Pertama Mengenal Blockchain
Sekarang semua orang ngomongin blockchain, NFT, metaverse, dan lain-lain. Teknologi baru ini masuk dan tumbuh dengan sangat cepat dan mendistrupsi banyak komponen dalam kehidupan kita. Yang paling terasa tentu dari sektor finansial yah. Transaksi global lintas negara menjadi sangat mudah dan cepat, aset digital yang dulu tidak bisa dimiliki sekarang jadi memiliki konsep true ownership, dan banyak sekali peluang-peluang baru yang muncul dari hadirnya teknologi ini.
Saya sendiri bisa dibilang baru mengenal teknologi blockchain. Walaupun saat ini sedang membuat produk blockchain yang bernama RealityChain (nanti tentang RealityChain saya ceritakan di post terpisah ya), tapi perkenalan saya dengan blockchain bisa dibilang baru terjadi di pertengahan tahun 2021. Dan lucunya, awalnya saya termasuk yang skeptis dengan blockchain, terutama dari sisi cryptocurrency nya yang dulu saya pikir tidak jelas karena tidak memiliki fundamental. Saya yang cukup rajin membeli produk finansial seperti saham dan reksadana, awalnya bingung mengenai konsep cryptocurrency ini.
Sebelum ke sana, saya ingin cerita dulu apa yang bikin saya nyemplung ke blockchain. Jadi Arsanesia kan punya game berjudul Summer Town yang fitur nya kita bisa memiliki virtual pet, bisa punya rumah, bisa mendekorasi rumah kita, dan mendadani virtual pet kita. Di awal 2021, salah satu rekan sesama gamedev dari Rolling Glory ngontak saya. Ada tawaran outsourcing project. Konsepnya katanya mirip Summer Town jadi cocok klo Arsanesia yang ngerjain. Kebetulan Rolling Glory juga lagi ngerjain project dari client yang sama untuk game yang berbeda. Clientnya itu namanya adalah Blocksphere, sebuah perusahaan IT Consultant yang fokus di pengembangan teknologi blockchain.
Di awal 2021 itu, stance saya adalah masih negatif terhadap blockchain. Alasannya adalah karena saya pikir konsep crypto ini gak jelas valuenya. Terus banyak IP infringement di dunia NFT. Dan sering saya denger case rug pull dan scam. Selain itu, komunitas game developer juga selalu mengadvokasi bahwa blockchain adalah toxic dan harus dihindari. Cancel cultured juga terjadi baik dari sisi game development maupun gamers. Lalu ketika tawaran membuat project blockchain ini datang, apa yang saya lakukan?
Saya dan partner saya, Irul, membahas singkat tentang teknologi blockchain dan product yang mau kita bikin. Kita melihat bahwa produknya masih in our scope dan expertise yah karena engine basis dari Summer Town membuat kita yakin bisa mengerjakan project ini. Kemudian walaupun ini outsourcing yang kita konsepnya hanya membuat tools nya sesuai spec tanpa peduli tools ini nantinya akan dipakai untuk apa, saya dan Irul mendalami bisnis modelnya juga. Dan kita melihat konsep yang ingin dibuat ini tidak bersifat scam sehingga kami pun mempertimbangkannya. Tapi memang case nya di tahun 2021 itu pipeline outosurcing kami sudah penuh dan basically udah aman lah runway setahun. Jadi gak ada kebutuhan sebenernya untuk ngambil project ini. Terpaksa saya bilang kalau kita baru bisa ngerjain ini di Q3 dan harganya pun cukup tinggi karena ini area baru buat kita. Namun ternyata dari client setuju dan bahkan transfer 50% dari budget di bulan April walaupun baru bisa ngerjain di Q3.
Ini menurut saya momen sebuah keberuntungan terjadi. Selama beberapa bulan itu, kami meeting cukup intens tidak hanya membahas spec dari projectnya, tapi saya bisa bertanya langsung tentang rumor dan issue terkait teknologi blockchain. Mulai dari konsep crypto, lalu konsep NFT, tentang scam, tentang rug pull, dan lain-lain. Ternyata karena saya mendapat jawaban dari para expert yang sudah mengerti luar dalam teknologinya, saya menjadi tercerahkan terhadap potensinya maupun tantangan yang dihadapi teknologi baru ini. Dari situ saya jadi super excited untuk mendeliver sebuah produk blockchain yang bisa menjawab tantangan yang ada dan memanfaatkan advantage dari teknologi ini yang menurut saya sangat menarik.
Dari sini saya jadi paham kalau ada orang yang super skeptis dan antipati terhadap teknologi blockchain. Saya pernah di sisi itu dan untungnya saya mendapatkan informasi yang jelas dan objektif dari orang yang memang bekerja di sektor ini, dan bekerja dengan integritas dan transparansi yang baik. Saya pun akan senang hati menjelaskan berbagai kekhawatiran game dev tentang project blockchain ini. Tapi yang jelas saya gak akan melakukan edukasi secara aktif yah. Pertama karena biasanya di state kayak saya dulu, pasti akan ada bias dan sudah datang dengan konsep yang miss informed sehingga yang terjadi malah debat. Yang kedua saya gak pengen preaching orang untuk semua ke blockchain. Tapi klo ada yang mau, di ekosistem blockchain sekarang lagi bubble dan demand lebih tinggi daripada supply. Artinya bagi para game dev yang punya mindset bisnis, akan melihat ini sebagai peluang untuk mengembangkan perusahaannya. Yang jelas saya sudah melihat beberapa developer yang saya jadikan role model dan teman-teman di inner circle saya mulai memasuki ekosistem blockchain. Jadi at least once teknologi ini mainstream, saya bisa yakin bilang kali ini dari Indonesia kita gak ketinggalan π
So buat kamu yang masih banyak pertanyaan dan pengen coba approach ke teknologi blockchain, my DM is open yah
Digital diatas digital. Game itu sendiri sudah sesuatu yang digital, membawanya jauh ke “permainan” dunia digital menimbulkan tanda tanya tentang apa yang nyata di permukaan perangkat. A value could be a vague as we perceive what’s matter beyond.
SukaSuka