My Journal

Interview Dengan Berita Satu. Apa Yang Dibutuhkan Oleh Industri Game Saat Ini?

Hari Rabu kemarin saya diundang untuk menjadi narasumber di stasiun TV Berita Satu. Jarang-jarang ada stasiun TV yang mengangkat topik industri game. Selain saya, ada juga Pak Neil dari Kemenparekraf, Anton dari Maingame, Diana dari Anantarupa, dan Adhicipta sebagai pengamat ekonomi kreatif. Diskusinya seru dan nanti klo udah on air, aku share juga yah di sini link nya.

Seperti biasa, sebelum taping, saya dikirimkan TOR yang berisikan list pertanyaan. Saya pun menyiapkan jawaban-jawaban yang ingin saya sampaikan. Tapi memang tidak bisa semuanya tersampaikan selama taping karena hostnya, Mas Donny, pasti akan memastikan diskusinya mengalir dan gak terlalu terpatok TOR. Nah di postingan ini, saya mau share aja pertanyaan-pertanyaan yang ada di TOR dan jawaban yang ingin saya sampaikan yang mungkin gak semuanya tersampaikan di sesi taping tersebut. Yuk simaks πŸ™‚

Q: DARI KACA MATA AGI, APA SAJA FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERTUMBUHAN INDUSTRI GAME DEVELOPER DI TANAH AIR ?

Industri game adalah industri yang skala kompetisinya global dan bourderless. Ketika kita membuat game dan dijual, kita akan bersaing dengan game-game dari luar negeri yang kualitas produksi nya jauh di atas kita. Sehingga tantangan kita adalah meningkatkan kualitas produk game kita agar bisa berkompetisi dengan game dari negara-negara yang industri gamenya suddah sangat kuat seperti amerika, jepang, korea, dan cina.

Bagaimana agar industri game kita bisa berkompetisi denagn mereka? Jawaban paling singkatnya adalah ekosistem. Di Indonesia Ekosistem industri gamenya belum berkembang dan belum lengkap. Mulai dari talenta, institusi pendidikan, komunitas, jumlah dan skala studio game, media, publisher, sampai investment. Tapi memang ekosistem ini bukan sesuatu yang bisa instan jadi dan dikejar dalam waktu cepat. Butuh kerja sama banyak pihak secara sinergis untuk mendistrup pertumbuhannya agar bisa terakselerasi.

Q: APAKAH PEMERINTAH SUDAH CUKUP MENDUKUNG GAME DEVELOPER KITA, MISALNYA MELALUI PENDANAAN ?

Saat ini pemerintah sudah jauh lebih aware dan supportif terhadap industri game. 5-6 tahun ke belakang, keberadaan game sebagai salah satu sub-sektor ekonomi kreatif yang diprioritaskan menjadi kabar gembira bagi industri game. Di tahun 2015, kemenparekraf membuat roadmap industri game yang sangat komprehensi dan bagus sekali. Tapi memang karena setelah itu berubah menjadi bekraf, roadmap tersebut tidak bisa langsung dieksekusi. Tapi selama lima tahun bekraf, beberapa item di dalam roadmap tersebut sudah bisa diekseskusi.

Dari sisi talent, ada program BDD yang membuat lahirnya gamedev2 baru dari luar jawa seperti dari Manado, Batam, Lombok, dll. Dari sisi inkubasi, ada program baru dari kemenparekraf yang bernama CGI untuk mengakselerasi teman-teman yang baru memulai. Untuk showcase dan mencari partner, ada program gameprime. Lalu untuk mendukung pemasaran dan bisnis, ada archipelageek. untuk pendanaan, ada banyak sekali. Mulai dari nyatakan.id, gelora, hingga BIP yang nilainya sampai ratusan juta. Kemudian dari kementerian lain juga banyak program untuk industri game seperti konferensi game IGDX dengan kominfo, dukungan ke GStar dari kemendag, dukungan sertifikasi dan standar kompetensi dari kemenperin, dan lain-lain.

Q: SAAT INI ADA BERAPA GAME DEVELOPER LOKAL YANG TERCATAT DI AGI ? APAKAH JUMLAH INI SUDAH CUKUP UNTUK MENGISI DEMAND PASAR YANG BESAR DI INDONESIA ?

Untuk anggota AGi sendiri saat ini ada 17 yang merupakan perusahaan game berbadan hukum.

Tapi kami saat ini sedang mengadakan riset dan sensus game developer di Indonesia bersama dengan LIPI dan Kominfo untuk salah satunya mengukur nilai ekonomi dari studio game lokal saat ini seberapa besar. Dari riset tersebut, ada 65 confirmed studio game yang mengisi survey tersebut. 

Apakah jumlahnya cukup? Kalau dari jumlah studio gamenya mungkin, tapi klo dari jumlah talenta dan kualitas talentanya masih belum bisa mengejar. Sebagai gambaran, studio game lokal di Indonesia yang punya game developer lebih dari 100 orang hanya satu, Agate. Pengalaman di industri game nya pun banyak yang masih kurang dari 10 tahun. Sedangkan kompetesi di global adalah game-game dengan SDM yang berpengalaman cukup lama dalam jumlah besar.

Q: TERKAIT INFRASTRUKTUR GUNA MENDUKUNG INDUSTRI GAME, APA SAJA YANG HARUS DIBENAHI ?

Dari sekian banyak elemen dari ekosistem game yang ada, ada dua hal yang paling krusial yakni talent dan investment. Jika ada infrastruktur yang bisa disiapkan adalah infrastruktur untuk memastikan kita bisa memiliki talent yang berkualitas dalam jumlah banyak dan perbanyak investment di dalam negeri. Tapi ini chicken egg problem. Talent dan investment. Investment bisa lebih cepat, tapi edukasi itu butuh waktu dan gak bisa instant. oleh karena itu selain dari sisi bisnis, kita perlu perkuat infrstruktur edukasi juga. Mulai dari pembuaitan standar kompetensi yang berskala global untuk diintegrasikan dengan institusi pendidikan formal dan non formal, pelatihan-pelatihan, hingga trasnfer knowledge denagn industri game dari luar negeri yang sudah maju.

Kalau bentuk kongkritnya adalah adanya standar kompetensi nasional berskala global, di Indonesia kita beri nama SKKNI. SKKNI ini akan membantu institusi pendidikan formal maupun non formal untuk menciptakan kurikulum yang bersaing, membantu para talenta di Indonesia mengetahui posisi kompetensi saat ini sudah di level berapa dan jika ingin apply ke perusahaan triple A butuh belajar apa lagi, dan lain sebagainya.

Q: MENURUT AGI, APAKAH SDM INDONESIA UNTUK INDUSTRI GAME SUDAH MEMADAI ?

Saat ini masih jauh sekali dari sisi kualitas maupun kuantitas. Saya ingat beberapa tahun lalu, ada kunjungan dari game developer2 korea ke Indonesia. Mereka nanya-nanya gimana di Indonesia, game-game yang di buat, studio game yang ada, skil2 talentanya. Itu mereka bilang, β€œwah mirip banget dengan kondisi di korea 15 tahun yang lalu” Itu pun kita bisa lihat sendiri bagaimana support pemerintah korea terhadap industri game mereka sehingga bisa menghasilkan devisa terhadap negaranya sangat besar. Korea itu industri game mereka 10x lipat lebih besar dari Kpop loh. Mungkin gak banyak yang tahu aja karena tahunya Blackpink, BTS, Twice, dll. Tapi game-game Korea sangat mendominasi di global.

Q: HARUSKAH PEMERINTAH MEMBUAT PROGRAM YANG BISA MENELURKAN GAMER MAUPUN CODER GAME LOKAL ? SEPERTI APA PROGRAMNYA ?

jika kita ingin mengejar ketertinggalan dengan negara lain, peran pemerintah menjadi sangat vital. Kalau tidak disupport pemerintah, mungkin bisa lebih dari 15 tahun lagi utk bisa mengejar ketertinggalan kita. Tapi dengan dukungan yagn kuat dari pemerintah, tentu hal itu bisa sangat dikejar lebih cepat. 

dalam konteks pendidikan, perlu ada kolaborasi (dan kita sudah mulai berkoordinasi) dengan kemenparekraf, kemenperin, kominfo, hingga kemendikbud. Peran institusi pendidikan juga sangat penting. Karena perlu ada alignment antara dunia pendidikan dengan kebutuhan industri. 

Dimulai dari sebuah standard. Kita perlu tahu standar global seperti apa untuk masing-masing bidang ilmu mulai dari programming, artist, game design, animation, sound, dll. Lalu kita perlu tahu saat ini talenta indonesia ada dimana. Dan kita perlu mendorong institusi pendidikan formal dan non formal untuk mengejar standar tersebut. perlu mendorong training agar talenta yang sudah ada bisa level up. Dan mungkin bisa juga mendorong agar studio game dari luar negeri untuk membuat kantor produksi di indonesia agar terjadi transfer knowledge. Kita lihat ubisoft buka di singapore dan di flipin. Sony buka produksi di malaysia. Di Indonesia ada Gameloft, tapi belum banyak produksi di situ. Kita perlu juga studio game skala besar utk hadir agar terjadi transfer knowledge.

CLOSING STATEMENT

Untuk industri game kita maju, kita perlu membangun ekosistem ini secara bersama-sama. Lintas kementerian lembaga, antar pengembang game, dengan insitusi pendidikan, lintas subsektor kreatif, bahkan kita tidak hanya berkolaborasi untuk memajukan Indonesia saja, kita perlu maju bersama-sama dari skala regional di south east asia. Karena kalau cuma Indonesianya aja yang maju, kita gak akan bisa cukup kuat untuk dilirik. Kita perlu membesarkan juga ekosistem di skala regional.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: