My Journal

Biarkan Anak Mencari Passion-nya

gambar diambil dari http://www.availableimages.com

Belum lama ini saya menonton film Daddy Day Care di TV. Film tersebut menceritakan bagaimana seorang Ayah ingin membuat tempat penitipan untuk anak-anak. Beberapa pesan yang saya sukai dari film ini adalah bahwa tidak baik memaksakan anak-anak untuk mempelajari sesuatu yang dia tidak senangi. Contoh di film ini adalah terdapat tempat penitipan anak lainnya, dimana anak umur 3 tahun sudah harus belajar 5 bahasa. Lalu pesan lainnya adalah tiap anak itu unik dan butuh perlakukan yang berbeda-beda. Di film ini, para Ayah memperlakukan anak-anak secara personal, dimana terdapat rasio 5 banding 1 sehingga sang penjaga bisa memperhatikan perilaku tiap anak dan mengarahkannya sesuai dengan keunikan tiap anak.

Yang ingin saya kupas dari film ini adalah, saat ini, banyak orang tua yang “memaksakan” anaknya untuk mempelajari sesuatu yang tidak disukai sang anak tapi menurut sang orang tua itu baik bagi anaknya. Dalam beberapa hal yang dasar dan fundamental, hal tersebut merupakan bagian dari edukasi yang perlu dilakukan. Seperti halnya mengajari anaknya berhitung, berbicara, dan lain sebagainya. Tapi terkadang ada orang tua yang mencekoki anak kecil dengan les tiap hari, mulai dari les berbagai jenis bahasa, les musik, dan les-les lainnya. Jika anak tersebut suka, tidak masalah. Tapi yang tidak baik adalah kalau ternyata anak itu tidak suka. Hal itu bisa mematikan potensi sesungguhnya dari sang anak karena tadi, tiap anak itu unik. Ada yang memang mahir di bidang matematika, ada yang memang suka bahasa, ada yang ingin mendalami seni, dan lain sebagainya.

Banyak orang yang hingga besar masih belum menemukan apa passionnya. Mungkin itu pun akibat orang tua yang ketika kecil tidak membiarkan potensi sang anak untuk berkembang. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mencoba berbagai hal. Biarkan sang anak mencoba beraktifitas di suatu bidang, kalau dia tidak suka, biarkan dia memilih di bidang lain, dan seterusnya. Sehingga, ketika dewasa nanti, dia sudah mampu memetakan mana yang merupakan bidang yang ia minati dan mana yang ia tidak sukai. Hal tersebutlah yang orang tua saya selalu tanamkan kepada anak-anaknya. Saya semenjak kecil hingga saat ini sudah ikut bermacam-macam les sesuai dengan minat saya, mulai dari olahraga, beladiri, seni, dan lain sebagainya. Tapi tidak semua les yang saya ikuti, adik saya harus mengikutinya juga. Orang tua saya membiarkan kami mengikuti les sesuai dengan kebutuhan dan potensi kami masing-masing. Hasilnya adalah saat ini, saya sudah bisa memetakan kemana saya akan melangkah nanti, apa yang saya sukai dan apa yang tidak. Demikian juga dengan adik saya (yang pertama), ia sudah bisa mengetahui dengan spesifik ingin jadi apa dia nanti ketika besar nanti.

“Tiap anak itu unik dan memiliki potensinya sendiri-sendiri, peran orang tua adalah memastikan potensi dari anak bisa dikembangkan dan jangan sampai potensi tersebut malah terkubur”

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. Passion Saja Tidak Cukup – Ardisaz

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: