[Review] Berkendara Praktis, Nyaman, Aman, dan Murah Menggunakan Uber
Sebenernya Uber sudah ada cukup lama di Indonesia, tapi saya baru pertama menggunakannya sejak 1-2 bulan yang lalu. Alasannya sesimpel sekarang dari pool travel di Bandung mau ke kantor cukup jauh jadi harus menggunakan kendaraan umum. Naik angkot muternya luar biasa sehingga opsinya adalah Gojek, Ojek, Angkot, atau Taksi. Masalahnya lagi, sekarang musim hujan dan rute angkot sangat berputar sehingga opsinya jadi tinggal Taksi, dan Uber.
Kalau naik travel ke Bandung, kita bisa tinggal berhenti di pool berbagai jenis taksi di pinggir jalan. Biasa sih opsi saya si burung biru. Tapi kalau dari kantor mau balik lagi ke pool? Nah gimana tuh? Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba menggunakan Uber di Bandung. Pertama naik Uber, saya sampai ngechat teman saya yang pernah pakai Uber juga ini caranya gimana.
Ternyata sangat mudah sekali. Kita tinggal set lokasi penjemputan dan lokasi tujuan. Lalu kita request, gak lama bakal ada driver Uber yang ngambil order kita, lalu info driver beserta mobil yang digunakannya akan terpampang di layar kita. Yang bikin ini super cool, posisi mobil akan terlihat secara real time di aplikasi sehingga kita bisa tahu kapan saatnya kita harus keluar rumah/kantor. Gak diliat pun, si apps ini ngasih notif klo drivernya udah deket. Dan klo driver udah sampe, biasanya juga mereka nelpon ato SMS kita, jadi super praktis deh. Ini adalah poin pertama yang bikin saya jatuh cinta sama Uber, praktis ordernya.
baca juga : Gejolak Layanan Gojek Yang Merombak Kultur Dengan Teknologi
Lalu yang saya senang juga adalah nyaman. Nyaman karena menggunakan mobil yang relatif lega (Avanza ato Xenia). Entah kenapa taksi itu pasti ada nuansa/bau taksinya. Tapi kalau pakai Uber, berasa naik mobil sendiri. Udah gitu biasanya drivernya lebih ramah dan melayani. Mostly karena mereka butuh rating dari kita sehingga semakin ramah pelayanannya, kita akan semakin ringan tangan untuk memberikan rating bagus. Konon klo ratingnya jelek, bisa langsung diberhentikan. Makanya saya selalu ketemu Uber driver yang super friendly dan melayani.
Kalau naik taksi, saya selalu tulis nama driver dan nomer taksinya lalu mengirimkannya ke Dea. Dea pun sama, setiap naik taksi saya selalu minta untuk kirim ke saya info tersebut. Ini semua demi faktor keamanan klo-klo ada apa-apa. Tapi ini pun masih tetap kurang aman karena kita tidak tahu posisi kendaraannya. Kalau pakai apps Uber, saya bisa share lengkap titik awal dan titik akhir tujuan saya beserta posisi saya saat ini secara real time ke Dea. Foto supir, jenis mobil, plat nomer, dan berbagai informasi lengkap di situ untuk faktor keamanan.
Dan yang terakhir yang membuat saya senang menggunakan Uber adalah harganya yang relatif lebih murah dibandingkan taksi. Saya test drive pakai taksi dan pakai Uber dari kantor ke pool, bisa ada selisih harga 10.000-15.000 rupiah. Entah ini promo subsidi dari Ubernya, tapi toh klo harganya sama pun, dengan kepraktisan, kenyamanan, dan keamanan yang saya rasakan, saya tetap tidak masalah memilih Uber.
baca juga : Layanan Uber Dijegal di Jakarta
Cuma yang jadi problem justru regulasi di Indonesia. Belum ada aturan tentang ride sharing seperti Uber gini jadinya keberadaan Uber agak meragukan bakal berlangsung lama atau enggak. Jadi mumpung sekarang masih dalam area “dibolehkan” oleh pemerintah, manfaatkanlah dengan baik :p Oh ya, yang saya juga dari Uber adalah cashless. Saya orangnya males ambil uang. Jadi dengan sistem kartu kredit, begitu sampai tujuan, yaudah saya tinggal turun. Gak perlu keluarin dompet, gak perlu nunggu kembalian atau nyari uang pas, pokoknya sampe, buka pintu, say thanks, cabs, abis itu invoice bakal dikirim via email 🙂 Cool kan
Tinggalkan Balasan