My Journal

Cara Mencari Dan Memvalidasi Ide Game

Kali ini aku mau share intisari yang penuh dengan daging dari diskusi Retas Budaya bersama dengan Fandri dari Agate Studio dan Kris dari Toge Productions. Fandri dan Kris bisa dibilang salah satu game designer terbaik yang ada di Indonesia dan memiliki pengalaman membuat game yang sukses. Jadi di diskusi kali ini saya coba mengulik tips dan resep sukses dari masing-masing narasumber. Kalau mau nonton versi penuhnya, bisa tonton video youtube di bawah ini yah.

Poster Promosi Diskusi Terhangat Abad Ini (created by Ardhan)

Apa Yang Membuat Game Itu Bagus

Ini mungkin pertanyaan yang sulit dijawab. Karena definisi bagus buat tiap orang bisa beda-beda. Kalau saya, saat ini saya sedang menikmati main game Mobile Legend karena sesinya sebentar dan cukup satisfying. Lalu klo ada waktu cukup panjang, saya suka main open world kayak Assassins Creed atau Horizon Zero Dawn. Horizon Zero Dawn bisa dibilang game yang paling mewakili kepribadian gaming saya. Lalu kalau lagi mau santai, saya seneng main Minecraft atau Animal Crossing.

Kris dan Fanfan pun juga berbeda lagi. Buat Kris, game yang menurut dia bagus adalah game yang punya emotional message seperti The Last Of Us. Yang dari 10 menit pertama aja udah bisa bikin suasana mood yang immersive dan mencekam. Atau game-game kayak Resident Evil yang juga memberikan pesan yang cukup dalam. Kris juga suka game kayak XCOM 2 yang membutuhkan strategi.

Fandri lebih suka game yang inovatif. Game yang paling menginspirasi Fanfan adalah Splatoon. Game ini memberikan aksesibiliti game shooter kepada orang yang gak jago aiming. Mekanik nembak yang diubah menjadi ngecat, lalu cat nya bisa jadi spot untuk kita sembunyi, membuat game ini fresh secara mekanik. Saya inget pertama kali “diracunin” Switch sama Fandri, dia mamerin game ini ke saya. Tapi saya belum kesampean beli gamenya sih hehehe.

Karena tiap orang punya taste berbeda tentang apa game yang bagus untuk mereka, maka definisi game bagus bisa berbeda-beda. Game yang bagus berarti adalah game yang antara purpose atau pesan dari game itu sampai ke target market yang sesuai. Balance antara experience apa yang game developer ciptakan dengan kesesuaian target market penggunanya.

Bagaimana Cara Menemukan Ide Game

Kalau game itu berarti antara faktor “apa yang ingin dibuat oleh developer” dengan “apa yang diinginkan oleh pemain”, maka pertanyaannya adalah kalau kita mau cari ide game, berangkatnya dari mana? Dari pikiran kreatif developer itu sendiri atau dari riset apa yang dibutuhkan oleh pasar? Kalau menurut Kris, dua approach yang bisa dipakai untuk memulai mencari ide tersebut gak ada yang salah. Baik itu passion project maupun market driven, semuanya valid. Kita berangkat dari kita suka main game apa dan pengen deliver experience apa, itu boleh. Kita mau mulai dari liat di pasar ada potensi niche di genre apa, itu juga sah-sah aja. Yang penting ide tersebut di validasi.

Di Agate, Code Atma lahir dari proses brainstorming yang menghasilkan experience untuk target market yang spesifik. Code Atma ingin serve market player yang sudah kerja, tidak punya banyak waktu, tapi tetep main game. Experience itu lalu digali terus hingga ke riset user behaviour yang dalam. Karena game mobile butuh lebih dalam riset daripada game console. Kalau game console, orang itu udah akan invest waktu, duduk di sofanya yang nyaman, dan spend 2-3 jam mainin game di console mereka. Tapi klo mobile, game-gamenya rata-rata on the go. Dia bisa main itu pas commute, bisa main itu pas sebelum tidur, bisa main itu sambil makan, dan banyak situasi lainnya. Sesimpel desain layoutnya portrait, itu karena memperhatikan situasi dimana orang yang commute, tangan satunya megang tali di atas dan hanya bisa main game dengan satu tangan.

Kalau Coffee Talk dari Toge Productions lahir dari Game Jam. Game Jam ini berarti developer bebas mau bikin premis apapun di dalam gamenya. Waktu itu, premis dari Fahmi sebagai game director Coffee Talk adalah dia pengen deliver experience orang kalo lagi main game ini, berasa lagi di sebuah tempat yang zen, hangat, bisa sambil mendengar rintik-rintik hujan, dan mencium aroma kopi. Lalu dari sisi market riset, ada game dengan genre mirip yakni Valhalla yang sukses besar, tapi dengan premis yang berbeda. Market ini berhasil dan saingannya sedikit. Jadi dari sisi market, sangat make sense untuk mengembangkan game ini. Kata kuncinya adalah di validasi.

Bagaimana Cara Memvalidasi Ide Game

Lalu kalau kita udah punya ide game, gimana validasinya? Kalau di Agate, mereka punya previlege resources untuk melakukan validasi yang sangat intensif. Dari proses ideation, bahkan sebelum gamenya ada, mereka sudah mengeluarkan iklan dari gamenya untuk menguji premisnya. Yup, gamenya belum ada, tapi udah diiklanin. Kalau yang klik banyak, artinya ide tersebut valid. Lalu dibuat MVP dan dilakukan Focus Group Discussion. Saya tahu gak semua company, apalagi yang indie, bisa melakukan FGD. Tapi di Agate, mereka memastikan ide yang akan masuk ke produksi adalah ide yang sudah valid. Sehingga tim dev yang mengerjakan game ini gak perlu ragu atau takut gamenya gak laku. Mereka tinggal fokus dilever game ini on time, dengan kualitas terbaik, dan improvement terus-terusan.

Kalau untuk yang skala studionya kecil, Kris punya juga tips nya. Yang mereka lakukan adalah once kita punya screenshot atau mockup, itu udah bisa langsung di share di twtter. Kalau love nya 200, artinya not bad. Kalau 500, artinya good. Klo 1000, hajar! Itu akan bagus banget. Jadi sebelum Toge rilis demo, mereka bangun hype dan bangun komunitas di Twitter dulu. Kalau ada yang bilang Toge bisa gitu karena followernya banyak dan orang penting di industri game, Kris pernah bikin akun kosongan, ngepost konten yg sama, dan resultnya sama bagusnya. Artinya kalian pun juga bisa menggunakan ini untuk validasi.

Baru setelah validasi awal ini dilakukan, kita bisa terus improve game kita sambil intensif validasi dengan berbagai metric yang berbeda. Misal kalau game mobile ngeliat retensinya, konversinya, dll. Kalau game steam ngeliat wishlistnya, review demonya, dll. Intinya perkenalkan ide game mu seawal mungkin untuk memvalidasi dan develop terus dengan tetap dekat dengan market yang kita tuju.

Ini hanya kulitnya dari diskusi kita di talkshow Retas Budaya loh. Ini saya sangat menganjurkan siapapun yang ingin bikin game, WAJIB TONTON video ini agar gak tersesat. Di akhir, ada pertanyaan menarik dari penonton. Mana yang lebih penting untuk kesuksesan game kita, production value, idea validation, atau marketing (oh ya ada banyak tips marketing juga di diskusi itu)? Jawabannya adalah ketiganya, tapi urutannya harus bener. Ide harus valid dulu baru ningkatin production value. Jangan bikin production value yang mahal dulu baru validation. Dan marketing itu harus dimulai sedini mungkin, bahkan dari fase ideasi. So, Pastikan kamu untuk tonton video ini yah!!!

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar