My Journal

Analogi User Experience Dengan Keran

Pada saat ada diskon gede-gedean di Udemy kemarin, saya ngambil salah satu course tentang User Experience Design. Jujur saja saya punya passion cukup tinggi terhadap human computer interaction. Namun sayang ilmu tentang UXD masih kurang didapatkan sewaktu saya kuliah di informatika. Tapi tak apa, dengan modal $10 saya bisa belajar teori UXD dari ahlinya. Saya akan coba share poin-poin menarik di blog juga yah πŸ™‚

Seperti biasa kalau di awal-awal course dijelasinnya apa itu UXD. Di materi itu ditekenin banget sih soalnya banyak banget yang masih salah kaprah tentang area UXD. Saya juga pernah bahas sekilas tentang itu di sini. Kemudian yang menarik adalah analogi dari pengajarnya yang mencoba menjelaskan value dari UXD.

UXD intinya harus bisa memberikan value ke bisnis/organisasi dan juga ke user/customer. Misalkan dalam proses mendesain suatu produk, hasil interaksi antara user dengan produk tersebut selain memberikan value untuk user juga harus mencapai goal dari bisnis. Terkadang dalam mencoba mendeliver value, orang-orang yang berlatar belakang engineer cenderung untuk hanya memandang dari sisi solusi atau teknologinya saja tanpa memikirkan user behaviour, apalagi goal perusahaan.

Analagi yang diberikan di course tentang UXD contohnya adalah tentang sebuah keran. Misalkan ditanya keran yang paling bagus, maka saya yang latar belakangnya engineer tentu akan memikirkan keran yang canggih yang tinggal deketin tangan ke keran aja maka air akan mengalir secara otomatis. Reflek kita akan memikirkan teknologi paling canggih yang bisa dipakai.

Padahal kita harus meliat konteks bisnis goal dan juga user behaviournya juga. Keran itu akan diletakan dimana oleh perusahaan? Ditujukan untuk apa? Siapa yang akan memakai keran itu? Bagaimana perilaku orang yang menggunakan keran itu. Misalkan bisnis meminta keran untuk nyiram tanaman, tentu keran yang saya bayangkan tidak cocok. Atau bisnis meminta keran dipasang di mushola, tentu akan sulit untuk wudhu kalau harus nempelin tangan di sensornya terus (ini kejadian beneran loh ada mushola yang pake keran sensor gini buat wudhu dan jadi susah banget wudhunya).

Terus keran sensor gitu cocoknya untuk keperluan bisnis apa? Kayaknya pas untuk wastafel di kamar mandi atau restoran yang orang pakai itu untuk cuci tangannya aja yah. Secara bisnis, ini bisa menghemat air dan mencegah orang lupa menutup kerannya. Tapi kita juga harus liat siapa usernya dan bagaimana perilakunya. Kalau yang memakai kelas teredukasi, tentu akan dengan mudah mengoperasikan keran tersebut. Coba kalau ditaro di warung, yang ada malah tiap user akan memerlukan waktu lama untuk mengetahui bagaimana keran tersebut dioperasikan karena tidak terbiasa dengan yang ada sensor otomatisnya.

Itu mengapa menurut saya ilmu tentang UXD itu menarik karena kita melihat suatu solusi dalam big picture namun tetap harus mengetahui standar di masing-masing entitas ataupun disiplin ilmu. Biasanya cenderung kita akan memandang suatu masalah dan solusi dalam kerangka keilmuan kita atau sudut pandang kita saja tanpa memikirkan elemen lain yang berinteraksi dalam satu ekosistem. Atau malah kadang kita selau mikir mana yang paling mahal, paling canggih, dan paling keren pasti solusi terbaik. Saya jadi gak sabar untuk meneruskan belajar tentang UXD di Udemy itu. Bener-bener $10 yang bermanfaat πŸ™‚

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

4 Comments on Analogi User Experience Dengan Keran

  1. Muhammad Bakri // 20/01/2015 pukul 12:25 am // Balas

    Tulisan yang bagus. Filosofi tentang UXD bisa digambarkan dengan mudah. Terima kasih. Saya sebelumnya masih bingung dengan konsep UX ini, ternyata penjelasan tentang keran bisa dengan mudah dipahami. Oh ya, di dunia kampus memang sulit untuk mendapatkan materi seperti ini karena rata-rata pengajar kita berlatar belakang pemikiran engineering. Jadi, langsung berpikir hal yang canggih dengan melupakan konsep bisnis terlebih dulu, apalagi mikirin user-nya.

    Suka

    • Hehehe iya memang konsep UXD ini masih jarang ditemukan di perkuliahan dulu. gak tau kalau sekarang. Semoga bermanfaat tulisannya yah πŸ™‚ nanti saya share2 lagi kok kalau ada topik UX yang menarik

      Disukai oleh 1 orang

  2. Tri Sagirani // 05/02/2015 pukul 2:23 pm // Balas

    ditunggu share berikutnya, gaya bahasanya cocok buat pemula seperti saya dibudang UX

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: