My Journal

Lulusan IT Gak Bisa Ngoding

Saya sempat membaca sebuah artikel di dunia maya yang sedang dibahas oleh alumni-alumni saya di Informatika ITB. Artikel yang ditulis dalam blog tersebut mempertanyakan kapasitas lulusan jurusan teknik informatika atau ilmu komputer yang pada kenyataannya sebagian besar gak bisa ngoding.

Terus senior-senior dan rekan saya juga cukup ramai membahas hal ini. Apakah wajar jika lulusan IT tapi kok gak bisa ngoding? Di kampus belajar apa dong? Apakah mereka siap dengan kemampuan tersebut untuk masuk ke industri? Bahkan ada yang menyimpulkan kalau generasi sekarang terlalu manja, gak ada daya juang, dan lain sebagainya -_-

Kalau saya pribadi beranggapan apakah perlu bisa ngoding atau tidak, itu bergantung dari ingin jadi apa dia setelah lulus dari informatika. Saat ini industri IT sudah sangat besar dan semakin luas dengan berbagai spesifikasi pekerjaan dan cakupan ilmu. Ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan kemampuan coding, ada yang hanya perlu tahu coding (tidak perlu bisa coding), bahkan ada yang tidak membutuhkan skill coding sama sekali.

Jadi bagi saya, apabila pada akhirnya setelah wisuda dan mendapat gelar sarjana komputer (atau teknik), apakah dia bisa ngoding atau gak ngoding itu bergantung pada pilihan dia ingin jadi apa nantinya. Namun yang menjadi perhatian saya adalah banyak dari mereka yang tidak bisa coding bukan karena pilihannya, tapi karena “trauma” dan tidak suka dengan coding itu sendiri. *setidaknya itu hal yang saya amati di tempat saya berkuliah dulu*

Yang menarik adalah kenapa kok mahasiswa yang kuliah di informatika bisa tidak suka coding? Banyak yang masuk ke informatika karena grade-nya paling tinggi dan susah dimasuki, potensi pekerjaannya luas, dan sedang naik daun. Ada juga yang masuk informatika karena pengen bisa bikin game, suka gadget, atau sering mengikuti perkembangan teknologi. Tapi tidak banyak dari mereka yang masuk informatika tau akan belajar apa di informatika nanti. Sebagian besar malah belum pernah coding sama sekali.

Mahluk menyeramkan bernama Pascal :p

Mahluk menyeramkan bernama Pascal :p

Pas kuliah, pertama kali ketemu dengan mata kuliah yang berhubungan dengan informatika, langsung dihadapkan dengan bahasa Pascal. Bahasa yang mungkin sudah jarang digunakan dengan tampilan IDE yang sangat minimalis. Mungkin untuk mata kuliah lanjutan, tidak masalah belajar ini. Tapi untuk pertemuan pertama, kelas introduction, dimana 70% yang mengikuti kuliah ini sama sekali tidak mengerti apa itu programming, jelas pada shock.

Saya bandingkan dengan kuliah berjudul “introduction to computer science” dari Harvard yang dikenal dengan CS50 (bahkan ada webnya sendiri CS50.net), cara menyampaikan pengenalan terhadap pemrograman amat sangat menyenangkan untuk diikuti. Dosennya passinate dan antusias, cara menyampaikan teori komputasi menyenangkan, juga tools yang digunakan uptodate.

Kalau saya dulu di awal langsung dipertemukan dengan pascal, bahasa pemrograman pertama yang akan dikenalkan di CS50 adalah Scratch. Pascal isinya cuma layar biru dan huruf-huruf, Scratch penuh dengan GUI yang friendly dan membuat kode serasa main lego. Ini akan memberikan pemahaman yang lebih mudah, terutama bagi generasi saat ini yang dari kecil sudah terbiasa dengan GUI yang intuitif.

Saya cukup beruntung ketika SMA punya senior yang bisa ngajarin saya programming dengan konsep yang baik sehingga pas tiba-tiba ketemu bahasa pemrograman juga udah tau ini bakal dipake buat apa. Teman saya yang dulunya tidak suka coding, begitu kuliah S2 dan ketemu dosen yang mampu menjelaskan dengan baik sekarang kerjanya jadi coder di perusahaan game besar di US.

Jadi kayaknya emang faktor pengajar dan materi ajar juga mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu ilmu. Ilmu yang menarik, kalau tidak disampaikan dengan metode yang baik dan bahan ajar yang matang, bisa jadi tidak menarik. Saya baca komentar di kuliah CS50 bahwa dosen itu harus punya kemampuan komunikasi yang baik. Walaupun ilmunya tinggi, harus bisa menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sebenernya saya sendiri tertarik loh klo ada kesempatan jadi ngajar jadi dosen, tapi sekarang klo mau ngajar S1 butuh gelar S2 dulu. Kita liat aja nanti :p hehehe

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

21 Comments on Lulusan IT Gak Bisa Ngoding

  1. Bener banget dam. Gue juga dulu waktu kuliah ga terlalu suka ngoding karena gue ngga dapet esensi sebenernya dari semua koding-kodingan tuh apaan. Tapi, begitu lulus, harus ngoding karena tuntutan pekerjaan, habis belajar sendiri liat2 video tutorial yang ada… dikasi cukup waktu buat ‘menyelami’ instead of ngejar2 deadline, I think coding is not all that bad. Apalagi, setelah gw tau aplikasinya di dunia nyata tuh seperti apa dan gw bisa melihat hasil kodingan gw berguna.

    Gue jadi mikir, mungkin kalo dulu cara ngajar mereka kayak video tutorial2 itu, gw akan menyukai coding semenjak kuliah.

    Nice article!

    Suka

  2. Hmmm, tapi masalahnya kayaknya lulusan PT manapun hasilnya sama aja. Masa’ dari sekian banyak PT gak ada yang bisa ngasih pengenalan koding dengan baik? =/

    #susahnyarisdm2015

    Disukai oleh 1 orang

  3. Saya lulusan IT tp ga jago ngoding.. bisanya dikit ajah.. lebih minat ke desain malah.. (murtad haha)

    Disukai oleh 1 orang

  4. Betul uraian Ardi. Tidak harus bisa tho, tapi setidaknya mengerti.

    Suka

  5. Kireinadien // 14/05/2015 pukul 7:35 pm // Balas

    Saya sma ipa, kuliah ekonomi, kerja coding programer hahhaha…. (skrg ngga).
    Malah sempat bantuin temen bikin program dan skripsi IT nya, bukan contoh baik, tetapi hanya memberikan gambaran bahwa coding tidak susah asal niat 🙂

    Coding kalau dilihat susah isinya cuma kalimat belibet, tapi kalau sudah tau “intinya”, ya sebenernya cuma itu itu diulang ulang lama-lama hapal dalam kepala.
    Kalau hasilnya mau “begini” bearti harus begitu begitu begitu sebenernya coding hanya butuh logika kuat yg runut dan teliti 🙂 seperti main detektif saja

    Disukai oleh 1 orang

  6. kalau misal mau belajar coding itu dimana ya mas? apakah ada situs online yg khusus buat belajar coding ? terimakasih^^

    Suka

  7. Bener bangat gan sebenernya semua orang itu ga ada yang ga bisa!, pengalaman waktu sekolah smk temen2 ne rata2 ga bisa matematika karena gurunya ngajar berbelit2 paling emang yang bawaan lahir / yg pinter2 ngerti, Ehh pas ada guru baru MTK dia ngajarnya kreatif dan ga berbelit2 langsung di kasihtau teknik cara cepetnya langsung sekelas ane pinter MTK semuanya

    Suka

  8. Sepertinya ekspektasi kelas pemrograman itu berbeda untuk tiap orang. Contohnya introduction to programmingnya MIT langsung matematis banget: http://ocw.mit.edu/courses/electrical-engineering-and-computer-science/6-00sc-introduction-to-computer-science-and-programming-spring-2011/unit-1/lecture-1-introduction-to-6.00/). Bahasa yang digunakan dulunya LISP, sekarang Python.

    Di ITB pun tidak langsung diajari dengan memprogram berhadapan dengan editor dan compiler, tapi diajari konsep dulu, yang pertama kali diingat semua anak IF ITB adalah soal mengupas kentang (kalau lupa, bisa dilihat lagi diktatnya di link ini: http://bufahnun.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/41881/ebook_Pascal%2BProsedural.pdf). Bahkan pertama kali diajarkan memakai notasi algoritmik.

    Mengenai screenshot: seingat saya sejak jaman saya (IF98), ITB sudah tidak lagi memakai Turbo Pascal, tapi memakai FreePascal (saya admin yg mewajibkan switch dari Novel). Saya masih di sekitar ITB sampai 2006 (dan sekarang tinggal di Thailand).

    Suka

    • Apalagi generasi sekarang yang sudah sangat dekat dengan dunia “interface,” kalau disuruh bikin tugas pakai FreePascal pun pasti pengennya bisa cepet2 bikin aplikasi Android atau bikin game 🙂

      Suka

  9. Hmm agak gimana gitu baca artikel ini.. memang banyak yg lulusan IT gak bisa coding karena mereka memang gak suka.. alhamdulillah saya sebagai perempuan dan lulusan IT gak keluar jalur, suka banget dengan coding karena salah satu faktor utama saya menyukai coding memang dulu terletak pada dosen yang mengajar. caranya asyik meskipun agak keras terhadap mahasiswanya, setiap pertemuan diberi tugas membuat aplikasi/system kemudian dusuruh membuat video dan artikel tutorial dari aplikasi/system yang dibuat tersebut hanya dalam waktu 1-2 minggu harus sudah jadi jika telat maka point/nilai berkurang. Sampai sekarang malah bikin saya ketagihan, bisa nulis 3 buku tentang pemrograman java dan sampai sekarang terus dan selalu menerima pesanan program dan juga kerja di kantor akuntan publik di jogja sebagai suport IT. Salam sayang buat dosen saya tersubut bapak Windiarto Nugroho, S.Kom.
    #niceArtikel #justShare
    http://www.goresantintairna.com

    Suka

  10. betul g harus jago koding yang penting ngerti

    Suka

  11. Apakah tidak malu? Sama anak yg belajar coding secara otodidak karena tidak punya uang untuk masuk univ..?

    Suka

  12. alamak…..anda membangkitkan trauma terdalam saya dengan kotak biru beserta tulisan writeln itu.Kotak biru itu bagi saya lebih menyeramkan dibandingkan kim jong un

    Suka

1 Trackback / Pingback

  1. Ngobrol Santai Seputar Informatika! – Papua Code Community

Tinggalkan komentar