My Journal

Spesialis Akan Membunuh Generalis, The Power of Focus

Kemarin malam ada sesi sharing dari DNC Family, keluarga startup under DNC. Dari sesi sharing tersebut ada banyak sekali poin menarik yang ingin saya share di tulisan ini. Tapi satu yang paling mengena ke saya adalah kekuatan dari fokus. Kalau kita ngeliat giant company, kekuatan mereka ada di entah budget yang besar, resources yang tak terbatas, dan infrastruktur raksasa. Hal tersebut membuat mereka sulit dikalahkan jika kita ingin head to head dengan mereka. Tapi startup juga punya super power yang luar biasa, yakni fokus. Kekuatan dari startup adalah dia fokus dan bisa dengan cepat menemukan product market fit.

Siapa di sini yang kalo lagi jalanin startupnya, terus di otaknya selalu berputar “ada opportunity apa lagi nih yang bisa kita kejar?” “vertikal mana lagi nih yang bisa digarap?” “Wah ini kayaknya peluang menarik yang bisa kita kembangkan” dan banyak sekali pikiran yang insting otak kita ingin survival dengan mencari jalan sebanyak-banyaknya. Hal ini membuat kita jadi mencoba untuk melebar ke berbagai lini, atau disebut generalis. Misal, kalau kita di Arsanesia jadi game developer dan fokusnya di game casual untuk mobile, lalu tergoda ntuk bikin hyper casual juga, tergoda untuk ngerjain project html5 juga, tergoda untuk explore AR, dan lain-lain, maka di situlah kita jadi generalis. Atau kalau misalkan di Arsa Kids awalnya fokus ke anak usia dini, terus coba kayaknya market teenagers juga menarik, atau kayaknya gak cuma bikin game, tapi bikin buku juga, dan lain sebagainya, artinya itu juga mencoba jadi generalis. Kalau main lebar gini, kita akan compete dengan company-company besar yang memiliki kapital yang lebih besar dan membuat kita bukan siapa-siapa.

Yang mengerikan dari startup adalah ketika dia fokus ke satu area spesifik dan menjadi yang terbaik di area tersebut. Coba ingat-ingat, hampir semua startup yang sekarang raksasa, awalnya hanya membuat satu layanan spesifik. Amazon dulu hanya jualan buku online, Google dulu hanya search engine, McDonald dulu hanya jualan burger, dan banyak lainnya. Dan fokus ke satu area dan terus-menerus menggali kedalaman emang bukan hal yang mudah. Dalam proses menemukan jawaban, tentu akan ada banyak godaan lain yang menghampiri. Saya jadi teringat ada satu drama korea yang saya ikutin judulnya Startup. Di satu episode, ada titik dilematis dimana startup harus memilih untuk mengerjakan proyek yang di luar fokusnya sama sekali demi uang dan portofolio, atau fokus di layanannya. Kepala seorang CEO pasti akan terus memikirkan gimana caranya agar timnya bisa gajian dan bisa makan. Tanpa sadar, pilihan itu hanya akan menunda masalah saja. Ada satu term menarik lagi dari film startup ini. Ketika ada pertanyaan apakah kamu akan charge ke user saat ini atau mau growth dulu. Dan di fase itu, kalau udah langsung charge ke user, ibarat kata kita haus dan butuh uang, tapi di fase itu, uang adalah air laut yang walaupun kita haus, minum air laut tidak akan menghilangkan dahaga kita. Eh btw beneran nonton deh itu, banyak banget relatable momen yang bikin saya senyum-senyum sendiri.

Ada satu kalimat dari sesi sharing DNC itu yang saya juga terngiang-ngiang. Untuk scale, kita harus berani berkata tidak. Kita harus berani bilang, sorry kita gak mengerjakan hal itu, company kita fokus ke hal ini. Mungkin buat orang yang kayak saya yang gak enakan dan gak mau kehilangan sedikit pun opportunity yang lewat, kayaknya nolak peluang itu hal yang berat sekali yah. Tapi ternyata, orang akan lebih ingat “We don’t do that, we only do this.” Kata “only” atau “just” itu menjadi beacon yang membuat kita diingat dan beda dengan orang lain. Bener juga yah. Misal saya bilang, sorry perusahaan kita fokus ke bikin game casual, kita gak ngerjain genre game lain, maka orang akan inget, ohhh Arsanesia yang jagonya di game casual yah. Ada satu buku yang kayaknya harus saya baca nih, “The Courage to be dislike” untuk membantu melawan otak survival kita untuk selalu mengambil semua opportunity yang lewat.

Gimana pengaplikasikannya kalau kita pengen fokus dan jadi spesialis? Fokus lah ke user inti kita, fokus lah ke core value dari company kita. Jangan coba bikin semua orang seneng. Kalau kita rilis game, lalu ada 20 orang yang suka banget dengan game kita dan ada 80 orang yang gak suka, gak usah fokus ke masalah. Fokus lah engage 20 orang itu dan improve your product around that 20 peoples. Hati-hati dengan target market trap, keinginan untuk bikin semua orang seneng, nambahin fitur untuk menggaet target market baru, dan expansi vertikal ketika belum waktunya. Nah pertanyaan menariknya, sampai kapan kita akan menggali niche tersebut sampai kita melebar? Semua company yang akhirnya melebar, mereka sudah menjadi big dan dominant di market tersebut baru menambahkan segmen baru. Jadi sampai kita jadi besar dan mendominasi market, fokus lah di segment bisnis utama kita dengan core value kostumer kita. Kuncinya di menemukan user yang love our product.

Cuma sedikit disclaimer, apakah ini berarti kita gak boleh mengambil opportunity yang lewat jika kondisi darurat? Apalagi di situasi covid kayak gini. Tentu boleh. Mindset ini istilahnya Survival vs Scale. Di fase survival, kita say yes to all opportunity, mikirin gimana caranya gajian, dan bertahan hidup. Tapi gak mau dong selamanya survival? Jadi perlu juga sambil mencari 20% segment market yang akan menyukai produk kita baru masuk ke mode scale. Di mode scale itulah baru kita fokus, tajam, dan cepat. Segera cari user core kita dan validasi terus iterasi produk kita. Jadilah super spesialis yang fokus menjuarai area yang niche. Coba tanamkan di benak kita, specialisation is key dan jangan mencoba untuk membuat semua orang senang.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: