My Journal

Deja Vu, Konflik Politis Dalam Hati

Saya ingat beberapa tahun yang lalu, ketika mencuat isu-isu taktis dan politis, timbul hasrat untuk melakukan konsolidasi dan pergerakan. Saya ingat ketika dahulu suatu golongan atau individu tertentu menyentuh area ego saya dan menyakiti hak dan privasi saya, saya merancang blueprint skenario penolakan, penyerangan, sampai kudeta. Saya masih ingat baku hantam antar emosi dan logika dimana rasa panas itu berkali-kali menjuarai jiwa dan raga saya hingga akhirnya menimbulkan konflik dan pertarungan kepentingan. Saya ketika itu, sangat antusias dan bersemangat untuk menikam dan menusuk lawan-lawan saya dengan cara apapun demi memenangkan kembali kebanggaan dan kekuasaan yang ada di genggaman tangan saya.

Saat yang tidak jauh dari hari ini, setelah sekian lama meninggalkan era reaktif dan penuh dengan taktik, saya kembali terperosok ke dalam lingkaran hitam. Segenap perasaan memberontak dan melakukan segala cara yang dulu pernah duduk nyaman di singgasana saya kembali meronta dan mengancam. Melihat kejanggalan dalam kehidupan politik sederhana di lingkungan saya, melihat otoritas dan kepentingan yang mengalahkan lingkungan saya, melihat mereka yang pantas digugurkan dan mereka yang bersinar dipadamkan, melihat kaum tak bernyali menaiki tahta dan mereka yang tidak berkapasitas dikalungkan jabatan, dan semua itu, tidak kembali membangkitkan semangat saya. Entah apakah jiwa itu telah habis dimakan waktu atau telah tumpul oleh zaman, tapi saya merasa mulai menjadi golongan tua yang mungkin jika saya ditempatkan pada tahun sebelum 1945 saya akan menahan golongan muda untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Tapi memang detik, menit, bulan, tahun, mematangkan objektifitas berfikir. Semakin tidak berapi-api namun juga semakin berfikir logis. Semakin bisa menerima ketidakidealan dan semakin merasionalkan kesalahan. Memang ini masa yang sulit, tapi apakah ini tanda dari pendewasaan berfikir atau pertanda matinya idealisme tidak ada yang tahu. Yang pasti, jika detik ini terjadi 4 tahun yang lalu, hari ini tidak akan sama dengan hari ini yang saat ini terjadi. Tetap, benar atau salah akan diberikan kepada penilaian masing-masing dan saya tetap menganggap perubahan ini adalah benar untuk saya. Toh kalaupun salah, tetap tak akan merubah apa-apa.

About Adam Ardisasmita (1374 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar