My Journal

Tiga Nasihat Mbah Kakung

Mbah kakung usianya sudah 92 tahun. Sudah lebih dari lima tahun mbah kakung sakit karena stroke. Saya sendiri waktu TK sering main ke tempat mbah karena TK-nya di jogja. Setelah SD hingga kini, saya hanya ketemu mbah kakung kurang lebih setahun sekali ketika lebaran. Tiap lebaran, keluarga kami di Jogja selalu melakukan adat sungkeman. Tiap sungkeman dari saya kecil hingga terakhir sungkem sama mbah (mungkin 4-5 tahun yang lalu), ada tiga nasihat yang selalu disampaikan kepada saya yang terus saya ingat.

1. Jadi Anak Soleh dan Berbakti Kepada Orang Tua

Salah satu hal yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya adalah berbakti. Dan tidak ada bentuk bakti yang lebih baik daripada menjadi anak yang soleh dan rajin beribadah. Kita harus menghormati kedua orang tua kita, mendengarkan nasihat orang tua kita, dan jangan pernah melawan orang tua. Nasehat untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua ini tidak pernah absen mbah sampaikan setiap tahun kepada semua cucunya. Apapun alasannya, kedua orang tua kita adalah orang yang membuat kita ada di dunia ini, yang membesarkan kita sedari kecil, yang merawat kita semenjak kita belum bisa melakukan apa-apa kecuali menangis dan pup, untuk itu sudah seharusnya kita hormat dan menghargai orang tua kita apapun kondisinya.

2. Ngemong Adik-adiknya

Mbah selalu berpesan kepada saya sebagai anak sulung untuk menjaga adik-adiknya, kalau bahasa jawanya, ngemong. Sebagai yang lebih tua harus bisa mengalah kepada adiknya, harus bisa sabar sama adik-adiknya. Nasihat mbah ke adik saya juga sama, untuk nurut sama kakaknya dan menghormati kakaknya. Konsep persadaraan dan berbagi sayang ditekankan oleh Mbah tidak hanya kepada kelima anaknya, tapi ke semua cucu-cucunya sehingga bisa menjalin hubungan adik kakak yang baik. Karena di saat kita mengalami kesulitan, keluarga adalah orang pertama yang akan ada di samping kita.

3. Menuntut Ilmu Setinggi-tingginya

Edukasi merupakan warisan yang paling berharga yang bisa mbah berikan kepada anak cucunya. Mbah bukanlah orang kaya. Semasa mudanya juga hidup biasa-biasa saja. Ibu dan pakde/bude saya mengalami masa-masa dimana makan harus dari satu butir telor dibagi lima, harus hidup susah, tapi satu hal yang diperjuangkan adalah pendidikan. Mbah akan menjual apapun harta bendanya demi bisa menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya. Itulah mengapa saat ini anak-anaknya bisa menjadi orang yang berhasil dan bisa hidup lebih bahagia. Mau apapun profesi kita nanti, pendidikan itu sangatlah penting. Mbah itu paling bangga kalau denger saya dapet rangking satu, masuk ke universitas yang bagus, apa lagi pas dapet IP bagus. Karena bagi mbah, warisan yang paling bermanfaat adalah pendidikan, baik itu pendidikan dari orang tua kepada anaknya ataupun pendidikan yang kita emban.


Walaupun Mbah sudah tidak ada, tidak ada lagi acara sungkeman tiap tahunnya di Jogja, tiga nasihat ini akan selalu saya pegang baik-baik. Nasihat itu pula yang nanti akan saya wariskan ketika nanti saya menjadi seorang ayah, atau sudah menjadi seorang kakek kepada cucunya.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: