Hingga tulisan ini saya ketik, rasanya masih jarang saya melihat orang-orang secara umum menggunakan smartwatch. Mereka yang pakai smartwatch mostly tech enthusiast. Jadi memang di masyarakat kehadiran smartwatch belum cukup mainstream. Hal ini pun menyebabkan salah kaprah terhadap pengguna smartwatch (baca: saya).

Bagi saya, smartwatch ini sangat efisien untuk membaca notifikasi. Kita bisa langsung tahu apakah notifikasi tersebut penting atau tidak hanya dengan melirik ke pergelangan tangan, tanpa perlu merogoh kantong dan menyentuh smartphone kita. Hal ini pun saya asumsikan akan bermanfaat jika sedang meeting. Jadi ketika meeting, ada notif, tidak perlu mengeluarkan HP karena notif-nya bisa dicek di jam kita. Niatnya biar lebih sopan, masak lagi meeting ngeluarin HP. Kalau penting, baru nyentuh HP. Nah tau penting gak pentingnya kan dari smartwatch. Begitu rencananya.

baca juga : [Review] Menggunakan Smartwatch Pebble Yang Tangguh

Namun ternyata hal ini malah membuat ada praduga yang menarik. Tiap ada notif dan saya melirik ke arah smartwatch yang saya gunakan, rekan meeting saya secara reflek berkata “buru-buru yah mas?” Tidak hanya pas meeting, bahkan ketika ke dokter pun, ada notif masuk, saya melirik ke jam, ditanyain juga apa saya sedang tergesa-gesa atau tidak. Hahaha Jadi korelasi melihat jam identik dengan rasa tidak tenang karena akan ada janji lain atau terburu-buru. Tidak jarang saya harus menjelaskan sedikit panjang lebar terhadap lawan bicara saya kalau ini hanya notifikasi dan sering memang kejadian orang salah kaprah :p Tapi sudah dikasih peringatan di awal pun tetap saja ada rasa tidak nyaman dari lawan bicara saya ketika saya melirik jam :p

Yah mau gimana lagi, maksudnya mau praktis tapi tetap sopan malah ternyata bikin praduga yang salah kaprah :p Jadi next time buat kamu yang baca tulisan ini dan kebetulan ketemu dengan saya, kalau saya sering liat jam, itu bukan berarti saya lagi buru-buru yah :p Bisa aja notif whatsapp atau FB lagi rame hari itu hahaha