Talkshow Electrocity yang “Nyetrum” Banget
Jumat 2 Desember, saya diundang untuk mengisi talkshow dengan tema technopreneurship. Awalnya saya agak bingung kok acara electrocity yang diundang pembuat software, tapi gak papa, sharing-sharing mah ke siapa aja bisa. Siapa tau di ruangan tersebut ada yang ternyata bisa menjadi mobile developer handal 🙂
Nah, berhubung ini sesi talkshow, jadi saya tidak menyiapkan slide dan akan banyak bercerita di sesi ngobrolnya saja (karena memang hanya disediakan 10 menit untuk kenalan diri dan usahanya). Namun yang saya takjub adalah, bukannya saya banyak bercerita, tapi justru saya yang banyak belajar. Teman-teman di sisi kanan dan kiri saya mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Ada Mas Wijen, seorang entrepreneur yang paham banget masalah investasi dan saham, lalu ada Shandy yang memiliki usaha menarik yaitu menyediakan jasa pengadaan radio, ada lagi Hazwan yang usahanya sangat unik yaitu membangun pembangkit listrik tenaga turbin, lalu ada juga perwakilan dari ITB Pak Andi yang banyak bercerita tentang support dari ITB terhadap jiwa usaha mahasiswanya. Rasanya saya lebih banyak mendengarkan dan mencatat ilmu2 baru yang saya dapatkan daripada saya yang bercerita. Saya juga bingung nih sekarang mau menuliskan pelajaran menarik apa yang saya dapatkan dari teman-teman saya yang luar biasa tersebut.
Mungkin saya akan ambil poin-poin paling menarik yang berkesan buat saya dari tiap pembicara saja. Yang pertama adalah Wijen Pontus. Menurut saya beliau itu luar biasa. Wijen telah mengalami berbagai kegagalan, bangkrut, berhutang, dan segala macam rintangan lainnya selama menjalani usahanya. Dia juga bukan bersalah dari keluarga yang kaya raya, sehingga dia memulai semuanya dari nol. Bahkan dia bilang usaha yang dia buka itu modalnya kurang dari 100rb semua (luar biasa). Saat ini dia sudah memiliki berbagai usaha, mulai dari usaha penggilingan sampah sampai dengan trading saham.
Pembicara selanjutnya adalah Shandy, yang merupakan teman seangkatan saya juga di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Yang paling menarik dari sesi sharing beliau adalah fakta bahwa usaha yang dia lakukan itu sulit karena harus melakukan tender. Yang membuat sulit adalah banyak orang yang tidak jujur dalam melakukan tender. Dia pernah proposalnya dicuri, harganya diminta untuk dimarkup, dan masih banyak lainnya. Shandy juga menceritakan betapa sabar dan kuatnya usaha mereka. Bahkan setelah promosi gembar-gembor, tetap saja selama 6 bulan mereka tidak mendapatkan costumer. Namun, nampaknya berkat do’a dan keyakinan, di ujung “puasa” tersebut, datang sebuah proyek terbesar dari seluruh proyek yang pernah mereka kerjakan.
Saya juga banyak belajar dari pembicara berikutnya yaitu Hazwan. Usaha mereka sangatlah sulit tapi bermanfaat bagi masyarakat, menyediakan jasa pengadaan Pembangkit listrik tenaga angin. Di saat banyak daerah di pelosok yang masih belum teraliri listrik, usaha beliau untuk mengalirkan listrik ke berbagai daerah mungkin ibarat angin segar. Bayangkan berapa banyak masyarakat yang akan tercerdaskan dengan adanya listrik di daerah mereka. Tapi yang membuat saya salut adalah perjuangan dan kengototan mereka dalam mengembangkan usaha ini. Dalam beberapa bulan awal, pekerjaan mereka hanyalah survey tempat lalu mengukur angin untuk melihat potensi energi angin yang bisa dikembangkan dari lokasi tersebut. Hal itu dilakukan dalam waktu yang panjang dan cukup memakan biaya. Tapi nampaknya mereka memiliki semangat dan kengototan bermental baja sehingga bisa terus berjuang untuk mengembangkan usahanya. Salute 🙂
Kemudian pembicara terakhir adalah dari LPIK ITB, sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha mahasiswanya. LPIT ITB berusaha untuk menghubungkan antara dunia akademisi dengan dunia industri. Hal tersebut sangatlah berpengaruh positif terhadap iklim entrepreneur di kampus. Yah, semoga ke depannya akan semakin banyak lagi usaha-usaha baru yang inovatif muncul di Indonesia.
Sebenarnya setelah sesi tersebut, ada lagi sesi sharing bersama Brahmo Saputro dari Kaskus dan IT-Preneur hebat di Indonesia Budi Rahardjo. Saya ingin sekali mendengarkan sesi Pak Budi, tapi sayang jam 13 saya ada rapat lagi, jam 15 ada deadline pengumpulan tugas, dan saya agak kurang sehat sehingga harus cepat istirahat agar malamnya bisa lanjut berangkat ke Jakarta. Terakhir saya ingin mengucapkan terima kasih kepada panitia yang telah memberikan insight luar biasa dengan acara tersebut. Semoga tidak hanya saya saja yang terinspirasi, tapi satu grand hall Hotel Savoy Homan tersebut bisa keluar dengan semangat baru seperti abis disetrum.
Tinggalkan Balasan