Siap-Siap, Akan Hadir Sebuah Inisiatif Besar Untuk Dunia Pendidikan Yang Fokus Mencetak Game Developer Baru
Ketika dulu saya memulai karir di industri game sebagai mahasiswa, saya inget banget kerjaan saya adalah jadi hunter lomba. Dari lomba bisnis ke lomba membuat game, bertebaran dimana-mana. Kemudian ada cukup banyak komunitas yang sangat friendly terhadap anak baru. Komunitas gamedev bandung dulu masih pada seumuran saya semua jadi kita masih di tahap yang sama-sama pemula. Lalu jaman dulu ada komunitas Nokia yang punya student ambassador dan rutin meetup dengan para pengembang game dan aplikasi Nokia.
Gak bisa dipungkiri, puluhan lomba itulah tempat saya menempa diri dan memotivasi untuk bikin game disela-sela kuliah. Malah terkadang hadiahnya klo menang bisa buat beli laptop. Lalu dari komunitas dan program untuk mahasiswa itulah saya dapet jejaring. Network tersebut yang menjadikan saya bisa bertahan hingga hari ini. Teman untuk bertanya, berbagi ilmu, hingga kolaborasi. Bahkan di kampus sendiri, ada semacam gengsi untuk mahasiswanya bisa menjuarai kompetisi-kompetisi nasional seperti INAICTA. Saya inget banget dulu dosen saya di salah satu kertas ujiannya, selain kita diwajibkan menulis nama dan NIM, kita juga harus mengisi kode pendaftaran INAICTA. Artinya dosen juga mendukung kita untuk berkarya dan mengaplikasikan ilmu kita di kompetisi. Bahkan saya terbang ke Singapura pertama kali juga karena menang lomba.
Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang, rasanya saya sangat beruntung. Banyak faktor yang membuat industri game di angkatan saya kuliah itu tumbuh subur. Sebagian besar dari teman satu generasi saya sudah pada sukses-sukses di industri game. Dan rasanya, investasi di sisi edukasi dan talent merupakan hal yang gak boleh terputus. Karena gimana kita bisa jadi negara produsen game yang kuat kalau kita kekurangan talenta berbakat di industri game?
Untuk itu, mulai tahun 2020 yang lalu, saya bagi tugas dengan Cipto di Asosiasi Game Indonesia. Memang 3-4 tahun awal saya di AGI, fokus AGI adalah memastikan temen-temen yang sudah punya studio game bisa survive dan bisnsinya bisa berkembang. Tapi semakin ke sini, problem talenta semakin muncul. Itu mengapa saya mulai fokus di talenta dan komunitas grass root dan Cipto yang akan fokus di pengembangan bisnis dan investasi. Yang saya lakukan adalah melakukan advokasi-advokasi agar program-program yang ada untuk industri game, baik itu dari AGI, pemerintah, atau lembaga lain, juga berpihak kepada mahasiswa. Contohnya ketika kemarin ada GameJam Retas Budaya, saya request ada kategori khusus untuk mahasiswa agar mahasiswa bisa compete dengan sesama mahasiswa. Kalau mahasiswa compete dengan profesional, tentu akan sulit. Lalu saya juga bekerja sama dengan Asprodi DKV untuk bikin program untuk mahasiswa yang diberi nama OMG. OMG adalah pitching session dimana para mahasiswa bisa share ide atau project mereka dan mendapatkan feedback langsung dari industri.
Nah, 2021 ini bakal ada insiatif yang lebih besar dan lebih masif. AGI gak sendirian, kita menggandeng banyak stakeholder, akan membuat program yang sifatnya jangka panjang hingga jangka pendek. Akan ada banyaaaak sekali program yang dirancang khusus untuk guru, dosen, siswa, dan mahasiswa yang tertarik terjun ke industri game. Rencananya programnya akan kita kick off di bulan Maret. Kalau kebetulan ada guru, dosen, siswa, atau mahasiswa yang program studi di kampusnya tertarik di industri game, bisa kontak saya di adam@agi.or.id untuk mendapatkan informasinya. Bisa dibilang, semua ekosistem pendukung yang dulu saya dapatkan ketika memulai karir di game development sebagai mahasiswa, akan kita siapkan dengan lebih matang lagi. So, tunggu tanggal mainnya π
Tinggalkan Balasan