Yang Dibutuhkan Untuk Membuat Podcast
Sebagai orang yang sering traveling, saya termasuk menyukai podcast. Podcast menurut saya adalah cara paling mudah untuk tetap produktif selagi saya commuting. Ada yang ngedengerin podcast sambil kerja, tapi saya gak bisa kayak gitu. Hahaha Saya gak jago multitasking jadi gak bisa dapet apa-apa klo misalkan dengerin podcast sambil kerja. Apalagi klo podcastnya yang agak berat dan banyak dagingnya yah, gak akan kemakan sama sekali. Tapi kalau lagi di pesawat, lagi di kereta, atau kondisi-kondisi idle lainnya, itu pas banget dengerin podcast. Saya biasa dengerin podcastnya Product Breakfast sama GameDev Unchained. Klo yang lokal ada CastCastan buatan Yodi dari Bandung yang ngebahas game dev, ada juga podcast tentang UX dari Borrys Hasian. Lumayan buat membuat idle time saya jadi lebih berbuah hehehe.
Nah, setelah hampir setahun lebih dengerin orang podcast, kepikiran buat pengen bikin podcast aja. Alasannya adalah karena lebih banyak konten yang bisa dimasukan ke dalam podcast dibandingkan di blog. Ada banyak layer yang bisa membantu kita menyampaikan sebuah pesan melalui podcast seperti intontasi suara. Dan podcast gak perlu banyak edit-edit, tinggal record, speak, upload, done. Saya juga suka dengan konten youtube, tapi saya males bikin video youtube klo gak yang bener-bener banget dibutuhkan visual di sana. Sekarang klo cuma sharing-sharing, saya taro di Podcast aja. Yang lebih light dan perlu image, saya taro di Youtube kayak pas kemaren unboxing kotak misterius dari Intel. Di blog lebih snackable lagi kontennya.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah gimana caranya buat dan distribusi podcast. Jawabannya sekarang gampang banget yah. Yang punya HP, udah langsung bisa bikin podcast dan distribusi podcast pakai aplikasi Anchor.fm. All in di situ semua beres lah. One stop solution buat podcaster. Kadang yang bikin orang akhirnya gak mulai-mulai itu karena banyakan mikir hahaha Duh harus pakai mic apa, harus editing pakai apa, distirbute kemana, topiknya tentang apa, dan lain-lain. Kalau menurut saya, plannning boleh. Tapi jangan kelamaan hahaha. Planning cukup ke di podcast ini, saya mau share tentang apa dan nama channel podcastnya apa. Sisanya udah sambil jalan aja.

Terus masalah yang biasa bikin orang maju mundur adalah “gak punya tools”. Ini yang bikin banyak orang sibuk googling2 review mic, review mixer, dan lain-lain. Buat siapapun yang berniat bikin podcast, stop it right now hahaha Dengan earphone handphone bawaan kamu dan HP kamu itu cukup kok. Coba kamu denger 2-3 episode pertama di Ardisaz Show, itu semua pakai earphone doang loh. Terus baru di episode empat, mulai pakai mic beneran, tapi ya yang murah-murah aja. Yang terpenting sebenernya niat.
Tapi, ini ada tapinya, punya setup podcast itu membantu. Kuncinya podcast yang bagus kan dia konsisten bikin konten yah. Untuk bisa konten, perlu ngebangun habbit. Nah klo baca buku the power of habbit, gak mudah untuk kita bisa ngebentuk habbit baru. Butuh ada trigger atau cue yang mendorong kita memulai melakukan sesuatu. Dicontohkan klo kita mau ngebangun habbit lari tiap pagi, coba taro sepatu lari di samping kasur kita sehingga tiap bangun tidur kita melihat trigger untuk kita mulai lari. Saya pun bikin setup untuk memudahkan saya konsisten menjadikan habbit baru ini.
Buat kamu yang ingin buat setup podcast, sebenernya gak ada rumus yang bisa dipakai disegala kondisi karena tipe podcast tiap orang beda-beda. Saya kemarin sempat main ke Inspigo, startup lokal yang bergerak di bidang podcast, gimana setup podcasct yang pas buat saya. Di situ saya ditanya, biasanya klo podcast dimana, di ruangan yang terkontrol, di kamar, atau di luar. Biasanya podcast berapa orang, sendiri atau berdua atau berempat. Karena nanti format podcast kita akan mempengaruhi apa aja yang kita butuhkan.
Untuk case saya, saya rekaman bisa dimana saja sehingga ruangan tidak terkontrol. Pertama berarti saya butuh mic yang tipe dynamic agar tidak menangkap suara di belakang suara kita yang tidak perlu. Kemudian karena saya sering pergi-pergi, jadi lebih cocok buat saya pakai tipe mic yang interface nya USB. Saya bisa record dengan mic itu langsung colok ke HP saya (usb type C adaptor). Dan itu possible karena saya biasanya podcast sendirian. Untuk itu saya direkomendasikan Samson Q2U atau kalau di luar lebih dikenal dengan nama Audio Technica ATR 2100 USB. Terus saya tambahain juga arm (untuk stand mic diklip di meja) juga pop filter (untuk mencegah suara pecah di huruf-huruf tertentu). Si Samson Q2U ini enak karena dia colokannya USB, tapi XLR juga bisa. Dia ada colokan 3,5mm untuk kita monitor langsung ke headphone. Dan beli mic gratis headphone loh hahaha. Jadi ini udah paket paling ekonomis banget.

Case berbeda misalnya waktu saya lagi rekaman episode podcast di Inspigo, saya ngobrol sama host di sana. Ngobrolnya pun diruang yang udah kedap suara sambil duduk di kursi biar santai. Setupnya adalah ada satu mixer merek Zoom R16 yang berfungsi juga sebagai recorder, jadi rekamnya langsung di situ. Terus saya dan host nya pakai mic Audio Technica BPHS1 yang modelnya headphone gitu. Jadi enak tangan kita bisa lebih leluasa dan jarak antara mic dan mulut stabil, gak yang bakal jadi kejauah atau kedeketan secara gak sengaja.
So, apa yang dibutuhkan untuk membuat podcast? HP, mic apapun, dan aplikasi anchor.fm. Kamu coba bikin reward, kalau udah berhasil bikin 10 episode secara konsisten, baru deh mikir upgrade setup. hahaha Kalau mikir tools dulu di awal, ntar gak akan mulai-mulai deh pasti. Cuma kalau udah dijadikan habbit, pasti kualitas akan mengikuti kok. Gak akan pernah ada podcast, atau apapun lah, yang perfect. Jadi gak usah ngincer perfect, tapi incerlah speed π Oh ya, hampir gak pernah saya ngedit podcast saya. Biasa bikin mind map atau script poin2 yang mau dibahas, recording, udah upload. Hahaha So, buat kamu yang mau bikin podcast, just do it!
Saya pendengar inspigo, sudah ada kontennya kah disana?
SukaSuka
Sudah taping, tapi gak tahu kapan dipublishnya hehehe
SukaSuka