My Journal

Kita Butuh Aplikasi Chatting Buatan Lokal

Dengan semakin meratanya persebaran internet di Indonesia, saat ini pengguna smartphone sudah beralih dari menggunakan layanan SMS menjadi menggunakan layanan chatting. Jelas dengan chatting yang berbasis internet, biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah untuk frekuensi komunikasi yang cukup tinggi. Itu pun yang menyebabkan banyak aplikasi chatting yang muncul.

Gelombang chatting ini awalnya dimulai di era MIRC, Yahoo Messenger, dll. Lalu tergerus zaman karena telat “go mobile” dan tergeser oleh hadirnya BBM. BBM pun juga kurang adaptif terhadap pergerakan ekosistem mobile sehingga kalah pamor dengan Whatsapp yang sudah siap multiplatform. Disusul dengna hadirnya Line, Kakao Talk, WeChat, dll.

Dengan penduduk yang besar dan sangat sosial, Indonesia merupakan target market untuk chatting app yang sangat potensial. Dua platform yang populer di Indonesia adalah whatsapp untuk kalangan senior dan Line untuk anak muda. Whatsapp punyanya Facebook (dari US) dan Line punyanya Naver (dari Korea). Pertanyaannya, apakah Indonesia tidak sanggup membuat sendiri aplikasi untuk chatting berbasis internet?

Jawabannya bisa. Ada teman saya pengusaha IT yang sudah punya produk internet messenger. Cuma produk tersebut sepertinya tidak dilepas ke publik dan digunakan sebagai platform chatting internal di perusahaan-perusahaan. Membuat software memang kita sudah mampu, tapi membuat produk yang siap dipakai oleh masyarakat Indonesia ini yang penuh dengan tantangan.

Produk tersebut kalau tidak diarahkan dengan betul, hanya akan buang-buang uang dan tenggelam begitu saja. Tahun lalu sempat ada tuh produk chatting apps yang fitur utamanya adalah “karya anak bangsa” yang saat ini sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Padahal kita butuh loh punya chatting apps sendiri. Chatting apps lokal berpotensi untuk turut mengembangkan ekosistem industri lain di Indonesia. Contohnya keberadaan Kakao Talk sukses menumbuhkan industri game, keberadaan Line sukses menumbuhkan industri desain dan komik, cuma Whatsapp aja yang masih misteri keberadaannya akan kearah mana (mengingat ini full gratis tanpa layanan sampingan apa-apa).

Kalau Indonesia bisa punya chatting apps sendiri yang dimanage dengan baik, potensinya sangat besar. Sempat dulu bikin semacam mini roadmap dengan seorang teman yang ingin membuat chatting apps lokal, sayang tidak jadi launch. Yang saya lihat, di Google Play ada nih namanya Kaskus Chat. Saat ini sih arahnya saya perhatikan lebih ke komunikasi jual beli. Kalau ke depan bisa berevolusi menjadi sebuah chatting platform seperti Line atau Kakao Talk, tentu impactnya akan sangat besar. Apalagi dengan nama besar Kaskus, seharusnya sih aplikasi ini bisa lebih familiar di telinga para generasi internet kita. Kita lihat saja nanti perkembangannya seperti apa 🙂

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Kita Butuh Aplikasi Chatting Buatan Lokal

  1. Selama ini gw kira LINE itu punya Jepang… Ternyata subsidiary-nya Naver ya 😀

    Suka

  2. Sudah pernah coba littleBIG Messenger belum kak Adam? Itu buatan Indonesia katanya…

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar