Game Developer Menyambut Keseriusan Sony Menguasai Pasar Virtual Reality dengan PSVR2
Saya personal termasuk believer bahwa dalam 5 tahun ke depan, Virtual Reality akan menjadi mainstream. Keyakinan saya ini didasari oleh pengalaman memainkan game dengan VR headset yang menurut saya sangat-sangat immersive dan menyenangkan. Sayangnya, feel ini nih gak bisa dideskripsikan atau ditunjukan melalui video atau tulisan. Kamu harus bener-bener pakai VR headset itu untuk tahu betapa menyenangkanya bermain di dalam dunia virtual secara immersive.
Tantangan bagi VR untuk bisa diadopsi secara masalah adalah dari sisi teknologi. Saat ini, perangkat VR masih sangat mahal, kurang begitu nyaman digunakan, dan konten-konten yang ada di dalamnya masih belum begitu banyak dan menarik. Tapi, kita tahu tiap iterasi teknologi, harga akan semakin murah, semakin nyaman digunakan, dan semakin kaya akan konten. Inget pertama kali teknologi handphone muncul? Harganya sangat mahal, cuma bisa dipakai SMS dan telpon, dan ukurannya sangat bulky. Hari ini harga makin terjangkau, fitur makin canggih, dan konten-kontennya udah banyak banget. Saya yakin VR pun juga akan sama. Akan ada titik dimana memakai device VR senyaman memakai kacamata, dengan harga yang mungkin semurah handphone kita, dan konten yang semakin banyak dan menyenangkan.
Sudah banyak perusahaan yang berusaha masuk dan menjadi pendobrak di dunia VR. Dulu ada Google Cardboard yang menghadirkan VR versi murah. Tapi secara konten dan performa masih jauh dari immersive. Lalu ada Oculus yang dibeli Facebook jadi Meta Quest yang menurut saya dari sisi investment, paling gencar mendorong adopsi VR. Mereka yakin bahwa VR ini akan jadi jendela bagi the next level of social media. Saya merasa yang dilakukan Meta ini sangat penting dalam konteks untuk push the limit of the technology. Budget yang mereka gelontorkan dengan amat sangat besar untuk RnD VR headset dan konten ini sangat penting bagi pertumbuhan ekosistem VR di dunia. Tapi menurut saya, langkah Sony melakukan push untuk VR ini adalah yang paling make sense.
Kenapa Sony merupakan perusahaan yang paling cocok untuk push VR to the next level walaupun dalam segala keterbatasan kondisi saat ini? Yang pertama, karena hari ini device VR itu masih mahal, maka sangat sulit untuk VR bisa dijadikan medium the next social media. Makanya Facebook kesulitan sekali untuk push Quest nya karena netizen masih menganggap VR barang super duper mewah yang gak begitu mereka butuhkan amat. Lalu Meta coba positioning Quest Pro sebagai perangkat untuk improve productivity dengan teknologi VR + AR nya. Tapi tetep saja, use case productivity yang membutuhkan VR + AR headset masih niche banget. Kalau Sony, pendekatan mereka adalah VR sebagai tools untuk meningkatkan immersiveness dari suatu game. Ini kalau mereka mampu hit the target audience dengan baik, akan jadi jalan bagi device VR untuk bisa semakin diterima di masyarakat.
Siapa yang mau ngeluarin 10jt rupiah buat bisa menikmati imersiveness yang ditawarkan VR headset? Ya gamers. Mereka rela keluarin puluhan juta juga kan untuk build PC gaming terbaik mereka. Jadi VR headset ini punya positioning yang cukup make sense bagi gamers. Kalau dalam konteks PSVR2, memang kombinasi antara PS5 yang harganya 8jt-an + PSVR2 yang harganya 10jtan, ngebuat mereka harus ngeluarin 18-20jt untuk bisa main game di VR. PR nya Sony adalah menghadirkan konten-konten IP game yang akan menarik gamers yang kalangan menengah ke atas ini untuk beli device PSVR2 on top of PS5 mereka dan menghadirkan experience-experience agar user bisa merasakan pengalaman bermain menggunakan VR device. Karena yang tadi saya bilang itu, VR experience ini gak bisa dideskripsikan, harus dirasakan. Jadi Sony emang harus effort secara offline menghadirkan spot-spot atau event-event untuk VR experience ini.
Dan yang menarik, di State of Play 2023, kita bisa melihat semakin banyak judul-judul game untuk VR yang hadir. Saya yakin, Sony pun investasi cukup besar agar para game developer ini mau mengembangkan konten game VR. Sony punya track record yang sangat bagus dalam membuat game immersive. Jadi sudah sangat cocok bagi Sony untuk memimpin adopsi VR besar-besaran di kalangan gamer. Dan fokusnya adalah di gamers yang memiliki budget cukup besar untuk di spending yah. dan ini menurut saya langkah yang lebih baik daripada maksain nurunin spec untuk menghibur market yang lebih menengah ke bawah tapi harus mengerbankan performance.
Saya sendiri sangat ingin bermain di VR. Judul game seperti Horizon Call of The Mountain yang menghadirkan dunia Horizon series dengan immersive itu sangat bikin saya ngiler. Terus bermain No Man Sky dalam VR mode juga buat saya akan membuat pengalaman bermain jadi lebih immersive. Lalu buat yang seneng game balap, sampai punya steering wheels dan pedal, wah main pakai VR bakal jadi the best way possible to race in game!!!! Belum positioning VR untuk bermain yang membutuhkan motorik kasar dan halus, ini pasti akan jadi lebih seru lagi. Dan melihat game-game VR yang super keren-keren ini, jadi kepikiran juga untuk bikin game VR. Kalau menurut kamu gimana? satu, sebagai gamers, apakah kamu merasakan VR ini akan jadi platform game masa depan? Lalu sebagai game developers, apakah kamu tertarik bikin game untuk VR?
Tinggalkan Balasan