[1CDperMonth] BLP – Innerlight, Lebih Soul dan Slow
Bulan April ini saya lanjutkan program 1 CD per month dalam bentuk musik digital lagi (via iTunes). Sepertinya sekarang dan ke depannya saya tidak akan membeli CD lagi mengingat laptop masa kini tidak memiliki CDroom lagi ๐ Saya juga sempat membaca komentar katanya kalau beli di iTunes tidak bisa dimainkan di perangkat lain selain perangkat iDevice (ipod, iphone, ipad, mac, dll). Mungkin ini adalah sistem proteksi dari Apple terkait dengan DRM agar lagu yang sudah diunduh tidak disebarluaskan oleh masyarakat secara bebas. Tapi apakah benar hanya bisa dimainkan di iDevice? Jawabannya tidak benar. Saya bisa mendengarkan lagu-lagu yang sudah saya beli di iTunes melalui device Windows Phone milik saya dengan cara sync lagu di iTunes menggunakan software bawaan dari Windows Phone for mac. Intinya selama masih digunakan menggunakan aplikasi resmi, rasanya lagu tersebut masih bisa didengarkan menggunakan device lain (kalau android saya belum coba).
Back to today’s post, saya adalah salah satu pecinta lagu-lagu BLP. Apalagi album terakhirnya (yang ini) menurut saya sangat groovy dan asyik untuk didengarkan. Setelah penantian cukup panjang, akhirnya muncul juga album BLP yang berjudul Innerlight. Dari cover albumnya, terlihat konsep visual yang mengedepankan kedewasaan dan hal tersebut tercermin juga di lagu-lagu dalam album barunya ini. Menurut saya lagu-lagu di album Innerlight ini lebih banyak soul dan jazznya dibandingkan funk dan popnya. Kalau di album Generasi Synergi banyak lagu upbeat, penuh dengan semangat dan hentakan, di Innerlight ini lebih banyak lagu yang lebih pelan, santai, dan nyaman untuk di dengarkan. Album Innerlight ini juga dipenuhi kolaborasi dengan musisi-musisi jenius seperti lagu “Menunggu” featuring Glenn Fredly, “Keep it Real” featuring Indra Aziz, dan lagu favorit saya di album ini “Jangan Terhenti” feat Teddy Adhitya (dulu personil Boyz2boys, sekarang banyak manggung bantuin BLP buat gantiin Mathew Sayersz)ย dan Ray Monte. Kalau pas masih ada Mathew ada sekitar 5-6 track yang lagu dengan vokal, di album yang sekarang juga sama walaupun vokalisnya ganti-ganti (featuring). Terus juga rasanya di album ini gak ada lagu yang disiapin untuk pasar mainstream seperti lagu “Saat Kau Miliku.” Jadi emang album ini kayaknya didedikasiin banget buat fans setianya yang menyukai aliran jazz, funk, dan soul. Lalu untuk lagu instrumentalnya juga saya tidak menemukan yang seenak lagu “Seven 7” di album sebelumnya. Padahal di situ saxophone-nya Dennis Junio asyik banget di dengernya ๐ Jadi kalau saya simpulkan, emang ada warna yang berbeda yang ingin diperdengarkan kepada fans-fansnya di album ini (mungkin itu kenapa namanya innerlight :p #ngasal).
Overall saya suka album ini. Lirik2nya bagus, gak norak, apalagi alay -_- Komposisi musiknya gak usah ditanya, udah pasti juara banget. Cuma sayangnya yang saya suka dari BLP itu grove dan funknya, sedangkanย album ini ternyata lebih soul dan slow. Tapi ya ndak papa, itu kan selera masing-masing aja. Saya pribadi menilai album ini layak diberikan score 8/10. Ayo dibeli yah yang originalnya ๐
Tinggalkan Balasan