My Journal

Apakah Kamu Maker dan Manager

Suatu ketika, saya pernah ditanya oleh salah seorang teman yang juga merupakan game developer, “Dam, kerjaan lu sebagai CEO di sebuah perusahaan game itu ngapain sih?” Jawaban simpelnya adalah nge-manage perusahaan. Lalu disambung lagi pertanyaannya, ” Lu masih ngoding gak?” Jawaban saya “Masih, tapi cuma bisa yang gampang-gampang aja. Yaa, selevel kerjaan internship lah.” Namun memang semakin kesini, semakin jarang menyentuh kegiatan produksi karena semakin banyak hal lain yang perlu diurus. Yang pernah terjadi adalah ketika saya mencoba membantu untuk membuat sebuah fitur, yang normalnya mungkin satu dua hari beres, bisa jadi seminggu baru beres. Mengapa hal itu terjadi? Karena di sela-sela proses ngoding, saya harus reply email yang penting. Mulai zen untuk ngoding lagi, ada chat yang perlu dibalas. Di tengah-tengah proses ngoding yang sangat intens, ada telpon masuk. Dan yang saya sadari adalah ketika kita “in the zone” dalam menciptakan sesuatu (entah itu coding atau gambar atau design), distraksi kecil seperti itu bisa membuat konsentrasi buyar dan tidak mudah untuk mengembalikan ke state awal. Mungkin butuh setidaknya 30 menit sampai akhirnya bisa fokus lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk gak banyak terlibat di produksi, apalagi yang skalanya besar, karena ada cukup banyak perentilan kerjaan lain yang harus dihandle.

Ketika skala perusahaan sudah semakin besar, ternyata ada banyak sekali hal yang sifatnya non-produksi yang perlu diurus. Ketika saat ini ada tiga pipeline yang berjalan paralel, artinya perlu ada orang yang memonitor dan mengontrol target, capaian, hingga permasalahan di masing-masing tim. Lalu dalam perusahaan pun tidak hanya ada divisi produksi atau development saja, ada juga fungsi pendukung lainnya seperti finance, HR, tax, marketing, customer service, legal, sales, dan banyak lainnya. Kalau melihat jadwal saya dalam sehari, bisa pagi satu jam ngurus HR kayak bales-balesin email aplikasi yang masuk ke Arsanesia, lalu diskusi dengan bagian tax terkait pajak yang harus dilaporkan, lalu setengah jam ngecek cashflow bulan ini apakah sesuai dengan forecast, lalu dua jam berikutnya planning strategi marketing, sejam berikutnya briefing dengan tiap product manager di masing-masing project, lalu harus ke luar buat meeting dengan client atau calon partner (ini buat commute aja udah ngabisin waktu dan tenanga), dan lain sebagainya. Jadi kalau dilihat melalui aplikasi Time Doctor, biasanya schedule saya dalam sehari itu merupakan potongan kecil dari task yang cukup banyak sedangkan teman-teman yang di produksi biasanya block panjang yang durasinya bisa berjam-jam untuk satu task saja.

[Review] TimeDoctor, Software Untuk Membantu Tracking Dalam Project Management

Baru-baru ini saya melihat sebuah video Youtube dari Casey Neistat yang membahas tentang Makers dan Managers. Lalu saya jadi teringat ada sebuah artikel yang berjudul Makers vs Managers yang ditulis oleh Paul Graham dari Y Combinator. Artikel udah lama banget sih, tapi saya jadi merasa related dengan kondisi yang saya alami saat ini. Saya melihat bahwa dalam sebuah tim, ada yang merupakan seorang Makers dan ada yang seorang Managers. Untuk para creator, yang bisa menghabiskan waktunya berjam-jam membuat karya, mereka adalah Makers. Lalu untuk orang-orang yang banyak berinteraksi dari sisi high level dan melakukan banyak meeting, koordinasi, dan planning ini adalah Managers.

Kalau manager, dalam sehari, dia akan membagi-bagi waktunya jadi slot-slot kecil dimana tiap slot punya tujuan tertentu yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam sehari, seorang manager akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengerjakan pekerjaan yang reaktif seperti membalas email penting, memberikan advice untuk timnya yang butuh arahan, dan lain sebagainya. Seorang manager gak harus punya kemampuan yang dalam, tapi mereka biasanya membutuhkan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dengan cepat. Dalam waktu meeting yang singkat, seorang manager harus bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.

Jadwal dua orang Makers dan satu orang Managers dalam satu hari dari aplikasi TimeDoctor

Sedangkan jadwal seorang makers berbeda. Dalam sehari, makers akan membuat block waktu yang sangat panjang yang digunakan untuk fokus terhadap satu task. Mungkin dalam satu hari, makers bisa hanya mengerjakan satu task saja. Jika mencoba untuk membreakdown task mereka menjadi potongan task kecil yang berbeda-beda, itu mungkin akan membuat hari mereka menjadi tidak produktif. Itu mengapa seorang makers biasanya tidak suka dengan meeting. Satu meeting singkat saja mungkin bisa membuat harinya jadi tidak nyaman.

Memang ada sih beberapa tipe orang yang hybrid, kayak Elon Musk, dia Managers bisa, Makers juga bisa. Tapi memang ketika dia sedang memakai “topi” Makers, dia akan menyediakan waktu yang diblock cukup panjang untuk membuat sesuatu tanpa diinterupsi oleh siapapun. Di Arsanesia pun terpaksa ada beberapa role yang saat ini harus managse tapi juga harus makes something. Cuma dengan kita mengetahui ada dua tipe ini, kita bisa lebih empati dan membuat jadwal yang menguntungkan semua pihak. Contoh, di kantor tiap pagi sebelum mulai jam kerja kita ada meeting untuk mensinkronkan pekerjaan tiap orang di dalam tim. Hal ini bisa membantu para makers untuk melewati harinya dengan lebih tenang dan tanpa perlu koordinasi lagi dan dengan diadakan di pagi hari, meeting tersebut tidak menginterupsi pekerjaan mereka di tengah-tengah proses.  Lalu hal yang bisa dipelajari lagi adalah dulu sebagai manager untuk memastikan pekerjaan tiap orang sinkron, sesekali saya coba ngecek siapa lagi ngerjain apa, cocok gak sama kerjaan yang lagi dikerjain sama yang lain. Walaupun cuma nanya bentar, dia juga buat jawab gak sampai semenit, tapi itu bisa membuyarkan konsentrasinya. Untuk itu dengan menggunakan TimeDoctor, manager jadi bisa melihat dengan jelas apa yang dikerjakan masing-masing orang tanpa perlu menggangunya.

 Improve Your Time Management: Belajar Untuk Mahir Mengelola Waktu

Jadi kesimpulannya, penting bagi kita untuk mengenali apakah kita seorang Makers atau seorang Managers. Dengan begitu, kita bisa merencanakan jadwal kita sesuai dengan role yang kita emban lebih efektif. Tak hanya itu, dengan mengetahui ada dua tipe ini, kita juga bisa membantu agar rekan kita bisa lebih nyaman dalam bekerja sesuai dengan tipenya masing-masing. So, apakah kamu seorang Makers atau seorang Managers?

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

4 Comments on Apakah Kamu Maker dan Manager

  1. Well spotted! Masalahnya tak semua managers memahami karakter makers ini.

    Suka

  2. Tepat sekali. Project Leader, BA Leader, Project Manager terkadang suka ditimpali ‘gak kerja’, karena gak terlihat kerja (baca: coding, dokumentasi, dll). Padahal terima tlp user, complain user, sampai meeting dan termasuk balas2 email juga takes time kali. Apalagi atur timeline kalian pada, nego2 sama user, mikir solusi user requirement, dll
    *curhat
    Ini tulisannya betul2 poin yang bagus mas.

    Suka

  3. Andika Resta // 05/11/2018 pukul 6:07 pm // Balas

    Ternyata kerja di perusahaan game mau itu managernya, mau itu creatornya ribet juga ya.. gw sih sebagai konsumennya aja *gamer ahahahaha.. tapi gamer juga harus punya uang jajan tambahan sih.. mau dari hasil farmingnya, atau jual equipnya. tapi paling kenceng di p2p lending, deres juga menurut gw. Kayak gini contohnya :

    https://blog.danain.co.id/ini-yang-harus-anda-lakukan-jika-ingin-investasi-aman-dari-inflasi/

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: