My Journal

Cara Mencari Client Untuk Project B2B Game

Hi gengs, kemaren saya sempet cerita tentang strategi pendanaan studio game yakni memberikan jasa outsourcing. Jasa outsourcing ini ada dua tipe, yang pertama adalah outsourcing komponen game dari sebuah project game yang lebih besar dan yang kedua adalah outsourcing untuk pembuatan gamification. Kalau yang pertama, honetsly Arsanesia kurang berpengalaman yah. Tapi kalau yang gamification, ini bisa dibilang salah satu backbone Arsanesia dari 2011 yang membuat kita bisa tumbuh hingga saat ini. Dan di postingan ini, saya ingin coba share gimana caranya Arsanesia bisa mendapatkan client untuk mengerjakan project B2B.

Cuma buat sedikit gambaran, sebelum masuk ke yang project-project gamification, mau sedikit ngasih gambaran dulu buat yang outsourcing untuk project game. Kenapa hal ini perlu dibahas? Karena demand untuk outsourcing ini gede banget dan sebenernya Indonesia punya potensi untuk mengisi demand ini. Contoh yah, Horizon Forbidden West itu butuh banyaaak banget konten untuk game nya, mulai dari komponen robotnya, environment nya, dan lain-lain. Gak mungkin hal itu dikerjain sama satu studio. Saya tahu ada studio outsourcing di Brazil yang spesialisasinya bikin komponen robot dan jadi langganan untuk bikin beberapa robotnya Horizon. Malaysia punya beberapa studio outsourcing yang besar seperti Streamline, Lemonsky, dan sekarang pun studio outsourcing untuk aset game Sony buka juga di Malaysia. Bagi saya, ini yang Indonesia masih lack off. Padahal, keberadaan studio outsourcing di Indonesia bisa ngebantu ngeboost talent lokal kita agar punya kapabilitas untuk produce game dengan skala besar. Ada beberapa studio lokal yang mumpuni untuk melakukan outsourcing ini contohnya Komodoz, Brandonville, Miracle Gates, dll.

Okeey, sekarang masuk ke yang gamification yah. Kalau untuk masuk ke outsourcing tipe 1 di atas barrier to entry nya tinggi karena biasanya studio triple A akan cari kualitas yang super top notch, untuk gamification ini tersedia demand nya untuk berbagai level, baik yang masih baru banget sampai yang sudah sangat pro. Range harga project nya pun luas banget mulai dari 20jt per game sampai 2M per game. Nah, bagi kamu yang ingin memulai pundi-pundi bisnis game nya dari outsourcing, pertanyaan terbesarnya adalah “gimana cara cari client nya?”.

specialty Arsanesia di bisnis outsourcing

Pertama-tama, kita mulai dari mempelajari nature dari b2b yang satu ini. Gamification artinya adalah menggunakan komponen game untuk mencapai goal dari suatu entitas. Ada yang memisahkan juga dengan term “serious game”, tapi biar gampang saya jadikan satu aja yah. Serious Games dan Gamification anggap dulu tipe game yang sama. Dua-duanya soalnya punya nature dimana client ini biasanya bukan dari industri game. Mereka punya suatu goal di bisnisnya yang ingin menggunkana game atau komponen dari game untuk mencapai goal tersebut. Kenapa sih perusahaan-perusahaan ini butuh pakai game untuk mencapai goal bisnisnya? Karena game itu powerfull banget! Dia bisa bikin hal yang tadinya membosankan, jadi menyenangkan. Coba, siapa di sini yang seneng bercocok tanam? Tapi kalau main stardew valley, farming jadi menyenangkan. Hal-hal yang tadinya sulit untuk dilakukan, unmotivated, dan membosankan, bisa jadi fun kalau dibalut menggunakan game. Hal ini akan sangat membantu sekali bagi perusahaan yang mengalami kendala di hal-hal tersebut. Jadi memang nature dari bisnis gamification adalah kita harus jeli melihat gimana kita bisa menggunakan game atau komponen di dalamnya untuk ngebantu calon client kita.

Setelah kita tahu nature nya, kita bisa coba petakan kira-kira perusahaan kayak apa nih yang bisa kita bantu pakai game? Kalau pengalaman Arsanesia, sebagian besar dari project gamification ini datangnya dari tim marketing. Mereka ingin menggunakan game untuk meningkatkan engagement, meningkatkan conversion, meningkatkan awareness, meningkatkan loyalty, dan lain-lain. Ada juga yang sifatnya untuk education, ataupun research. Jadi dalam konteks mapping ini, kita juga harus paham kepada divisi siapa sebenernya project game as solution bagi organisasi itu mau kita propose. Paling gampang adalah kerja sama dengan agensi digital. Biasanya agensi digital udah langsung tap in dengan perusahaan yang ingin melakukan campaign digital, dan biasanya juga produk game masuk ke dalam capaign tersebut. Udah beberapa kali Arsanesia dapet project dari agensi digital. Cara lainnya adalah tap in langsung ke organisasinya. Kita pernah ngerjain game untuk perusahaan telco, untuk pemerintah, hingga untuk universitas di luar negeri. Nah, kita langsung nih ke pertanyaan terbesarnya. Gimana caranya kok Arsanesia bisa dapet project-project tersebut? Apakah Arsanesia ada tim sales dan marketing yang rajin gerilya kirim email ke berbagai perusahaan dan ketok-ketok pintu?

Believe it or not, 80% project yang masuk ke Arsanesia berasalah dari jejaring pertemanan. Mostly ada perusahaan atau temen yang bukan game developer, terus ada kebutuhan (baik untuk perusahaannya, atau perusahaan yang jadi clientnya, atau perusahaan temennya) untuk membuat game dan dia mereffer kebutuhan tersebut ke Arsanesia. Oleh karena itu, tips dari saya untuk kamu yang ingin ke B2B dan ingin punya client adalah perluas jejaring pertemanan. Gimana caranya? Aktif ikut event, baik itu event game, apalagi untuk event yang non-game. Saya inget di 2010, event pertama yang saya ikuti adalah event startup. Di situ yang bikin game ya cuma Arsanesia. Artinya, dari sekian banyak anggota komunitas yang hadir yang mungkin suatu saat butuh bikin game, kenalnya ya cuma Arsanesia. Jadi semakin kamu melebarkan jejaringan pertemanan ke network-network selain game, semakin besar chance kamu untuk mendapatkan project.

Apakah hanya mereka kenal Arsanesia saja cukup? Jawabannya tidak. Selain mereka harus tahu kita siapa, mereka juga harus percaya dengan kapabilitas dan integritas kita. Karena orang itu gak akan sembarang mereffer ke orang lain. Kalau ternyata referralnya jelek, nama orang tersebut akan jatuh juga. Untuk itu kita harus ngebangun branding dan image perusahaan yang bagus. Kita harus nunjukin kalau kita itu profesional, kita itu expert di bidangnya, kita itu enak diajak komunikasi, dan yang terpenting adalah integritas. Untuk bisa mendapatkan “cap” kalau perusahaan kita terpercaya dan berintegritas, gak bisa cuma diem aja. Kita harus ngebangun presence yang kuat di industri.

Gimana caranya biar punya presence? Biasanya kalau kamu sering jadi pembicara di event, itu bisa jadi acuan orang untuk ngeliat kalau kamu bisa dipercaya, at least oleh orang yang ngasih kamu kesempatan buat ngisi di event. Dulu itu saya serrriiingg banget jadi pembicara di sana-sini. Sempet sampai tiap bulan keliling berbagai kota untuk jadi speaker. Terus kalau dapet award, itu juga lumayan naikin presence. Gimana caranya biar bisa dinotice orang untuk diinvite jadi speaker? Kamu harus nunjukin kalau kamu expert di bidang itu. Cara paling gampangnya, show it off. Bisa dengan blog, bisa dengan instagram, tiktok, youtube, or anything. Tunjukin ke orang-orang kalau kamu emang menguasai suatu topik sehingga kamu bisa dilihat menguasai materi tersebut. Ketika kamu menguasai materi tersebut, maka undangan untuk ngisi kegiatan akan muncul. Di situlah salah satu cara kamu bisa ngebangun presence.

Kalau gak bisa ngebangun preserence sebagai speaker gimana? Salah satu medium yang menurut saya cukup bonafid untuk ngebangun presence adalah aktif menjadi pengurus di komunitas. Dulu saya ngurus komunitas startup informatika ITB yang namanya IF Association. Terus saya ngurusin komunitas gamedev bandung dan bikin kegiatan ngariung rutin bulanan. Terus saya aktif jadi ketua ikatan alumni di SMA saya. Dan sekarang saya aktif jadi pengurus di Asosiasi Game Indonesia. Semua kegiatan itu bersifat volunteer. Di sini amat sangat bisa ngeboost presence dan integrity kita di circle komunitas yang kita urus. Walaupun tentu itu bukan alasan utamanya yah. Tapi genuinly helping other people in the community tentu akan memberikan presence yang positif banget buat kita.

Itu tadi 80% project yang datang dari circle pertemanan. Sampai sekarang pun masih terus menerus masuk berbagai tawaran project dari circle tersebut. Nah, 20% sisanya dari mana? Jawabannya dari presence digital Arsanesia. 1:5 project yang masuk ke Arsanesia itu datang dari Google. Mereka googling tentang game developer Indonesia, dan masuk lah nama Arsanesia di situ. Jadi SEO untuk web juga penting yah. Lead project ini kadang masuknya ke web Arsanesia, kadang masuknya ke blog pribadi saya. Ada yang DM ke IG saya juga. Jadi ya itu, presence digital juga gak kalah penting. Jasa perusahaan kita harus se-visible mungkin untuk orang bisa menemukan kita. Gimana caranya ningkatin SEO? Salah satunya rajin ngeblog :p Itu yang paling organik. Tuh jadi kampanye ngeblog terselubung kan? Udah mana kita jadi belajar nulis, bisa show off expertis kita, bisa ngebangun presence kita di network-network yang beragam, bisa ngebangun presence digital juga, bahkan bisa ningkatin SEO :p

Mungkin itu tips dari saya. Dan saya juga tahu ada studio game lokal yang emang punya divisi sales dan marketing yang aktif mencari project dan pitching-pitching di Jakarta. Tapi kalau ngeliat skala studio saya, kayaknya kapablitas tim belum cukup untuk bisa ngerjain project-project dalam jumlah banyak. Kalau kamu masih ada pertanyaan tentang mencari client untuk b2b atau ada pertanyaan lain apapun terkait sisi bisnis dari studio game, tinggalin pertanyaan kamu di kolom komentar di bawah ini aja yah. Semoga bermanfaat

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: