My Journal

Menggunakan Konsep Hearth, Head, dan Wallet Dalam Membangun Kultur Perusahaan Yang Sehat

Kemarin saya baru saja mengikuti sesi training leadership dari Google yang menarik. Narasumbernya adalah ex founder startup yang sudah tujuh tahun mengembangkan startupnya, lalu sekarang bekerja selama tujuh tahun di program akselerator Google dan sudah membantu ratusan startup di dunia. Bagi saya training seperti ini menarik karena jarang sekali topik-topik tentang leadership dan bisnis untuk game founder tersedia secara luas. Sebenernya ada topik menarik yang saya dapatkan dari sesi tersebut, tapi ada satu bahasan yang itu menempel banget di benak saya. Ketika di tanya, apa yang membuat seorang pemimpin itu berhasil memimpin perusahaannya. Jawabannya adalah ketika bisa mengimplementasikan Head, Heart, and Wallet. Apa itu konsep Head, Hearth, and Wallet.

Hearth memiliki makna representasi atau attachment team terhadap perusahaan. Sejauh mana crew di dalam perusahaan bisa bekerja secara nyaman, passionate, dan memiliki komitmen yang kuat dalam pekerjaannya. Hal ini bisa tumbuh apabila pemimpin di perusahaannya memiliki rasa empati, punya lingkungan kerja yang mendukung, tidak toxic, punya misi dari perusahaan yang jelas dan bisa menginspirasi crew nya untuk bergerak, juga nilai-nilai positif yang ditunjukan dalam kesehariannya.

Head ini menunjukan intelektual dan strategi. Sejauh mana pemimpin di perusahaan mampu membuat layout visi perusahaan secara jelas, tak hanya itu, mampu juga untuk menyampaikan dengan baik kepada crew nya. Di sini poin yang kritikan juga meliputi transparansi dan juga inkulasi dalam pengambilan keputusan. Rasa adil dalam memberikan ruang untuk diskusi, mengapresiasi, dan menegur jika ada yang berubat salah. Dan yang tak kalah penting adalah ruang bagi seluruh crew untuk bisa terus tumbuh dan berkembang sebagai individu.

Wallet ini menggambarkan insentif secara finansial. Ini mungkin yang banyak game dev di Indonesia kurang perhatikan karena banyak yang memulai ini sebagai hobi, atau project mahasiswa, atau project idealisme. Kompensasi secara finansial ini akan terasa semakin penting jika crew yang ada di perusahaan kita sudah berkeluarga. Jadi jangan lupakan faktor-faktor seperti gaji, bonus, opsi saham, dan hadiah-hadiah lainnya.

Selanjutnya saya ingin memberikan contoh bagaimana proses Hearth, Head, dan Wallet ini coba diterapkan di Arsanesia. Dari sisi Hearth, sebisa mungkin game-game yang dibuat oleh Arsanesia lahir dari passion dan ide crew nya sendiri. Walaupun bisa saja harus dibunuh karena tidak menemukan product market fit, tapi product yang kita kerjakan adalah sesuatu yang lahir dari passion crew di Arsanesia. Kalau kita aja as developer gak happy bikinnya, gimana player mau happy mainnya. Lalu dari sisi Head, target jangka panjang dan jangka pendek selalu dishare dengan transparan. Milestone tahunan Arsanesia hingga sprint planning jadi medium untuk menyamakan visi dan goal. Lalu dari sisi skill, ketika ada kendala, sebisa mungkin kita cari bantuan dari berbagai sumber untuk membantu agar kita bisa menyelesaikan masalahnya. Dan dari sisi Dompet, mirip kayak post-post sebelum ini yah, perhitungan resiko dan memastikan cashflow perusahaan sehat selalu jadi prioritas di Arsanesia. Jadi kita ingin memastikan at least kebutuhan dasar terjamin, lalu fasilitas lain seperti asuransi swasta dan alat kerja yang cukup sehingga bisa bekerja lebih tenang. Impiannya sih ada milestone dimana kita bisa ngasih bonus crew Arsanesia masing-masing PS5 🙂

Itu cuma cuplikan contoh aja sih, dalam imlementasi tentu bisa berbeda di situasu yang juga berbeda. Pada intinya, lingkungan kerja yang positif dan kultur yang baik dapat membuat perusahaan bisa berjalan dengan lancar.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar