My Journal

Konsolidasi Bank di Indonesia

Sekarang sedang marak isu konsolidasi bank di Indonesia. Saya sendiri sudah mengharapkan adanya kerja sama yang erat antar bank-bank di Indonesia, terutama bank miliki negara. Saya melihat dari kasus yang simpel, metode pembayaran tanpa uang tunai menggunakan teknologi kartu ber-RFID. Saya mengambil contoh sederhana di negara maju seperti Singapore atau Korea dimana terdapat satu kartu yang dapat digunakan untuk berbagai macam pembayaran, mulai dari pembayaran transportasi, supermarket, dan lain-lain. Kalau di kita, tiap lembaga punya kartu masing-masing yang hanya bisa ditopup di atm milik bank tersebut, misal untuk tol kita harus menggunakan kartu milik bank mandiri, untuk belanja di tempat tertentu harus pakai kartu yang lain, dan seterusnya. Ini sebenernya contoh simpel aja dari perlunya integrasi fasilitas atau infrastruktur bank demi mempermudah masyarakat.

Tapi untuk isu yang lebih makro, saya sempat berdiskusi dengan beberapa pelaku di industri perbankan. Salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah ketika Bank Mandiri ingin mengakuisisi BTN. Sebagai orang yang tidak mengerti keuangan dan perbankan, saya sih berpikir naiv aja, klo Bank bergabung, tentu powernya akan semakin besar. Saya lalu bertanya kepada om saya yang berada di BI, beliau juga menganggap akuisisi itu adalah hal yang logis dari sisi keuangan dan ekonomi. Lalu saya bertanya kepada rekan saya yang bekerja di bank mandiri, kondisinya memang BTN itu kemampuan untuk menyimpan modalnya sudah mentok dan tidak bisa diperbesar lagi, untuk itu perlu dilakukan akuisis untuk memperbesar kapasitas dari bank tersebut. Jadi memang sebenernya itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan demi kebaikan dua belah pihak serta masyarakat luas.

Faktanya, teman saya bercerita kalo kasus itu sudah dipolitisasi dan isunya menyimpang dari yang seharusnya. Bank Mandiri sudah berencana untuk mengakuisis beberapa bank lain juga yang itu bertujuan baik untuk kemajuan ekonomi di Indonesia, tapi tidak mudah karena banyak sekali orang yang punya kepentingan di sini. Hambatan datang dari banyak sektor, mulai dari penggiringan opini di media, interfensi presiden, dipersulit di legislatif, hingga teman saya menyaksikan sendiri preman-preman bayaran yang demo di depan kantor bank mandiri. Kalau situasi politiknya seperti ini, sulit rasanya bank di Indonesia untuk bisa maju dan bersaing.

Ada satu hal yang cukup mengerikan, di tahun 2015 akan mulai era perdangan bebas, lalu di tahun 2020 akan jauh lebih terbuka lagi. Saya lupa istilahnya apa, tapi di tahun 2020, bank asing dan bank swasta bisa dengan mudah membuka cabangnya di Indonesia. Menyikapi hal ini, seluruh negara sedang merencanakan konsolidasi bank milik mereka untuk bersatu karena tidak mungkin bisa bersaing jika mereka tidak bersatu. Semengerikan itu potensi ancaman di 2020 dimana seharusnya bank milik kita pun harusnya melakukan hal yang serupa. Tapi namanya pemerintah, politik, dan pejabat di Indonesia, semua itu pasti balik lagi ke kepentingannya masing-masing. Dibutuhkan revolusi besar-besaran di tatanan pemerintah untuk bisa membuat Bank di Indonesia bisa bergerak dengan cepat dan menyiapkan diri. Melihat kondisi saat ini sih sangsi yah, tapi gak tau pemerintah kedepan akan jadi seperti apa nanti. Selama BUMN masih penuh kepentingan, Bank kita dan perusahaan BUMN kita lainnya gak akan kemana-mana. Saya juga curiga, dirut pertamina yang sekarang mengundurkan diri karena males ngurusin ketidaktegasan pemerintah serta banyaknya tarik ulur kepentingan. Jadi kita doakan saja, pemerintah berikutnya bisa lebih baik memimpin Indonesia ini.

Satu kabar gembira adalah bank milik negara saat ini sedang merencanakan untuk menggabungkan infrastruktur mereka, seperti jaringan ATM, EDC, dan lain-lain. Hal ini tentu akan menjadi contoh konsolidasi yang positif untuk bisa bersaing dengan bank lain. Memang seharusnya dari sisi infrastuktur, bank-bank milik negara harus bersatu. Nanti diferensiasinya di fitur dan fasilitas produk perbankannya saja. Tapi ya ini hanya opini dan celoteh dari seseorang yang tidak mendalami ilmu ekonomi dan perbankan,Β mungkin analisis saya ada yang salah atau mungkin ada informasi yang belum diketahui publik. Yang penting, kita harus terus mendukung kebijakan dan regulasi yang memberikan impact positif buat ekonomi dan masyarakat Indonesia.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: