My Journal

Presentasi Tujuh Ide Startup Bersama Creative Hot House dan IAIF

Foto bareng Peserta dan Creative Hot House

Foto bareng Peserta dan Creative Hot House

Hari Sabtu 22 Februari 2014, Ikatan Alumni Informatika ITB mengadakan sesi yang mempertemukan investor dengan mahasiswa atau alumni Informatika ITB yang memiliki ide startup. Divisi kewirausahaan IAIF bagian investasi yang dipimpin oleh Mas Dodong menghadirkan sebuah Venture Capital yang bernama Creative Hot House yang berasal dari Barcelona untuk dipertemukan dengan ide-ide kreatif milik alumni dan mahasiswa Informatika ITB. Mengingat Arsanesia sendiri terlahir dari sebuah acara pitching ide (tulisannya ada di sini), saya sangat mengencourage para mahasiswa untuk maju memasukan ide mereka ke acara ini. Tujuannya bukan untuk dapet fundingnya, tapi untuk dapat feedback dan network. Saya sangat bangga karena dari 7 ide yang dipilih, 6 diantaranya adalah ide dari mahasiswa. Lalu yang saya juga surprise, Creative Hot House (CHH) yang diwakili oleh Victor (asal brazil) dan Fredric (asal swedia) ini memberikan feedback yang luar biasa menarik untuk tiap-tiap ide yang dipresentasikan. Saya akan share 7 ide bisnis yang dipresentasikan di acara ini.

1. GreenAct

Tim Greenact

Tim Greenact

GreenAct adalah sebuah aplikasi mobile yang membantu meningkatkan awareness masyarakat terhadap gerakan ecogreen. Permasalahan yang ingin coba dipecahkan oleh tim GreenAct adalah kurangnya perasaan “turut berkontribusi” yang dialami oleh masyarakat ketika melakukan aksi ecogreen (seperti mematikan lampu, berjalan kaki, dll) karena program-program tersebut adalah program yang hanya berhasil jika dilakukan oleh orang banyak dan tidak bisa kita ukur capaiannya. Apps ini akan membantu kita memberikan kalkulasi nyata berapa besar kontribusi kita bagi lingkungan tiap kali kita melakukan suatu tindakan ecogreen. Misalkan, saya mematikan lampu selama 6 jam, apps tersebut akan menggenerate berapa banyak energi yang sudah kita simpan, atau berapa banyak air yang sudah kita bantu sumbangkan untuk lingkungan, berapa besar karbon yang kita simpan, dan lain-lain. Saya melihat ini mirip seperti Path tapi untuk aktivis lingkungan. Harapannya, dengan sosial media integration, apps ini bisa menjadi viral dan membantu menggerakan orang banyak untuk melakukan GreenAct.  Menurut saya tujuannya mulia, tapi masih banyak sisi yang bisa dioptimalkan lagi. Harus ada trigger yang membuat kita merasa rewarding melakukan aksi tersebut dan mempostnya di sosial media. Sosial rekognisi seperti apa yang akan kita dapatkan? Apakah ada poin yang bisa kita terima tiap kali kita melakukan hal tersebut? Lalu bagaimana memvalidasi aksi tersebut sungguhan atau tidak jika ada rewardnya? Dan yang paling penting menurut saya, semua aksi yang kita lakukan harus memiliki UX sesimpel mungkin. UX yang sekarang memerlukan kita melakukan banyak input. Tantangan bagi developer GreenAct untuk bikin Apps ini secantik mungkin dari sisi UX dan serewarding mungkin dari sisi melakukan aksi di dalamnya 🙂 Good luck! Semoga sukses melindungi bumi dari kehancuran.

2. Cepat Tepat

Tim cepat tepat

Tim cepat tepat

Dari sekian banyak ide yang dipaparkan, hanya cepat tepat yang mengusung ide mobile game bertema edukasi. Konsepnya sangat simpel dan ringan, yakni game trivia benar atau salah untuk anak-anak. Cara mainnya, user hanya perlu menjawab benar atau salah pernyataan yang diberikan di game, kalau benar maka akan keluar soal berikutnya sedangkan kalau salah maka permainan berakhir. Pertanyaan-pertanyaannya pun terbilang umum tapi juga penuh dengan trik. Lalu ada masukan menarik dari CHH yang menarik, dimana harus ditambahkan unsur knowledge gaining atau learning di dalam game tersebut. Semisal, jika seseorang salah menjawab pertanyaan, jangan langsung diakhiri permainannya, tapi diberikan opsi untuk mencari tahu jawabannya melalui sebuah media pembelajaran. Dari media pembelajaran tersebut, bisa saja ada soal yang terkait dengan jawaban anak itu tadi yang jika dijawab benar, akan mendapat poin lebih. Kemudian terkait monetisasi, game anak itu rasanya tidak cocok menggunakan iAP karena secara default, orang tua pasti ngelock fitur iAP ketika anak main di device tersebut. Asalkan game tersebut bermanfaat untuk anak, pasti orang tua akan ngebeliin game tersebut walaupun dalam bentuk paid apps. Saya rasa ada benarnya. Saya lihat, game dengan tema edukasi anak, seperti seri Toca di iTunes, bisa selalu berada di top paid apps. Itu bukti bahwa untuk edukasi anak, orang tua itu sangat royal asalkan game tersebut benar-benari baik.

3. Round Table

Tim round table

Tim round table

Round Table sebenarnya memiliki ide yang menarik, ingin membuat media untuk virtual sharing dan management seperti Trello, Asana, dkk tapi dengan membawa konsep User Experience yang jauh lebih mudah digunakan. Sayangnya presentasinya masih kurang nendang karena titik utama User Experience yang biasa disampaikan dengan User Interface dan Flow penggunaan aplikasi, tidak disampaikan di presentasi yang berdurasi 10 menit ini. Pelajaran berharga bagi tim Round Table untuk mempermak lagi slide mereka dan lebih mengoptimalkan waktu yang sangat sedikit ini untuk bisa memaparkan ide mereka dengan sangat baik. Lalu pelajaran lainnya adalah pastikan solusi yang kita tawarkan benar-benar menjawab permasalahan yang kita angkat. Round Table sendiri mengangkat masalah kemacetan yang membuat kita tidak bisa rapat, dimana dengan Round Table, tidak perlu rapat secara fisik, cukup rapat secara virtual. Kalau menurut saya, itu masih kurang tepat sasaran antara topik kemacetan yang diangkat dengan round table. Hal itu malah justru membuat investor bingung ketika banyak data tentang kemacetan yang dipaparkan. Saya pikir, tidak ada salahnya kalau justru masalah yang diangkat adalah sulitnya menggunakan software sejenis yang sudah ada di pasar dan round table menghadirkan user experience yang jauh lebih baik. Tidak selamanya yang pertama selalu yang paling sukses, kalau ada produk yang lebih baik, tentu user tidak akan segan untuk beralih. Jadi kalau pendapat saya, untuk ide yang mengedepankan UX, ada baiknya prototype sudah bisa di demonstrasikan dan pastikan latar belakang permasalahan dan data-data yang diberikan berkaitan dengan solusi yang ditawarkan secara langsung.

4. Darurat

Tim Darurat

Tim Darurat

Darurat adalah ide aplikasi mobile yang menurut saya sangat penting dan saya dulu sempat memikirkan ide serupa. Konsepnya adalah menyediakan panic button bagi masyarakat di Indonesia. Di luar negeri, ada 911 atau nomer darurat lainnya dimana ketika kita ada masalah, baik itu masalah medis, kriminal, bencana, kebarakan, dan lain-lain, semua tinggal mengingat nomer tersebut. Di Indonesia, belum ada infrastruktur semacam itu, ambulan punya nomer sendiri, polisi punya nomer sendiri, damkar punya nomer sendiri, yang mana developer Darurat sudah coba ngetes nelpon ke nomer tersebut ternyata tidak nyambung. Saya pribadi, mencatat nomer polisi terdekat di daerah saya tinggal incase ada kejadian darurat karena saya juga tidak percaya dengan responisivitas dari call center tersebut. Aplikasi Darurat ini menjawab masalah tersebut. Mereka mendata setiap nomer telpon instasi terkait di tiap daerah, lalu dengan aplikasi ini, ketika kita ada masalah, maka akan otomatis terhubung dengan nomer instasi terdekat. Saya rasa kalau aplikasi ini dilaunch, berbayar pun pasti kita beli karena ini menyangkut hidup mati. Tapi dari developernya sendiri, mereka mencoba monetize aplikasi ini menggunakan fitur listing company. Mereka ingin menambahkan hotline seperti makanan, travel, tiket, dan lain-lain ke dalam aplikasi ini. CCH juga memberikan pandangan yang serupa dengan Saya bahwa model bisnisnya akan jadi berbeda kalau sudah masuk ke bagian listing company. Hanya dengan mengusung darurat pun, sebenernya monetisasinya bisa sangat beragam, mulai dari paid apps (yang saya yakin semua orang pasti akan mengunduhnya kalau aplikasi ini bisa berjalan dengan baik) hingga menjual aplikasi ini kepada pemerintah. Nanti klo mau bikin fitur listing, gunakan framework yang sama, kembangkan aplikasi yang khusus untuk listing (karena itu juga menarik dan butuh pengembangan bisnis yang berbeda).

5. Fans Based Apps

Tim Fans Based Apps

Tim Fans Based Apps

Konsep dari Fan based apps ini menarik, saya juga suka presentasi dari foundernya karena terlihat bahwa sang founder sangat passionate di bidang ini. Bagi investor, ini merupakan satu poin plus tersendiri jika ide yang diusung sejalan dengan passion sang founder. Dari slide awalnya, sudah diperlihatkan foto founder sedang manggung bersama gitarnya. Passion musik dan pengalaman di industri musik ini adalah bekal berharga ketika aplikasi fans based apps dipaparkan. Ide fans based apps adalah bagaimana satu artis bisa punya satu mobile aplikasi. Di akhir, saya mengetahui bahwasannya ternyata dia modelnya ngegarap sendiri aplikasi tersebut untuk satu musisi (menggunakan framework yang ia buat). Kalau begitu, saya pikir ini arahnya lebih ke B2B, karena sang founder berperan layaknya agency digital dimana clientnya adalah musisi/label yang meminta untuk dibuatkan aplikasi. Produknya mungkin bisa membantu untuk menggenerate aplikasi dengan cepat dan mudah ke client, tapi tentu pendekatannya akan jauh berbeda dengan produk untuk B2C. Saya lihat ada aplikasi sejenis yang memang memanfaatkan teknologi untuk menyasar B2C yakni appsterize.com (silahkan dicek). Dengan engine itu, kita bisa membuat aplikasi personal kita dengan mudah dan cepat. Tidak ada yang salah dengan B2B, tapi tentu tidak cocok dengan konsep bisnis dari si Investor yang lebih fokus ke pengembangan product B2C. Tetap maju saja dengan ide itu kalau memang passion dan minatnya di situ.

6. Cakrawala

Tim Cakrawala

Tim Cakrawala

Cakrawala ini kalau saya tangkap kurang lebih adalah perusahaan yang mengolah data dan informasi dan mempresentasikannya dengan menggunakan infographic (CMIIW). Saya sendiri kurang bisa menangkap produk yang akan mereka kembangkan karena memang masih ide dan belum ada contoh jadinya (mirip dengan kasus round table). Lalu permasalahan yang diangkat dan solusi juga kurang menjawab karena yang argumen yang dibawa adalah grafik dan angka itu sulit dimengerti. Kalau itu untuk orang awam, mungkin iya. Tapi kalau untuk pelaku bisnis, seperti saya, angka dan grafik di dashboard adalah KPI yang penting untuk kita maintain dan kita perhatikan. Saya pribadi tidak membutuhkan infografik untuk data-data tersebut. Berbeda dengan orang awam yang kurang mengerti. Jadi ide cakrawala ini bisa dikembangkan lebih ke arah service bagi perusahaan untuk menyajikan data (data presentation) dengan lebih baik menggunakan infographic kepada mereka yang awam terhadap data (masyarakat umum atau top level management). Tentu layanan seperti lembaga survey, pelayanan costumer, dan big data lainnya akan sangat senang menggunakan layanan ini. Contohnya seperti perusahaan yang bergerak di bidang sosial media, nolimit, mereka sering kali menyajikan data-data mereka kepada masyarakat awam atau kepada bisnis yang tidak paham angka dengan infographic. Cakrawala mungkin bisa bekerja sama dengan Nolimit nih untuk menggenerate infographic dari data yang nolimit punya.

7. Savary

Tim Savary

Tim Savary

Savary ini merupakan salah satu ide startup favorit saya semenjak saya mendengarnya sekitar akhir tahun lalu. Awalnya mereka tidak mendaftarkan diri untuk pitching, tapi saya teror di twitter biar submit :p hehehe. Savary sendiri merupakan travel note untuk para traveler agar bisa share experience dalam perjalanan mereka dengan lebih rapih dan mudah. Prinsip rapih dan mudah itu menurut saya adalah daya jual tersendiri yang membuat orang akan tertarik menggunakan aplikasi ini. Ada cukup banyak kompetitor di bidang ini seperti tripadvisor dan yang paling mendekati konsep savary adan burufly. Saya dengar burufly muncul ketika mereka sedang menyiapkan aplikasi ini. Menurut saya, kalau memang mereka passion di bidang ini, mereka bisa mengembangkan Savary ini lebih hebat dari Burufly. Pertama, saya melihat ada segmen yang berbeda, burufly mengejar para traveller yang senang berbagi momen dan cerita, sedangkan Savary lebih mengejar para backpaker yang senang dengan low budget travelling. Hal ini sangat penting karena ketika saya melihat burulfy, saya melihat sosial media untuk orang2 share foto dan cerita pribadi mereka tentang pengalaman perjalanan mereka. Sedangkan ketika saya melihat Savary, saya melihat ini adalah informasi yang dishare oleh para backpacker atau traveler yang ingin berbagi trip planning mereka mulai dari budgeting, transportasi, akomodasi, dan lain-lain. Burufly melihat travelling sebagai satu moment, sedangkan Savary melihat travelling sebagai suatu perjalanan. Tentu konten dan motivasi orang untuk menggunakan masing-masing layanan berbeda. Yang penting, Savary harus punya UI dan UX yang super hebat kalau menurut saya (mulai dari Web hingga Mobile Appsnya). Yang kedua, gak ada prinsip yang pertama keluar itu yang juara, atau yang dibacking oleh investor besar itu yang juara. Saya ambil contoh Toresto, aplikasi untuk mencari rekomendasi tempat makan di Indonesia. Dua tahun lalu, muncul banyak sekali aplikasi seperti Toresto, ada yang sudah duluan, ada yang setelah Toresto, tapi waktu membuktikan, yang mana yang paling serius dan punya passion. Saya baca, banyak layanan yang mirip Toresto dengan fitur yang lebih banyak, lebih canggih, yang akhirnya tutup sedangkan Toresto masih terus berusaha mengembangkan sayapnya dan masih eksis. Artinya, tidak ada kata menyerah bagi tim Savary untuk mengembangkan ide ini karena saya melihat passion foundernya di bidang travelling dan blogging sangat baik, sejalan dengan konsep Savary. Tetap semangat! 🙂

Lalu untuk semua startup, seperti yang saya bilang, moment pitching itu bukan hanya untuk mendapatkan investasi semata, tapi juga untuk mendapatkan feedback juga mendapatkan network serta rekognisi. Jangan menyerah hanya karena di bilang jelek, atau dianggap sudah basi, atau dapet masukan yang tajam. Post saya tentang Spotify (link tulisan di sini) dimana banyak sekali VC dan enterpreneur yang nganggap idenya terlalu sulit dan tidak mungkin bisa masuk ke industri, nyatanya, dia sekarang jadi salah satu penyelamat industri musik.  Yang penting jangan menyerah, fokus, dan konsisten, pasti kita akan menemukan jalan bagi ide kita untuk terwujud.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. # Startup di Indonesia – Think Know Do

Tinggalkan komentar