Dahulu menyebar virus friendster, kemudian friendster mati digantikan facebook. Saat ini muncul lagi twitter dan plurk. Situs-situs jejaring sosial ini semakin marak digemari. Baik oleh kalangan anak muda bahkan sampai kalangan lansia. Karena nampaknya situs tersebut memberikan kesempatan bagi seseorang untuk beraktualisasi. Membuat pemakai bisa mengungkapkan perasaannya dan mendapatkan tanggapan dari banyak orang. Hal tersebut yang membuat seseorang betah berlama-lama di dunia maya. Ia merasa dianggap, merasa ada, merasa diperhatikan, dan merasa eksistensi dirinya terpenuhi di dunia tersebut. Akhirnya hal tersebut menjadi candu. Membuat seseorang menghabiskan lebih banyak waktunya di dunia maya. Hingga muncul istilah kecanduan internet.

Kemudian muncul sebuah puisi yang diedarkan di dunia maya. Sebuah puisi dari seorang anak kecil yang menceritakan keluh dan kesahnya tentang fenomena tersebut. Di puisi tersebut, sang gadis kecil mengomentari ibunya yang lebih sering menghabiskan waktunya di depan komputer. Sebuah puisi yang lugu, polos, namun juga menyayat yang berjudul “ibu dan facebook”. Puisi tersebut meneriakan kegundahan hati sang gadis yang merasa kurang mendapat perhatian dari ibunya. Hal tersebut harusnya dapat menggetarkan banyak orang bahwa mereka juga hidup di dunia nyata. Pertemanan di dunia maya dengan teman-teman yang jauh dari seluruh belahan dunia membuat kita lupa dengan teman yang ada di sebelah kita. Ingatlah bahwa di luar jendela kamar kita, masih ada kerabat kita yang membutuhkan kita. Di luar masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Jangan sampai kita melupakan dunia nyata kita karena tenggelam di dunia maya. Aturlah porsi yang sesuai antara dua dunia tersebut.