Suksesnya IP Turunan Dari Game Lokal
Sejauh ini, sudah ada dua film layar lebar yang sukses yang berasal dari game lokal, yang pertama adalah DreadOut dan yang kedua adalah Pamali. Dua film ini diproduksi oleh Lyto Picture. Bagi yang belum tahu Lyto, mungkin ingat Ragnarok Online? Nah Lyto ini publishernya. Dan saat ini, selain sukses di game, mereka juga mulai merambah ke industri film layar lebar. Ini menjadi menarik sekali karena ternyata IP turunan dari game bisa sukses di Indonesia.
Baik DreadOut maupun Pamali, rasanya secara sales masih lebih besar porsi di luar negeri. Proporsi PC gamer di Indonesia pun masih jauh lebih sedikit daripada mobile game. Yang menarik adalah, bagaimana game yang tidak terlalu banyak pembelinya di Indonesia bisa meraup kesuksesan dalam medium film?
Ternyata walaupun sales game mereka tidak besar, tapi banyak Youtuber lokal yang memainkan game mereka. Hal ini membuat masyrakat Indonesia yang tidak memiliki PC sekalipun, bisa aware terhadap keberadaan judul IP tersebut. Sehingga ketika dibuat menjadi film, mereka sudah memiliki awareness terhadap judul nya. Ini menguatkan kembali posisi media game lokal, content creator, dan youtuber sebagai salah satu komponen kunci dalam ekosistem game di Indonesia. Walaupun tidak convert langsung ke sales, ternyata dalam medium lain yang lebih accessible seperti film, bisa menjadi conversion.
Cuma yang masih ingin coba dipatahkan adalah terkait genre film. Ada yang bilang, di Indonesia kalau bikin film horror mah auto sukses. Either akan sukses sekali seperti KKN Desa Penari (10jt penonton), Pengabdi Setan (4jt penonton dan sequelnya 6jt penonton), yang bisa sampai jutaan penonton. Atau dengan budget yang sangat kecil pun at least bisa lebih dari balik modal. DreadOut dan Pamali mengambil genre horror, jadi niche marketnya sudah besar. Saya penasaran dengan genre game yang non horror dan cukup populer di Indonesia. Misalnya seperti Selera Nusantara, Tahu Bulat, atau yang terbaru A Space For The Unbound yang penerimaannya di Indonesia cukup baik. Game Parakacuk juga meskipun belum rilis, hype nya di Indonesia cukup besar. Mungkin para produsen film ini bisa mencoba adopsi game lokal untuk genre komedi yang juga cukup sukses di Indonesia seperti Warkop DKI Reborn (6jt penonton dan sequelnya 4jt penonton) dan My Stupid Boss (3jt penonton), atau genre romance seperti Dilan 1990 (6jt penonton dan sequelnya 5jt penonton), Ayat-ayat Cinta (3jt penonton), dan Habibie Ainun (4jt penonton).
Harapan saya sih IP turunan dari game ini bisa menjadi jembatan baru untuk pengembangan bisnis di studio game. Tapi jangan lupa, fokus utama studio game adalah membuat game yang bagus dan sukses. Kalau itu sudah sukses, punya banyak audience atau awareness yang luas, baru deh mikirin IP turunan. Jangan kebalik, game nya belum jadi, udah mikirin IP turunan sana-sini. Energinya nanti akan habis. Dan ingat, game yang bagus pun belum tentu dijadikan IP turunan akan sukses. Sudah berapa banyak film adaptasi dari game di box office yang flop. Jadi tolong buat studio game yang ada di Indonesia, fokus dulu bikin game yang sukses baru mikirin IP turunannya yah π Karena saya dulu pernah melakukan fokus di pengembangan IP padahal game nya belum laku :p
Tinggalkan Balasan