My Journal

Seperti Apa Peta Ekosistem Game Di Indonesia? Dibalik Riset Industri Game AGI-Kominfo-Lipi 2020

Kita tahu yah Industri game di Indonesia lagi tumbuh sangat pesat. Ada 15 triliun rupiah pertahun orang Indonesia spending untuk menikmati video game. Tapi dari data di tahun 2015, hanya 2% dari angka tersebut yang masuk ke game developer di dalam negeri. Ini tentu jadi pertanyaan. Kenapa ini terjadi? Emang state ekosistem game di dalam negeri saat ini kayak gimana sih? Tentu untuk menjawab pertanyaan tersebut, tidak bisa sekadar mengadalkan intuisi aja. Kita perlu sebuah riset yang mendalam agar kita bisa memahami situasi yang ada di industri game lokal kita. Tak hanya itu, dengan data yang clear, kita juga bisa merancang program, regulasi, dan fasilitasi yang tepat untuk industri game lokal kita.

Kisah Dibalik Riset Peta Ekosistem Game 2020

Keinginan untuk melakukan riset serupa ini sebenernya udah ada sejak lama. Kalau gak salah dari awal 2019 AGI udah beberapa kali ngobrol dengan Bekraf kalah itu. Tapi karena satu dan lain hal, tidak kunjung terlaksana. Kita cuma punya data di tahun 2015 yang dibuat oleh kemenparekraf di kala itu dan juga oleh Kominfo. Lalu di awal 2020, seperti biasa AGI share apa saja rencana kegiatan AGI kepada semua kemeterian yang terkait. Salah satunya kita mention tentang minimnya data yang kita punya agar bisa merancang program yang relevan. Dan ketika meeting dengan kominfo, mereka mention kalau di 2015 mereka pernah buat riset itu dan ingin melakukan riset itu lagi di tahun 2020. Wah pas dong. Gayung bersambut banget. Sekarang tinggal pertanyaannya adalah siapa yang menjalankan risetnya?

Lalu gak lama, AGI berkenalan dengan LIPI. Lembaga penelitian di Indonesia yang memang pekerjaannya melakukan riset. Dan gak sekedar riset, outputnya pun bisa menjadi sebuah policy brief yang membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan ke depan. Melihat LIPI punya kapabilitas yang sangat mumpuni, kami langsung ajak meeting tuh di kisaran bulan Februari 2020 untuk penjajakan. Lalu dari situlah ternyata kita cocok dan mulai untuk melaksanakan proses riset.

Dipimpin oleh LIPI, langsung dibuatlah metodologi riset yang ingin digunakan hingga timeline riset. Dengan difasilitasi Kominfo, kita bertiga (AGI, LIPI, dan Komnifo) intens banget meeting (dulu waktu belum pandemi sih offline) ngebahas teknis pelaksanaannya. Tantangan besar dari riset ini ada dua. Yang pertama penyusunan pertanyaan. Gimana kita bisa membuat poin-poin pertanyaan yang bisa memberikan gambaran komprehensif dari situasi pengembang game di Indonesia. Ini kita benchmark ke berbagai riset dari negara-negara lain hingga akhirnya punya susunan pertanyaan. Lalu tantangan kedua yang merupakan tantangan terbesar adalah mengajak game dev lokal kita untuk mengisi form pertanyaan tersebut. Men, itu beneran deh form panjang bener. Ngisi itu bisa butuh waktu 30 menit lebih apa. Apalagi bakal ada data-data yang butuh bolak-balik liat dashboard analitik kita.

Proses paling lama dan paling sulit memang ada di situ. Dari AGI maupun Kominfo kita ketok pintu satu-satu dan minta bantuan para gamedev untuk ngisi. Kalau katanya kominfo, waktu 2015, mereka sampai datengin kantornya satu-satu untuk menunjukan keseriusan dari riset ini. Tapi karena pandemi, kita gak bisa lakukan itu. Tapi saya happy banget ketika liat ada sekitar 147 studio game yang mengisi, walaupun hanya 80 studio yang datanya bisa diolah kalau dari hasil filtering LIPI. 80 studio game di Indonesia? Wow ini jujur aja angka yang buat saya cukup fantastis loh. Apalagi key person di Indonesia pada ikut ngisi sehingga datanya jadi sangat representatif.

Oh ya yang paling penting, informasi yang ada di kuesioner itu, tidak ada satupun yang sampai ke tangan AGI yah. Data mentah itu hanya LIPI dan Kominfo yang pegang. Karena itu kan data sensitif. Jadi AGI yang mana pengurusnya merupakan pemilik studio game juga, beresiko untuk conflict of interest. Bahkan klo SOP nya LIPI, misal ada form fisik gitu yah, begitu beres diolah datanya, harus dimusnahkan tuh kertas2nya agar menjaga keamanan datanya. Jadi jangan khawatir data temen-temen aman πŸ™‚

Seperti Apa Peta Ekositem Game di Indonesia tahun 2020?

Nah buat temen-temen yang mau baca laporan lengkapnya, bisa baca di s.id/petagame2020 yah. Itu laporannya lengkap banget dan sampai ada info grafisnya. Saya coba highlight beberapa hal yang menurut saya cukup menarik dari laporan itu yah.

Pertama saya mau membahas dari pertumbuhannya yah. Poin yang menurut saya menarik adalah skala usaha industri game lokal yang ada di Indonesia tiap tahun selalu tumbuh. Terutama yang usaha kecil dan menengah. Ini menunjukan bahwa studio game lokal kita semakin bisa sustain dan bertumbuh yah. walaupun memang masih ada PR dimana yang skalanya Mikro cenderung turun. Bagi saya data ini sangat related dengan program-program AGI di tahun tersebut. Kebanyakan program dari 2016 itu memang lebih fokus ke temen-temen yang sudah eksis agar bisa tumbuh. Sedangkan stimulus2 untuk yang baru cenderung belum banyak. Memang karena dikala itu resources AGI juga terbatas jadi harus fokus. Tapi saat ini, inisiatif AGI untuk pencetakan talenta baru mulai banyak. Ada GameTalent.id yang kerja sama dengan kampus-kampus, ada OhMyGame yang kerja sama dengan Asprodi DKV, ada juga berbagai lomba dan fasilitasi untuk students, dan lain-lain. Semoga sih yang Mikro juga bisa terus tumbuh yah.

Kemudian data lainnya yang seru untuk dibahas adalah pertumbuhan produksi. Kalau dilihat, dari 2017, ke 2018, hingga ke 2019, produksi game kita naik loh. Jadi artinya jumlah game yang diproduksi di Indonesia makin banyak daru tahun ke tahun. Ini kombinasi yah antara yang bikin game untuk IP maupun untuk services. Lalu di tabel sebelah kanannya, bisa dilihat yah yang paling produktif justru yang mikro dan kecil. yang menengah produktivitasnya tidak sebanyak yang Mikro ataupun yang Kecil. Mungkin juga karena skala game yang dikembangkan oleh studio skalah menengah bukan lagi game kecil-kecil yang dalam satu tahun bisa rilis beberapa judul. Game mereka lebih ke yang development timenya butuh beberapa tahun. tapi fakta bahwa dari 2017 ke 2019 yang menengah pun angkanya naik, artinya game-game skala menengah yang budget produksinya lebih besar juga semakin banyak.

Data terakhir yang ingin saya coba bahas adalah pendapatan game lokal kita. Dari tabel yang di kanan, bisa dilihat yah kalau pendapatan domestik kita selalu naik tiap tahun. Ini kabar gembira sih artinya game dev kita sudah mulai bisa ikut bertarung di pasar lokal. Walaupun memang kenaikannya belum signifikan. Tapi justru kenaikan yang paling signifikan ada di market global. Di 2019, terjadi kenaikan kurva yang super tinggi dari game developer lokal kita. Ini juga jadi hal yang positif sehingga industri game juga berpotensi menjadi pahlawan devisa buat negara. Kemudian dari sisi bisnis model, fakta bahwa 51,72% hidup dari produk game nya saja membuat saya semakin optimis dengan kemampuan game dev kita untuk bisa sustain dan tumbuh dari IP. Walaupun begitu, cukup banyak juga yang memiliki bisnis model hybrid, artinya dia bikin IP juga, ngerjain services juga. Dan yang fokus ke services aja cukup kecil yah, cuma 6,9%. Mungkin agak beda dengan Malaysia yang bisnis terbesarnya justru di outsourcingnya.

Tindak Lanjut

Tentu tidak berhenti di data, kita harus juga baca apa tindak lanjutnya. Nah, dari kuesioner tersebut, LIPI mengidentifikasi ada beberapa permasalahan yang bisa disolve oleh lintas kementerian dan lembaga. Poin-poinnya terangkum dalam dokumen policy brief. Lalu oleh kominfo, difasilitasi sebuah meeting yang melibatkan berbagai stakeholder yang namanya tercantum sebagai pemangku kepentingan mulai dari kemenparekraf, kemenperin, kemendag, kemenkeu, kemendikbud, dan lain sebagainya. Itu bagi saya meeting yang paling membuat saya bahagia karena melihat ternyata pemerintah itu sangat supportif dan mau bantu industri game. Cuma memang selama ini mereka bingung karena tidak ada data atau landasan yang bisa jadi acuan dalam proses mereka membuat regulasi atau program untuk industri game lokal. Dengan adanya riset ini, semua kementerian jadi bisa terlibat dan membantu industri game. Bahkan sampai sekarang AGI nya yang kewalahan dalam proses mendampingi program-program dari berbagai sektor. Makanya kita perlu nambah program manager lagi nih di tahun ini πŸ™‚

Buat ringkasan apa aja sih kira-kira isu yang perlu jadi prioritas? Berikut beberapa poinnya:

  1. Kurangnya investasi untuk menghasilkan produk-produk berkualitas
  2. Kurangnya pendanaan dari pemerintah, terutama untuk industri skala kecil
  3. Dibutuhkan lebih banyak business matchmaking untuk mendapaktan partner dalam dan luar negeri
  4. Ketersediaan internet di daerah masih jadi kendala
  5. kurangnya Co workign space dengan fasilitas penunjang di daerah
  6. Belum adanya link and match antara industri dengan akademisi
  7. Belum tersedia standarisasi untuk talenta
  8. Permasalahan membangun jaringan antara pengembang dengan penerbit
  9. Kurangnya sosialisasi industri game kepada masyarakat luas
  10. kuranganya akses untuk membangun jaringan di daerah
  11. kurangnya informasi mengenai aspek legal, pajak, dan HAKI
  12. kurangnya proteksi game lokal agar bisa bersaing dengan game internasional

Itu penjelasan lebih detilnya bisa dibaca di policy brief yah. Tapi yang jelas, PR kita selama sisa periode AGI sampai 2024 adalah menjawab isu-isu tersebut.

Terakhir, saya mau ngucapin terima kasih buat LIPI dan kominfo yang udah support riset ini. Dan yang paling penting buat temen-temen gamedev di Indonesia, ke 147 studio yang berminat mengisi dan 80 studio yang mengisi sampai akhir hingga kita bisa punya landasan yang super kuat untuk mendukung industri game lokal kita πŸ™‚

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. Strategi Untuk Akselerasi Ekosistem Game di Indonesia – Ardisaz

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: