My Journal

Malaysia Versus Indonesia???

Saat ini pertiakaian antara Malaysia dengan Indonesia semakin memanas dan menjadi-jadi. Tak perlu banyak membahas sudut pandang Malaysia, tapi di Indonesia, tiba-tiba rasa benci dan marah meledak sebegitu murkanya terhadap Malaysia. Mulai dari kasus penklaiman budaya, kasus TKI, hingga kasus Manohara. Pada hari ulang tahun Malaysia pun, ratusan situs Malaysia diserbu oleh hacker Indonesia. Forum-forum dimana-mana menjelekan dan mencaci-maki Malaysia. Namun sebelum kita menggemborkan emosi lebih tinggi lagi, saya ingin berbagi sebuah perspektif yang berbeda mengenai kasus pertikaian dua negara ini. Sebuah sudut pandang yang dilihat dari orang Indonesia yang tinggal di Malaysia yang saya copy dari milis.

—-Original Message—–
From: xxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx xxxx
Sent: Tuesday, September 01, 2009 8:32 AM
To: xxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxx
Subject: Indonesia vs Malaysia ??

Dear All,

Karena ga bisa tidur lagi habis sahur, iseng2 saya bikin tulisan ini deh, mumpung proposal tender udah beres semua (semoga goal) hehehe.
Mengingat pula akhir2 ini saya dengar konflictnya makin panas aja, dan kita yang punya interest lsg di Msia (banyak yg nanyain pula). Jadi bagaimana bersikap? Dari pada saya jawab satu2, saya publish aja disini. Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya slama bbrp tahun “dibuang” di KL šŸ˜€ Saya bagi tulisan ini jadi beberapa topik berdasarkan permasalahan. . dan mungkin teman2 nanti bisa cerita ke yang lain mengenai apa sih yg sebenarnya terjadi.

1. Claim Budaya

Tidak diragukan memang Malaysia mengklaim banya budaya yg bersumber dari kita, ada rendang, batik, keris, lagu rasa sayange, reog, angklung, dan yg terakhir tari pendet. Kita semua atas nama nasionalisme lsg panas memaki-maki Malaysia. Tapi coba kalau saya tanya : memang tahu gitu yg mana tarian pendet? Terus apa bedanya sama tari legong… nah ga tau kan, dan saya brani taruhan cuma (sebuah nama Bali–sensor) yang tahu :))

Terus yang kita proteskan apa kalo kita sendiri juga ga tahu, tapi tiba2 merasa memiliki ketika ada pihak lain yg mengklaim (padahal ngga) šŸ˜› Kita merasa bangga, tapi apa yg kita banggakan juga kita ga tahu šŸ˜› Saya saja yang dulu jaman SD slalu didapuk utk tari Jaranan dan ikut lomba2 juga ga panas kok ngeliat tari Jaranan dimainkan sama org Msia. Menurut saya jika Msia mau mempelajari budaya2 tsb dari pada nunggu pemerintah keburu punah. Apalagi Msia marketing brandingnya serius, sampe gandeng discovery channel sgala. Trus knapa kita yang punya sendiri malah cuek? Sebuah ironi bukan?

Kalaupun dilihat dari track sejarah, orang Msia juga turunan orang2
Indonesia. Bahkan saya beberapa ngobrol sama client yg berbeda pake bahasa Jawa karena bapak simbah mereka dari jawa dan masih berbahasa Jawa. Saya jadi mikir2, misalkan [nama Perusahaan X–sensor] Malaysia masih bisa terus survive sampai puluhan tahun ke depan (amin), dan karena saya asli jawa, dan karena kakek nenek buyut saya adalah pemain ketoprak dan dalang, sehingga mau ga mau saya ajarin anak saya semua kesenian itu, dan kemudian dia tularkan di sekolahnya nanti. Sekarang akan ada pertanyaan, pantaskan kita marah jika ketoprak/dalang di tumbuh menjamur di Msia? OK, asalnya dari Indonesia, tapi kalo misalkan nanti diadu, antara anak saya dan anaknya Pak XXXXXX, siapa yang kira2 bakal lebih jago pengetahuannya soal wayang? Hehehehe…. :))

Jadi jelas ya, ga usah berpanas2 ria, lihat diri sendiri, sudahkah kita menghargai budaya sendiri? Minimal.. sudahkah kita kasih nama anak kita pake nama asli budaya kita? yang jawa kasih nama jawa, yang sunda ya kasih nama sunda kekekekek… :)) Saya jadi kebayang, suatu hari nanti, turis2 bule kagum sama tari2an malaysia, terus kita panas. Kita bilang dengan lantang : Mister, those cultural dancing is originated from Indonesia, Msia just stole it from us. Bulenya bilang : Oh really, ok then you dance those cultural dancing for me please. Kita kemudian bengong.. waduh piye yo? Oooo suruh XXXXXXXXXX aja, dia kan jawa banget.. wah XXXXXXXXXX lagi di Malaysia… :))

2. TKI

Silahkan melihat secara obyektif. Saya bisa bilang bahwa yang bermasalah ya TKI nya sendiri. FYI org Msia kalau mau ambil pembantu Indo harus bayar agen RM 5000 (hampir Rp15juta), skrg lihat apakah agen PJTKI memberikan pelatihan yg cukup? Ya bayangkan sendiri, TKI dr kampung, plonga-plongo, dapet majikan China, minimal bahasa bakal jadi kendala, plus kendala penggunaan alat2 dapur yg relatif canggih (microwave, toaster dll), ditambah si majikan sudah membayar mahal. Ya bisa dibayangkan lah apa yg terjadi.. Itu belum lagi kebanyakan majikan gonta-ganti pembantu krn bermasalah, misal kabur, minta pulang, kena penyakit dll. Dan tiap ganti ya harus bayar lagi. Client saya (melayu), sampe pernah ganti pembantu 10 kali (kalo ditotal > 100 jt rupiah bok ongkos agennya). Tapi untung dia ga sampe ngamuk.

Kebetulan saya pun bawa pembantu. Istri saya suka marah2 karena pembantunya rada oon. Diajarin ga ngerti2. Saya bilang ke istri saya, kamu yg bahasanya sama, dari daerah yg sama, dan hanya keluar ongkos tiket pesawat bisa ngamuk2. Coba kalu harus bayar 15juta, pasti si pembantu udah di “chudan tsuki” dari kemaren2 ya. Istri saya jawab : IYA šŸ˜€ Nah solusi yang tepat ya seharusnya si agen2 memberikan pelatihan, minimal BAHASA INGGRIS lah biar minimal komunikasi tidak terkendala. Kendala komunikasi selalu akan jadi pemicu masalah2 yg laen. Hmmmm..sound familiar ya (o ya.. eBdesk ya hahahahaha). Makanya mari pakai Bahasa Inggris biar tidak digebuki..kekeke. . šŸ˜›

Soal liputan Metro TV yg memperlihatkan TKI digebukin. Saya sudah nemu
jawabannya : http://www.youtube. com/watch? v=wGqyhy3zVX8

(diluar jam kerja ya!!!) Coba keraskan volume dan dengarkan percakapannya. Maka akan terdengar (saya kutip dr comment2) :

0:59 “Lo ganggu istri orang ha?”
5:08 “Istri orang diraba..”
5:15 “Berani bener raba istri orang, sehingga nangis..”
4:23 “Lo untung aja ada di Malaysia, kalo di negara arab pasti lebih teruk”

Jadi org tersebut habis mengganggu istri orang dan ketangkep, dibawa ke pos (sepertinya satpam, bukan polisi saya lihat dr seragamnya) terus digebukin. Hmmm perasaan kalau di Indonesia sama juga ya, bahkan ada yg dibakar. Atau coba ingat2 kembali kasus STPDN hehehe…. Metro TV yang ga fair, saya lihat di websitenya, suara ga diperdengarkan. Apakah sekedar sensasi menaikan rating… mirip waktu penggrebekan teroris kmrn donk.. huh

O ya, sedikit cerita ttg saya, di tahun pertama saya nyaris terlibat
pengeroyokan oleh org2 TKI madura dan bisa2 saya diclurit, wassalam.
Saya biasa ikut TKI yg tukang maintenance apartment utk ke pasar malam org Indo, banyak makanan Indo disana. Suatu hari saya pulang kerja malem, jadi ga bisa ikut cuma nitip. Pas mau ambil titipan, ternyata si pekerja tsb sedang berdarah2 banyak, karena di pasar malam dihadang rombongan org madura yg berclurit. Padahal cuma kasus sepele.. Sejak saat itu saya lsg membatasi, ga sembarangan maen2 ke pasar malam.

O ya gangster no 1 KL namanya geng Palembang, sudah bs dilihat siapa
anggotanya kan? Kemaren ada berita juga 2 org perampok asal Indo ditembak mati sehabis merampok dan membunuh yg punya rumah. Ada juga cerita dr partner XXXXXXXX. Suatu hari saya ke kantornya dan laptopnya baru. Saya bilang : wah baru ni. Dijawab : iya, seminggu lalu kawan2mu datang kerumah pinjam laptop. Maksudnya? Iya mereka datang bertiga, bawa parang, terus mengikat kami sekeluarga, laptop dan perhiasan diambil. Malu bukan??

Ok, jadi untuk soal TKI saya harap rekan2 punya pandangan objective.
Tinggallah di KL selama bbrp tahun, kalian akan tahu sendiri dan malu
sendiri melihat masalah2 TKI. Jangan salahkan KBRI, mereka karena seringnya berurusan dgn TKI mungkin sampai hanya bisa bilang : ya wajar. Btw, saya justru mengapresiasi KBRI KL skrg. Kemaren bikin paspor anak, cuma 30 menit dan hanya bayar 18RM… šŸ™‚

Tidak usah panas2an atau maki2, malah bisa2 malu sendiri. Inget kasus
Manohara kan, diawal2 semua sok2an nasionalis, ganyang malaysia dll,
sekarang saya lihat malah justru rame2 memaki2 Manohara :))

Sebenarnya saya pengen berbagi hal lain mengenai hebatnya visi Mahattir dalam membangun Malaysia, tapi mungkin di tulisan lain ya. Udah jam 9 di sini, saatnya keliling kejar setoran hehehhe…..

Regards.

Semoga sedikit gambaran tersebut bisa membuat kita lebih tenang dan tidak mudah terprovokasi. Jangan mau dibutakan oleh media informasi. Jika menemukan sedikit saja bau provokasi, mari segera kita palingkan emosi kita dan kembali berpikir dengan logika. Tunjukanlah kalau kita bangsa yang cerdas, terpelajar, dan berbudi. Coba dengan yang paling mudah, berhentilah menghujat atau menjelek-jelekan salah satu pihak dan bentengi diri agar tidak mudah dipancing emosinya. Malah harusnya kita bersyukur, dengan Malaysia mengklaim budaya kita, itu menambahkan awarenes kita dengan budaya kita sendiri.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: