My Journal

Kultur Yang Tertanam Dalam Daging Orang Indonesia

Saya pernah sekali mendengar salah seorang mantan presiden RI bercerita. Ada sebuah kultur yang membuat bangsa ini tidak maju-maju. Beliau menggambarkannya seperti ini. Dia membandingkan antara Indonesia dengan beberapa negara maju, contohnya Jepang. Suatu ketika diadakan sebuah pertandingan membangun gedung yang tinggi dan anti gempa. Situasi di Jepang, seseorang berhasil membuat sebuah gedung tinggi yang kokoh untuk pertama kalinya, lalu semua orang bertepuk tangan memberi selamat dan semakin terpacu untuk membuat yang lebih tinggi dan lebih kokoh lagi. Begitu satu gedung yang lebih tinggi dan kuat jadi, kembali diberi penghargaan dan selamat yang kemudian memotivasi orang-orang yang lain untuk membuat yang berbeda dan lebih baik. Demikian terus hingga Jepang dipenuhi gedung-gedung yang tinggi dan kuat. Beda dengan di Indonesia, ketika satu gedung berdiri, langsung diejek, dicemooh, bahkan beberapa berusaha menjatuhkannya. Begitu terus kejadiannya. Itulah mengapa banyak karya yang mati, banyak kreatifitas yang terkubur, dan inovasi yang tidak lagi muncul. Akibatnya Indonesia tidak memiliki apa-apa, tidak bisa berkembang maupun maju, dan semakin tertinggal dari negara-negara lainnya.

Saya merasakan juga fenomena ini. Di sekitar saya baik yang saya sadari maupun tidak, orang-orang sibuk dengan urusan orang lain. Sibuk memikirkan cara untuk menjatuhkannya, untuk membunuh idenya, dan lain-lain. Banyak forum yang bertujuan mengagungkan kebencian dan menanam permusuhan. Yang isinya menjelek-jelekan, menghina-hina, mengeksplorasi jiwa busuknya, mengelu-elukan aib, dan banyak lagi. Sungguh disayangkan betapa banyak energi dan waktu yang tersia-siakan untuk melakukan hal tersebut. Budaya inilah yang terus menggali liang kubur pikiran masyarakat kita hingga terkubur semakin dalam dan gelap. Akibatnya kita akan terbiasa melihat sesuatu dari sisi buruknya.

Kritik terhadap suatu permasalahan itu sangatlah perlu, tapi kritik pun harus selalu disertai dengan solusi. Kritik yang membangun. Yang isinya tidak hanya mendeklarasikan keburukan dan kekurangan, tapi juga menghargai pendapat dan usaha yang telah dilakukan serta memberikan solusi dan alternatif yang baik. Saya pikir itulah yang diperlukan bangsa ini. Kesadaran untuk bisa menerima perbedaan, menghargai karya orang lain, dan memberikan kritik yang membangun. Mari kita tinggalkan forum kebencian dan komunitas yang menjatuhkan. Kita pindahkan pola pikir kita demi mencapai kemajuan bersama.

(gambar dari http://www.filmfabriek.com/mind)

About Adam Ardisasmita (1374 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar