My Journal

[Holy Travelling] Tragedi Imigrasi dan Ihram

Proses Imigrasi

Proses Imigrasi

*Ini merupakan post lanjutan dari tag [Holy Travelling]. Postingan sebelumnya di sini*

Mengingat hari pertama di Arab nanti kita langsung ke Mekah dan melaksanakan prosesi umroh, jadi kita melakukan niat untuk berumrah dengan mengenakan pakaian ihram (untuk laki-laki hanya mengenakan dua helai kain) di dalam pesawat. Hal ini kita lakukan karena untuk mengambil niat untuk umroh (miqad) hanya ada di titik-titik tertentu di sekitar kota Mekah. Daripada nanti bolak-balik, jadi niat kita lakukan di atas pesawat ketika pesawat berada tepat di titik yang tersebut. Pramugari atau kapten pesawat biasanya akan memberitahu penumpang jika pesawat sudah dekat dengan lokasi tersebut.

Untuk dapat berihram di pesawat, kami serombongan berencana mengganti baju yang kita pakai dengan pakaian ihram ketika transit di Dubai. Akan tetapi, waktu transit yang kita miliki hanya 80 menit hingga pesawat itu boarding. Tak hanya itu, kita juga harus sekalian melaksanakan sholat subuh di Dubai. Artinya, kita harus super sigap dan cepat melakukan proses ganti baju dan sholat subuh. Berhubung rombongan orangnya ada banyak, jadinya kita cukup lama dan membuat pesawat yang akan kita naiki harus menunggu rombongan kita sekitar 5-10 menit.

Poin penting yang ketua rombongan sampaikan kepada kami tentang ihram adalah, ketika kita sudah mengenakan pakaian ihram dan sudah niat, kita harus menjaga betul perkataan kita, pikiran kita, dan perbuatan kita. Banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan ketika sedang berihram seperti tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh memetik tanaman, tidak boleh bertengkar, dan lain-lain. Yang paling sulit adalah kita harus berhati-hati dengan pikiran dan perkataan kita karena katanya kalau kita sembarang ngomong atau melakukan hal yang tidak baik, bisa langsung berakibat kepada kita. Ini akan jadi tantangan yang amat berat, apalagi cobaan ketika berada di kantor imigrasi bandara king abdul aziez.

Jujur, kami sama sekali tidak diberikan wanti-wanti tentang seperti apa proses imigrasi di Arab nanti. Karena saya pikir ini adalah bandara yang biasa melayani sekian ratus ribu jamaah, maka saya yakin pelayanannya pasti sudah oke. Ternyata saya salah. Begitu sampai, tidak ada belalai penghubung antara pesawat dengan bandara sehingga kita harus naik bis. Masih oke lah yah, di Indonesia juga begitu banyak kok. Nah pas sampai bagian kita harus imigrasi, karena kita pakai pakaian ihram, petugas langsung mengarahkan kita untuk mengantri di tempat rombongan umrah. Rombongan umrah ada banyak sekali ternyata, tak hanya dari rombongan saya saja, tapi hanya dua loket yang dibuka. Antrian mengular panjang sekali ke belakang, lalu loket ketiga dibuka. Akan tetapi, tetap tidak bisa menampung jumlah pengantri yang sangat banyak ini. Di depan saya, kira-kira ada sekitar 20an orang. Kita tiba di bandara kira-kira jam 9-an. Asumsinya, klo satu orang prosesnya 1-2 menit, 40 menit saya sudah selesai imigrasi. Tapi nyatanya tidak begitu, proses pemeriksaannya lama sekali. Saya perhatikan, petugas di loket depan saya, dia asyik ngobrol dengan temannya yang jaga di loket sebelahnya. Jadi yg harusnya satu orang bisa 1-2 menit, ini saya perhatikan mereka 1 menit kerja (ngecek paspor, foto orangnya, ngescan sidik jari, ngecap pasport), 5 menit ngobrol. Dan ngobrolnya ini mereka lakukan ketika ada orang lagi di counter mereka. Melihat antrian panjang ini, tidak ada aksi pengalihan antrian ke lokat lain maupun tindakan apa-apa. Bahkan di tengah antrian padat ini, petugas imigrasi bisa tiba-tiba keluar, ke kamar mandi, atau apapun yang mereka senangi. Tidak ada sedikitpun usaha untuk mempercepat agar antrian ini cepat berakhir. Tak hanya itu, saya lihat ada dua orang yang duduk di kursi dekat petugas imigrasi yang sepertinya proses pemeriksaannya belum selesai dan diminta menunggu.

Saya perhatikan, semua orang mukanya udah pada kesal dan bete karena antrian panjang ini. Mereka juga terlihat terganggu dengan kelakukan petugas imigrasi yang kerjanya malas-malasan, tapi tidak ada satupun dari rombongan umrah yang mengucapkan komentar. Semua perasaan mereka hanya diekspresikan lewat muka karena ingat akan larangan untuk tidak sembarangan berkata-kata jika sudah berihram. Buat saya yang orangnya kritis begini, melihat hal tersebut adalah cobaan hidup yang sangat berat :p hehehe Ingin rasanya berkomentar dari tadi tapi saya tahan-tahan. Sampai pada titik dimana waktu sudah menunjukan sekitar pukul 12, artinya sudah hampir 3 jam mengantri dan melihat tingkah laku para petugas imigrasi yang tidak memberikan pelayanan yang baik, saya pun berkomentar ke orang di depan saya, “Ini petugas imigrasi kerjanya semenit, terus ngobrolnya lima menit.” Ternyata kata-kata tersebut berbuah pahit bagi saya.

Ketika tiba saatnya saya diperiksa imigrasinya, prosesnya sama dengan jamaah yang lain. Passpor saya diambil, kartu imigrasi saya diambil, lalu petugasnya ngobrol. Puas ngobrol, saya difoto, lalu jari saya di scan, lalu mereka ngobrol. Lalu jari saya di scan lagi, tapi sepertinya mesin pembacanya tidak bisa memverifikasi data saya. Dicoba ditekan lagi jari saya, tapi petugasnya masih mengulang-ulang menekan jari saya. Terus dia bilang, “sit” sambil menunjuk tempat dua orang yang tadi saya bilang disuruh duduk di situ (tapi mereka sudah berhasil keluar). Saya tanya “whats wrong?” Dia cuma nunjuk kursi tersebut dan bilang “sit, sit.” Wah, ini kenapa deh tiba-tiba saya jadi disuruh duduh begini. Saya duduk saja sambil terus melihat petugas tersebut kalau-kalau saya disuruh ke sana lagi. Sekitar 10 menit kemudian, ada satu orang (bukan orang Indonesia sepertinya) yang disuruh duduk juga. 15 menit berlalu, saya melihat ke petugas dan masih tidak dipanggil. Akhirnya saya menanyakan passpor saya dengan bahasa Inggris, terus petugas tersebut masih mengulang “sit, sit, wait, wait.” Kenapa saya harus duduk? saya menunggu apa? saya tunggu lagi 10 menit masih belum dipanggil. Setelah lama menunggu saya kembali bertanya kepada petugas tersebut (yang baru saja kembali dari kamar mandi cukup lama), dia bilang “error, error, system, error, wait, wait” -_- wah kenapa sistem error begini. Kebetulan ketua rombongan saya masih antri di belakang cukup jauh, beliau memanggil saya untuk menitipkan tas beliau ke rombongan lain yang sudah selesai cek imigrasi sambil nanya ada apa, terus saya terangkan sistemnya error, beliau meminta saya untuk menunggu saja. Saya jadinya tungguin terus dengan rencana kalo kepala rombongan tersebut lagi giliran diperiksa, saya bisa minta tolong tanyakan ke petugas dalam bahasa Arab karena sepertinya petugas di sini tidak bisa bahasa Inggris.

Akhirnya naik Bis juga

Akhirnya naik Bis juga

Lama saya menunggu giliran ketua rombongan saya, sampai ada kejadian dimana ada satu petugas yang datang, melihat kenapa kok antriannya lama, terus melihat petugas di tempat saya hilang dari lokasi dan petugas yang satu lagi main HP disaat ada orang menunggu di antrian. Petugas tersebut seperti marah-marah, ato ikut bercanda saya tidak tahu, yang pasti dia narik kabel charger HP petugas sebelah terus dibanting. Terus ada satu orang yang ditinggal pergi petugas itu belum dicek passportnya langsung dia ambil passportnya, gak pake foto, gak pake scan, langsung dicap sama dia, lalu paspor tersebut dilempar ke orang yang nunggu, terus petugas ini pergi. Saya terus menunggu sampai ketua rombongan saya datang hingga akhirnya saya dipanggil lagi oleh petugas tersebut dan diberikan paspornya. Setelah dapet paspor, saya langsung ke Bis. Ternyata bis 1 sudah berangkat duluan karena menunggu kita cukup lama. Di dalem bis pun, kita menunggu cukup lama karena masih ada rombongan yang terjebak macet di imigrasi. Namun katanya, tur leader saya ketika masuk ke bis, dia gak pake di periksa, hanya diambil paspornya langsung dicap -_- Duh gak ngerti deh saya sama pelayanan di Bandara Arab ini.

Pelajaran berharganya adalah, setelah berihram itu cobaan banyak banget, apalagi di bandaranya :p Jadi hati-hati bertutur kata kalau gak mau macet di imigrasi hehehe. Terus Ibu saya yang baru pulang haji cerita, sebelum berangkat haji, sudah disampaikan bahwa rata-rata penduduk orang arab itu malas-malas. Proses imigrasinya pun memang terkenal lama. Jadi kita harus siap-siap bisa saja proses imigrasinya satu jam, dua jam, tiga jam, bahkan bisa saja enam jam. Mungkin karena kita tidak diwanti-wanti akan hal ini juga sih jadi cukup shock ketika pertama kali melihat “muka” dari orang orang arab. Ada yang bilang, Bandara itu mencerminkan negara tersebut. Bagi saya, Bandara King Abdul Aziez adalah Bandara terburuk yang pernah saya kunjungi. Apalagi nanti ketika saya share pengalaman ketika pulang dari Arab kembali ke Indonesia -_- Bandara Soekarno Hatta kita menurut saya 100 kali lebih baik dari King Abdul Aziez.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: