Skema Gaji Untuk Founder Pada Fase Startup
Founder dapet gaji darimana? Apakah uang yang masuk ke perusahaan dibagi-bagi langsung ke founder, atau gaji bulanan, atau seperti apa? Ini adalah salah satu pertanyaan yang ditanya di Instagram saya sebagai topik request. Dan pertanyaan ini juga cukup sering saya dapatkan kalau lagi ngisi di acara-acara atau lagi ngobrol sama teman-teman yang baru mau bikin startup. Jadi saya sekalian ceritain yah tentang proporsi founder dalam startup.
Fase Startup bisa dibilang merupakan fase awal dari perusahaan. Fase awal ini biasanya kondisinya produk belum punya, modal belum ada, tim baru ada foundernya aja, kantor pun masih nebeng laboratorium di kampus, intinya mah masih baru ngumpul-ngumpul aja sesama orang yang mau bikin sesuatu bareng-bareng. Yang paling penting di awal ini adalah pembagian saham dari founder. Bagaimana kita membagi proporsional saham kepada sesama founder. Kalau mau yang paling praktikal, disesuaikan aja dengan jumlah rupiah yang bisa disetorkan masing-masing founder untuk jadi modal usaha. Misal ada lima founder masing-masing nyumbang 20jt, berarti dari 100% saham tiap founder memiliki jatah 20% saham kepemilikan perusahaan.
Namun terkadang gak semuanya bisa chip-in uang. Ada yang sumbangsihnya mungkin dari sisi pekerjaannya. Misal saya gak punya modal apa-apa, tapi saya mau ngejalanin startup ini tanpa perlu digaji sama sekali. Biasanya ini agak sangat tricky dan cenderung bakal jadi konflik di belakang nanti karena kontribusi tersebut sulit dikuantifikasi. Misal, kalau dia gak digaji, berapa standar gaji dia perbulan yang bisa dikuantifikasi? Setara dengan 1jt/bulan kah? 5juta? 10 juta? 100 juta? Ini cenderung akan menimbulkan konflik karena penentuan renumerasinya akan cukup sulit untuk fase awal. Lalu yang kedua, biasanya malah di fase awal ini, founder memang tidak digaji. Kalau ada uang, biasanya digunakan untuk merekrut orang agar produknya bisa secepat mungkin terlihat dan bisa segera mendapatkan traction (user, download, dll) dan bisa validasi market. Jadi di fase kickstart ini memang mindset founder tidak bisa ingin menjadi kaya secara instan karena produknya saja belum ada. Ada pun belum tentu sukses. Untuk bisa sukses, timnya harus bagus. Membuat tim bagus ini yang butuh modal. Kalaupun kita kekurangan uang, justru founder yang biasanya “puasa” demi timnya bisa gajian. Jadi kalau persentase saham founder dihitung dari nominal kontribusi, itu sebaiknya dihindari. Amannya sesuaikan dengan jumlah rupiah yang disetor atau kalau mau ya kesepakatan bersama aja. Cuma saran yang paling ideal adalah sesama founder dibagi rata, karena itu artinya antar founder saling percaya dan menjalankan startup ini setara dan bersama-sama. Kalau kamu ngerasa founder kamu gak sepatutnya punya saham yang sama dengan kamu, kamu harus punya alasan yang terkuantifikasi. Misal, kamu sudah jalanin startup ini lebih dulu dibandingkan founder kamu atau kamu memang sudah menyumbangkan uang sangat banyak dibandingkan founder yang lain. Tapi yang jelas itu sudah ditentukan dan dinegosiasikan di awal dan semua sepakat.
Lalu yang kedua, bagaimana sistem penggajian founder? Dalam perusahaan konvensional ada namanya pengusaha dan investor. Investor itu menanam modal sekian rupiah yang diconvert dalam bentuk kepemilikan saham dan pengusaha yang menjadi karyawan mungkin akan diberikan porsi minoritas dari saham kepemilikan. Investor jelas tidak dapat gaji dan hanya akan mendapatkan untung dari Rapat Umum Pemegang Saham tahunan dan memperoleh dividen dari profit tahun tersebut. Itu mengapa sahamnya majoritas agar bisa balik modal. Sedangkan bagi pengusahanya, dia akan mendapatkan gaji bulanan. Gajinya bisa didapatkan dari revenue bulanan usahanya atau dari uang investor. Tapi kalau dalam kasus isinya founder semua (belum ada investor), artinya ada dua jalur yang bisa didapatkan founder untuk mendapatkan uang yakni via gaji bulanan karena mereka kerja di perusahaan itu (tidak cuma menanamkan modal) dan dari dividen tahunan.
Apa yang membedakan gaji bulanan founder dengan karyawan startup? Biasanya incase shit happen, dan usually it does, founder yang harus mengalah. Misalkan perusahaan sedang tidak ada uang untuk gajian, yang harus mengalah tidak digaji adalah founder. Malah bisa jadi founder harus merogoh kocek sendiri untuk bisa menggaji karyawannya. Jadi sampai perusahaan benar-benar memiliki kestabilan finansial, jangan berekspektasi founder akan mendapatkan gaji rutin bulanan, apalagi dengan nominal yang besar. Memang konsekuensi logis dari menjadi pengusaha adalah ketidakpastian dan ketidakstabilan. Jadi memang enterpreneurship itu gak untuk semua orang sih, terutama buat orang yang mencari kestabilan. Dan kewajiban founders adalah memastikan karyawan yang kerja di perusahaannya mendapatkan kestabilan, terutama kestabilan finansial, whatever it takes.
Jadi cukup clear yah, kalau ada uang yang masuk ke perusahaan, tidak ada satu rupiahpun dari uang masuk tersebut yang bisa langsung masuk ke kantong founder. Uang tersebut akan masuk ke uang perusahaan dan akan dikeluarkan menjadi expense bulanan yang sudah diatur. Expense bulanan itupun akan selalu diprioritaskan untuk keperluan kantor dan karyawannya. Founder bisa mendapat gaji bulanan tentunya. Founder kerja tapi gak dapet gaji bulanan, bisa aja kalau kondisi lagi sulit. Tapi ketika kondisi membaik, bisa dijadikan hutang gaji yang perlu dibayarkan ke founder. Kalau founder gak kerja tapi mau dapet gaji, dia bukan founder tapi investor. Silahkan kalau ada yang masih bingung dan mau ditanyakan terkait gaji dari founder yah 🙂
Salah satu cara terbaik mulai investasi saham menurut saya adalah dengan memastikan semua properti yang dimiliki dalam kondisi baik dan aman. Pernah kejadian ada teman yang pakai semua uangnya untuk investasi, lalu tiba-tiba mobilnya mogok di tengah perjalanan. Akhirnya terpaksa berhutang dengan bunga lebih besar daripada keuntungan properti saham yang dimiliki.
SukaSuka
Mas, estimasi gaji founder startup yang masih baru (seed) di indonesia th 2021. Di range berapa? Makasih
SukaSuka