Cari Pejabat yang Punya Rasa Malu
Bulan lalu dunia dihebohkan oleh peristiwa karamnya kapal feri Sewol di Korea Selatan. Yang membuat berita ini menjadi isu yang panas adalah fakta bahwa di dalam kapal tersebut terdapat sekitar 400an penumpang dimana sebagian besarnya adalah siswa dan guru yang sedang berwisata. Kasus ini memberi insinden sendiri ketika ditemukan keterangan bahwa sang kapten memerintahkan para penumpang untuk tidak bergerak dari posisinya dan tetap tenang ketika kapal sudah miring sedangkan dirinya dan beberapa awak kru lainnya sudah melarikan diri menggunakan kapal penyelamat. Efek dari hal tersebut adalah banyak dari penumpang yang akhirnya terjebak di dalam kapal dan tidak bisa diselamatkan. Ratusan orang telah dinyatakan meninggal dalam insiden tersebut. Selain ulah kapten yang tidak bertanggung jawab, kecelakaan ini juga disebabkan oleh muatan yang berlebih. Pemerintah sendiri kesulitan untuk melakukan evakuasi mengingat cuaca yang sangat buruk. Lalu tak lama dari insiden tersebut, Perdana Menteri Korea Selatan mengajukan surat untuk mengundurkan diri karena ia merasa malu.
“Saya ingin mengundurkan diri lebih cepat, tetapi menangani situasi adalah prioritas utama dan saya berpikir itu adalah tindakan yang tanggung jawab sebelum saya pergi. Namun saya memutuskan untuk mengundurkan diri sekarang, (agar) tidak lagi menjadi beban bagi administrasi.” – PM Korea Selatan
Itu adalah kalimat yang ia lontarkan sekitar 1,5 minggu paska terjadinya kecelakaan maut tersebut. Ia merasa bertanggung jawab karena tidak bisa menyelamatkan para penumpang di kapal feri yang meninggal karena kesalahan dari kapten kapal itu. Padahal menurut saya, insiden itu tidak terkait dengan dirinya. Penyelamatan pun berjalan sangat sulit karena cuaca yang sedang ekstrim serta para penumpang yang posisinya sulit diselamatkan karena terjebak di dalam kapal. Namun ia merasa malu, ia merasa ini adalah bagian dari tanggung jawabnya untuk bisa melindungi setiap nyawa yang ada di dalam kapal tersebut. Setelah ia mencoba melakukan tanggung jawabnya, dia memutuskan untuk mengundurkan diri agar tidak menjadi beban. Kasus-kasus serupa dimana pejabat publik memutuskan untuk mengundurkan diri karena malu akan kesalahan, atau bahkan tudingan yang diajukan kepada dirinya sangat banyak di luar sana. Ada yang bahkan baru mendapat isu terkait korupsi, dia sudah memutuskan untuk memundurkan diri.
Hal seperti di atas sangat bertolak belakang sekali dengan para pejabat di Indonesia yang sangat cinta akan tahta dan hartanya. Di Indonesia, seseorang dinyatakan menjadi tersangka saja masih berlagak layaknya artis, masih ingin tetap memiliki daerah kekuasaannya, masih ingin tetap dipandang, apalagi kalau disuruh mundur dari jabatannya, mana mau. Saya ingat ada pejabat yang punya program kerja yang dia janjikan selesai akhir tahun 2013, kalau molor, dia janji mundur dari jabatannya. Sekarang sudah pertengahan 2014, proyeknya belum selesai, dia masih menjabat aja tuh. Terus ada juga yang terbukti bertanggung jawab atas sebuah insiden, eh malah maju mencalonkan diri jadi presiden -_- Mental pejabat-pejabat ini sudah sangat terbalik dan sudah seharusnya tidak kita pilih menjadi pejabat. Mereka yang tidak punya rasa malu ini adalah orang-orang yang hanya cinta pada jabatannya serta kekuasaan yang ia miliki. Kalau dia tidak ingat akan rasa malu, mungkin memang harusnya orang tersebut dipermalukan. Mereka yang punya dosa di masa lalu ini tidak pantas mengisi kursi kekuasaan. Masih banyak pemimpin bersih yang maju karena rasa cinta, buat apa memilih mereka yang maju karena haus akan kekuasaan.
Tinggalkan Balasan