi warga sekitar.

Ujung tebing keraton

Ujung tebing keraton

Parkiran foto

Parkiran foto

Pemandangan

Pemandangan

Warga yang senantiasa membantu

Warga yang senantiasa membantu

Warga mengatur lalu lintas

Warga mengatur lalu lintas

Jujur saja, tempatnya tidak terlalu impresif sih kalau kata saya pribadi. Cuma emang lagi ngehits aja dan semua orang penasaran pengen ke sana, mau tau kayak apa sih tempat yang sering diomongin orang-orang di dunia maya. Saran saya, sebaiknya pemerintah ikut turun tangan memperbaiki infrastruktur di area tersebut, terutama terkait transportasi. Menurut saya jalan menuju ke tempat tersebut saat ini masih sangat berbahaya dan rentan sekali kecelakaan. Harus benar-benar mahir menyetir kalau mau bawa kendaraan ke sini. Semoga dengan semakin tingginya jumlah turis, pemerintah bisa semakin aware dan memperbaiki kondisi di Tebing Keraton dan sekitarnya.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

3 Comments on Tebing Keraton, Tempat Pariwisata yang Ngetren dari Internet

  1. Sekarang sudah rapi tebing keratonnya, ada pagar sama jalan setapaknya. terus…. makin rame 😀

    Suka

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Menikmati Wisata Dusun Bambu di Bandung | Ardisaz
  2. [Review] [App] Wisata Lokal, Aplikasi Wajib Untuk Temani Liburan | Ardisaz

Tinggalkan Balasan ke Fahmi (catperku) Batalkan balasan