My Journal

GameJam Untuk Ideation Game Baru Di Arsanesia

Proses pembuatan satu judul game bisa memakan waktu yang lama. Hal ini disebabkan dari ide itu lahir di kepala kita, yang kita bayangkan akan bisa ini itu dan terlihat menyenangkan, ternyata ketika mau dieksekusi gak ketemu-ketemu sisi fun nya. Apalagi kalau ide game nya belum punya fondasi dan pilar yang kuat arahnya mau dibawa kemana udah langsung produksi, itu bisa liar sekali ke sana-sini untuk menemukan fun nya dan akan memakan waktu yang lama sekali. Belum kalau sudah menurut kita fun, tapi begitu player kita memainkannya, feedbacknya kurang mengenakan. Ini artinya game yang buat kita fun, belum tentu akan fun buat target marketnya.

Untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, ada beberapa teknik yang coba dilakukan di Arsanesia. Yang pertama dari proses ideationnya terlebih dahulu. Dalam konteks brainstorming ide baru, tantangannya adalah menyeimbangkan antara potensi market yang kita targetkan akan menyukai game kita, mungkin ini dari game-game sejenis yang menjadi genre target market kita, dengan inovasi-inovasi desain game yang ingin kita sematkan. Sebagai game developer, kita pasti punya idealisme sebuah pengalaman atau pesan yang ingin kita ekspresikan di dalam game kita. Tapi apakah idealisme kita itu akan beresonansi dengan player yang nantinya akan membeli game kita? Itulah titik tersulitnya. Lalu bagaimana proses ideation itu seharusnya dilakukan? Apakah berangkat dari ide kita dulu, kita maunya bikin apa? Atau berangkat dari market dulu, yang pasar inginkan seperti apa?

Sebenernya kedua approach ideation itu tidak ada yang salah, semua bergantung konteksnya. Mau dari ide dulu, terus divalidasi ke market, bisa. Mau dari grab marketnya dulu, terus siapin ide game yang akan cocok dengan target market itu, bisa. Kuncinya adalah antara ide kita dengan market harus ditemukan dulu nih sedini mungkin. Makanya penting banget dari ide-ide game itu untuk dibuat Proof of Conceptnya, dan divalidasi ke market secepat mungkin. Ini untuk bisa mengetahui potensi dari game yang kita buat akan bisa diterima oleh market atau tidak. Dan ingat, dalam konteks indie, mungkin kesempatan kita untuk gagal atau salah menjadi lebih kecil karena kita tidak bisa menghabiskan waktu terlalu lama mengerjakan game yang tidak memiliki market. Tapi jangan lupa, kalau sebagai indie kita mau ngikutin tren di market yang paling populer, itu kita akan bersaing dengan perusahaan besar yang memang sudah bermindest full komersil yang bisa deliver game sesuai kebutuhan market dalam skala besar dan waktu yang lebih cepat dari kita. Untuk itu dalam konteks ideasi dan validasi, kita harus pintar memilih kolam dimana kita bisa sukses di situ. Jangan kolam yang terlalu saturated sehingga persaingan kita menjadi arena pertarungan yang tidak mungkin dimenangkan, jangan lupa di kolam yang terlalu sepi sehingga pejulana di kolam tersebut tidak akan membuat studio kita sustainable.

Bagaimana caranya melakukan metode validasi dengan cepat? Caranya adalah spending waktu yang sangat singkat, untuk membuat proof concept. Dengan Game Concept Document, kita bisa meminta expert feedback terhadap potensi dari ide game kita. Narrative game, penjelasan alur core loop, hingga concept art bisa disajikan secara sederhana untuk mendapatkan feedback cepat dari para developer dan publisher yang mungkin punya pengalaman lebih dari 5 tahun di industri game. Cara lainnya adalah membuat poster game dengan concept art atau mockup seolah-olah game nya sudah jadi, terus kita iklankan di social media ke demografi target user kita. Dari situ kita bisa melihat apakah premis dari game nya, walaupun belum ada game jadinya yah, bisa menarik traffic dan interest yang besar atau tidak. Mungkin bisa Call To Actionnya ke landing page webiste kita yang isinya game concept document dan minta mereka subscribe klo ingin project ini dilanjutkan. Dari situ kita bisa mengukur apakah memang game kita dari sisi market punya potensi. Baru nanti kalau kalian punya prototype, orang-orang yang sudah sign up bisa diajak untuk mencoba dan memberikan early feedback terhadap premis dari game kita.

Ideally, dalam satu siklus cepat 1-2 mingu tersebut, kita bisa memvalidasi lebih dari satu game. Dan yang paling penting, sebagai “orang tua” dari ide game itu, kita tidak boleh terlalu attach terhadap suatu ide game. Jika dirasa ide game yang kita buat tidak memiliki market yang cukup bisa dijustifikasi, kita harus siap merelakan ide tersebut untuk dibunuh. Tapi juga perlu diingat, proses ideasi ini juga jangan terlalu lama. Inget runway kita sebagai indie tidak panjang. Jadi dalam 1-2 bulan kalau bisa kita sudah validasi beberapa ide game, dan come up with our big 3 ideas. Dari ide tersebut, coba tawarkan ke publisher siapa tahu ada yang believe terhadap ide tersebut dan bisa memberikan funding. Tapi kalau ternyata tidak ada yang funding yang masuk. The best option adalah memperbanyak alur cash flow masuk dari sumber lain dan kita sisihkan beberapa bagian dari revenue tersebut untuk develop game tersebut. Sebisa mungkin, kita usahakan game tersebut untuk tetap rilis.

Kenapa kita perlu perjuangkan untuk rilis? Karena pelajaran dari game yang rilis itu super priceless banget. Pelajaran yang kalian dapatkan dari proses validasi ide tidak ada apa-apa dibandingkan ketika game kalian udah rilis dan melihat bagaimana performa dari game tersebut. Game “gagal” kalian itu adalah batu loncatan untuk kalian level up bikin game yang lebih bagus lagi. Kalau bertahun-tahun gak rilis-rilis game, ilmu yang didapatkan akan sedikit sekali dan susah untuk bisa level up. Dan lagi, keberhasilan kamu shipping game itu akan jadi nilai plus di mata publisher juga. Artinya kamu bisa meyakinkan mereka kalau kamu bisa shipping the game, gak cuma idea guy aja. Dan bisa jadi, game yang ketika kamu validasi itu gak pernah berhasil menemukan produk-market-fit, tiba-tiba kamu mendiscover market baru yang bukan target market mu, tapi ternyata mereka menyukai game yang kamu buat.

Jadi kesimpulannya, 1. Ide boleh dateng darimana aja, tapi yang penting di validasi. 2. Validasi ide secepat mungkin, buat ide sebanyak-banyaknya, dan validasi. 3. Jangan terlalu attach sama ide, kalau emang gak feasible, jangan takut untuk kill the project sebelum terlalu dalam terjebak dalam game tersebut. 4. Targetkan untuk tetap eksekusi game terbaik di antara ide-ide kalian untuk mendapatkan experience dan level up. Semoga tips-tips ini bisa ngebantu temen-temen yang lagi mau ideasi game barunya.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: