My Journal

Lisung: Kafe Paling Romantis di Dago Pakar

Dago Pakar identik dengan surganya kafe dan kuliner yang memiliki pemandangan Bandung yang indah dari atas bukit. Sepanjang jalan di daerah Dago Pakar ini banyak berjejer kafe dengan berbagai jenis suasana dan tema yang ditawarkan. Lisung adalah kafe favorit saya dan istri semenjak kami berkuliah di Bandung. Kami senang dengan suasananya yang sepi, tradisional, dan menjadikan pemandangan kota Bandung sebagai poin utama kafe ini. Ini beberapa alasan mengapa kami suka sekali dengan Lisung.

1. Tempatnya Tidak Begitu Ramai

Suasana di Lisung

Suasana di Lisung

Lisung ini emang kalau dibandingkan kafe-kafe sejenis, memang dari segi ukuran tidak begitu besar. Di lantai dasar rasanya ada sekitar 6 meja, di bawahnya lagi ada sekitar 5 meja, lalu di bawahnya lagi ada area yang agak besar mungkin bisa sekitar 20-an meja. Parkiran lisung juga kalau saya hitung-hitung paling muat 10-12 mobil saja. Tapi justru itu yang saya suka, karena tempatnya kecil, jadinya sepi dan tidak crowded. Kita bisa dengan tenang menikmati suasana di Lisung tanpa terganggu oleh orang wara-wiri dimana-mana.

2. Suasana Tradisional

Nuansanya Tradisional, Seperti di Sawah

Nuansanya Tradisional, Seperti di Sawah

Lisung ini emang didesain dengan tema tradisional seperti di gubuk-gubuk. Banyak menggunakan dekorasi kayu. Tema ini rasanya sangat cocok dan masuk dengan suasana romantis dan nyaman yang ingin di bangun. Indahnya kota Bandung dilihat dari Lisung rasanya bisa dua kali lipat lebih cantik karena di dukung ambience kafe yang tradisional ini.

3. Pemandangan Kota Bandung Sebagai Panggung Utama

Posisi Favorit, tepat menghadap Bandung

Posisi Favorit, tepat menghadap Bandung

Lisung di malam hari adalah waktu terbaik untuk menikmati kota Bandung. Lisung bukanlah kafe yang kebetulan letaknya di bukit, tapi kafe yang dibuat untuk menikmati pemandangan dari atas bukit. Apalagi kalau dapet tempat duduk tepat di pinggir restoran. Di lantai dasar, di bawahnya, dan lantai paling bawah, disediakan beberapa meja yang memang diletakan di pinggir lantai dan langsung menjadikan kota bandung sebagai pemandangan utama dari Lisung. Ini merupakan hal unik yang sangat bisa dinikmati, apalagi kalau malam hari. Suasana yang tenang, ambience yang mendukung, lalu menghadap langsung ke lampu-lampu kota Bandung dengan udara yang sejuk, rasanya bisa berjam-jam kita lupa waktu di sana.

4. Makanan dan Minuman yang Enak

Mie Tek-Tek kuah Ayam

Mie Tek-Tek kuah Ayam

Lisung ini khasnya adalah sop Iganya. Tapi makanan lainnya tidak kalah enak. Saya sering makan omeletenya, tadi coba mie tek-teknya karena lagi dingin, terus nyobain minuman-minumannya. Untuk harga yang disajikan, rasanya pas dengan harganya. Memang harganya sih harga kafe yah, jadi sedikit lebih mahal daripada makan di kaki lima.

5. Musik Pengiring yang Nyaman

Live music yang nyaman di telinga

Live music yang nyaman di telinga

Lalu yang membuat Lisung jadi makin OK adalah live musicnya. Saya kemarin ke sini hari Jumat jam 7 malam, live music sudah main, jam 8.30 break sebentar, jam 9 sudah main lagi. Kita bisa request lagu, ikut nyanyi, atau sekedar menikmati band yang main di panggung kecil di lantai paling bawah. Banyak kafe yang mencoba menghadirkan live music, tapi aliran musiknya tidak pas atau volumenya terlalu keras sehingga kita tidak bisa mengobrol di lokasi. Untungnya Lisung menurut saya pilihan lagunya ok, tema akustiknya pas, dan yang pasti volumenya juga pas sehingga tidak mengganggu kita yang lagi ngobrol 🙂


Dari sekian banyak poin positif, termasuk adanya mushola di tempat ini, ada satu hal yang membuat saya kurang suka tempat ini, yakni tidak ada ruang khusus perokok dan area non smoking. Setiap saya ke sini, pasti di kiri dan kanan saya ada aja orang yang ngerokok dan menyemburkan asap ke muka atau makanan kami. Saya sih gak masalah sama orang yang ngerokok yah, asal asepnya gak ngeganggu saya.

Buat yang ingin main ke Lisung, lokasinya ada di Daerah Dago Pakar. Dari jalan Dago naik terus ke atas, sampai terminal Dago masih lanjut lagi ke atas, ada persimpangan tiga kali (dago giri, komplek dosen ITB, dan Tahura) ambil jalur kanan terus aja. Nanti pas keliatan ada stone cafe, belok patah ke kiri. Nah dari situ naik terus aja ke atas, ngelewatin Cocorico, The Valley, Sierra, dan lain-lain. Agak ke dalem sih dibandingkan kafe populer lainnya, tapi worth the effort kok 🙂 Cek lokasinya di sini.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Lisung: Kafe Paling Romantis di Dago Pakar

  1. wah jauh juga yah lokasinya kalo sampe ngelewatin valley…

    Suka

Tinggalkan komentar