My Journal

Belajar Dari Rendy Saputra (part 1 ; Sudut Pandang)

Saya belajar dari sebuah seminar kecil dan singkat yang diadakan oleh fakultas tetangga. Saya sangat beruntung karena bisa belajar dari seseorang yang jaraknya tidak terlalu jauh, masih merintis karir, namun sudah memiliki prestasi yang sangat baik. Belia adalah Kang Rendy Saputra. Saat ini beliau berada di tingkat 4 yang nampaknya tidak akan ia selesaikan jenjang pendidikannya tersebut. Pemilik Saputra Empire Bisnis Grup ini nampak telah menemukan jalan hidupnya, yaitu di dunia enterpreuner. Kerajaan bisnisnya melahirkan sebuah lembaga bimbingan belajar ternama di kalangan mahasiswa ITB, sebuah food cort, sebuah sistem perparkiran, dan lain-lain. Lelaki berusia muda ini telah memilki karyawan berjumlah 40an orang. Di waktu yang sangat singkat ini, beliau berbagi pengalaman hidupnya yang sangat menarik. Yang pertama mengenai sudut pandang.

Persepsi dapat merubah sikap kita dalam menghadapi sesuatu. Itulah kata-kata pembuka yang mencoba mengantarkan saya mengupas lebih dalam tentang sudut pandang. Salah satu penyakit yang saat ini terjadi adalah, penyakit muslim miskin. Itu adalah sebuah sudut pandang yang salah terhadap uang. Sudut pandang tersebut terbentuk akibat beberapa hadits seperti rasul tidur dengan pelepah kurma, dapur rasul pernah tidak mengebul, doa “miskinkanlah aku” (agar tidak menanggung banyak pertanggungjawaban), dan lain-lain. Sehingga terdapat sebuah kontradiksi antara agama dengan dunia.

Namun Kang Rendy Saputra mencoba membantah persepsi tersebut dengan persepsi beliau. Bukti pertama, dahulu kala Islam sering berperang. Perang besar (ghazwan) atau kecil (syariyah, biasa disebut ekspedisi untuk mengintai situasi, kondisi, dan lain-lain). Perang besar bisa terjadi hampir 3 sampai 5 kali setahun sedangkan perang kecil berpuluh-puluh kali dalam setahun. Untuk berperang, rasul pasti membawa unta dan ribuan pasukan. Kemudian untuk menempuh perjalanan menuju lokasi perang juga membutuhkan waktu beberapa bulan. Sangat tidak mungkin perjalanan tersebut tanpa perbekalan dan properti. Pasti membutuhkan biaya yang sangat besar untuk mendanai hal tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa umat islam itu kaya. Kehidupan Rasul boleh sederhana, tapi umat islam dalam kenyataannya kaya. Bukti kedua, untuk ibadah pun dibutuhkan uang. Contoh-contoh simpelnya, untuk beli pakaian agar bisa menutup aurat membutuhkan biaya, untuk berwudhu butuh air yang bersih yang harus diperoleh dengan biaya juga, sampai ke urusah umroh dan zakat yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit juga.

Oleh karena itu perlu diperbaiki sudut pandang tersebut. Umat islam harus cerdas dan kaya agar tidak tertindas dari kaum-kaum lain.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Belajar Dari Rendy Saputra (part 1 ; Sudut Pandang)

  1. Rendy Saputra // 01/05/2009 pukul 11:11 pm // Balas

    Masya Allah.. ternyata kajian ana antum bedah..syukron

    Suka

  2. Wah,, ternyata dibaca sama kak rendy…
    jadi malu…
    hehehe
    semoga bermanfaat buat yang baca, jadi amal jariyah..

    Suka

Tinggalkan komentar